Saat kita mulai benar-benar mengenal seseorang, perlahan semua yang tampak dari luar menghilang. Kita tidak lagi melihat fisik mereka. Yang tersisa hanyalah getaran rasa yang mulai akrab di hati, aroma kulit yang kita kenali, dan jiwa yang mulai kita pahami. Perlahan, kita melihat hanya esensi orang itu, bukan sekadar "bungkusnya."Â
Mungkin karena itulah kita tak bisa jatuh cinta pada kecantikan saja. Kita bisa mengagumi kecantikan, terpikat, bahkan tergoda memilikinya. Kita bisa mencintainya dengan mata dan tubuh, tapi hati kita tahu bahwa ia selalu menginginkan sesuatu yang lebih.
Ketika hubungan bertumbuh hingga merasuk ke inti, kekurangan fisik apa pun yang mereka miliki jadi tak lagi penting. Semua yang tak sempurna lenyap, tak lagi jadi penghalang. Yang tersisa adalah keterhubungan, keintiman yang dibangun bukan dari penampilan, tapi dari rasa yang mengakar. Yang kita lihat hanyalah sosok yang hadir seutuhnya-bukan tubuh, tapi diri kita yang terhubung dengan jiwa mereka.
Mencintai esensi seseorang adalah perjalanan sunyi tapi hangat. Kita tidak lagi melihat, tapi merasakan. Tidak lagi berharap sekadar menyimpan, tetapi ingin mendalami, memahami sampai ke inti. Kita tahu, rasa itu jauh melampaui apa yang kasat mata.
Dan di titik ini, kita menjadi buta pada permukaan. Semua yang fisik mengabur, lenyap dari pandangan. Yang tertinggal adalah kenyamanan, penerimaan, bukan dari rupa yang sempurna, melainkan jiwa yang menyambut kita apa adanya.
Hubungan yang seperti ini tak mudah dijelaskan. Orang bertanya apa yang membuat kita bertahan, apa yang begitu istimewa dari mereka. Namun, kita sendiri tak punya jawaban yang pasti. Yang kita tahu hanya ada perasaan hangat yang sulit didefinisikan-rasa aman dan nyaman yang terbangun tanpa sadar.
Dan Yang tersisa adalah dua hati yang berani menanggalkan topengnya. Bukan lagi dua individu yang saling melihat, tapi dua jiwa yang saling menerima dan melengkapi. Itulah saat di mana kita merasa cinta telah menemukan rumahnya, di kedalaman rasa yang tak lagi mengenal batas rupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H