Mohon tunggu...
Zuhay Ratuz Zaffan
Zuhay Ratuz Zaffan Mohon Tunggu... -

Bermain, belajar, dan mengajar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Review Pendidikan Anak Ala Jepang

5 Februari 2015   19:38 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 3705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Pendidikan Anak Ala Jepang

Pengarang: Saleha Juliandi M. Si & Juniar Putri, S.Si

Penerbit: Pena Nusantara

Tahun: 2014

Cetakan: I,Oktober 2014

Jumlah Halaman: xxi+173 halaman

Harga: Rp 50000,-

Berawal dari melihat cover buku yang saya lihat pada salah satu medsos kakak kelas membuat saya tertarik untuk mencari buku tersebut dan membacanya sampai tuntas, bahkan harapannya bisa untuk mengaplikasikannya untuk pendidikan anak nanti. Setelah selesai membaca buku ini semakin membuka cakrawala khususnya mengenai pendidikan anak di Jepang. Sehingga tertariklah saya untuk membuat resensinya sekaligus belajar membuat resensi hehe..

Buku yang ditulis oleh Saleha Juliandi M. Si dan Juniar Putri, S. Si mengenalkan dan menjelaskan tentang pendidikan yang dapat diperoleh anak sejak dini serta bentuk-bentuk kegiatan pendidikan tersebut. Jepang menganut sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dimulai sejak usia 6 tahun (kelas 1 sekolah dasar). Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain pendidikan wajib belajar 9 tahun, di Jepang juga telah menyiapkan pendidikan anak sejak dini.

Pendidikan anak usia dini di Jepang terbagi dua yaitu Youichien (di Indonesia menyebutnya sebagai Taman Kanak-Kanak (TK)) dan Hoikuen (di Indonesia menyebutnya sebagai Taman Penitipan Anak (TPA), sementara di Amerika lebih populer dengan istilah daycare/nursery school). Tujuan utama pendidikan anakusia dini di Jepang baik Youchen (TK) ataupun Hoikuen (TPA/daycare) sama yaitu membangun kekuatan anak untuk hidup dan memiliki landasan hidup yang kuat untuk menapaki langkah selanjutnya. Landasan hidup berupa kesehatan fisik dan mental, hubungan sosial yang baik, hubungan yang baik dengan lingkungan, kemampuan berbahasa serta kemampuan ekspresi, kreativitas, dan seni. Sehingga pendidikan tak hanya dari orang tua, namun juga dari sekolah dan masyarakat. Pendidikan anak usia dini di Jepang sebagai bentuk salah satu langkah penting dalam pembentukan karakter mereka.

Aktivitas yang umum dilakukan TK dan TPA yaitu anak tidak diajarkan untuk membaca atau menulis melainkan mereka bernyanyi, prakarya, mendengarkan sensei bercerita, cuci tangan dan berkumur, serta mengajarkan untuk meminjam dan mengembalikan buku di perpustakaan. Sedangkan untuk aktivitas di TPA ada waktu tidur siang kira-kira pkl. 12.30-14.30, sedangkan untuk kelas 5 tahun tidak ada tidur siang untuk mengajarkan adaptasi anak pada tahun berikutnya ketika masuk SD.

Lalu bagaimana mengenai pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK)? Pendidikan Abk, pemerintah jepang memfasilitasi mereka dengan sangat baik. Tidak hanya pendidikan tapi fasilitas umum. Murid ABK mendapatkan pendampingan khusus oleh guru bersertifikat khusus ABK, serta sekolah membua hari-hari tertentu dalam sepekan pada hari-hari tersebut para ABK beraktivitas dengan teman-teman normal lainnya.

Kegiatan pertama yang dilakukan ketika sampai di sekolah mereka akan di sambut dengan sapaan yang ramah dari kepala sekolah yang sudah berdiri di depan sekolah hanya menggunakan baju training dan menggunakan sarung tangan karena sambil merawat/ menanam tanaman di halaman sekolah. Mereka juga membantu menyebrang jalan. Hal sama pun dilakukan ketika anak pulang dari sekolah. Hal yang dilakukan murid pertama kali setelah sampai disekolah yaitu melepaskan sepatu dan meletakkannya dengan rapi sesuai tempatnya lalu mengganti dengan sepatu indoor yang untuk menjaga sekolah agar tetap terjaga kebersihannya. Apabila membawa payung, maka payung akan dimasukkan ke dalam rak payung yang letaknya berdekatan dengan rak sepatu.

Kegiatan pagi hari tersebut mereka lakukan seraya melemparkan sapaan dan mengucapkan selamat pagi.Setelah mengganti sepatu, anak-anak masuk ke dalam kelas dan meletakkan perlengkapannya sesuai dengan tempat-tempat yang telah disediakan dan mengisi buku presensi dengan stiker. Sebelum pelajaran dimulai anak melakukan kegiatan bebas seperti bermain baik di indoor ataupun outdoor selama 1 jam. Sesaat sebelum belajar dimulai, senam sebentar dan kemudian mencuci tangan serta berkumur-kumur. Setiap ruang kelas TK, TPA, dan SD dilengkapi dengan bak cuci tangan serta sabun.Sejak dini mereka diajarkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan.

Pelajaran yang diperoleh anak di TK dan TPA anak-anak jepang tidak ditargetkan bisa membaca, menulis, apalagi menghapal. Anak-anak dijepang mencintai membaca dengan cara sejak dini sudah dikenalkan buku melalui diceritakan guru serta untuk motivasi membaca anak di SD yaitu digalakkan dengan salah satuya mewajibkan anak-anak meminjam buku dari perpustakaan sekolah. Jenis buku yang dipinjam bebas, sesuai hobi dan minat anak. Selain itu, di tempat-tempat menunggu pun banyak ditemui buku anak-anak.

Berbeda dengan pendidikan anak usia dini, sejak menginjak sekolah dasar, anak-anak sudah mulai diajarkan membaca, menghitung, dan pelajaran lainnya. Pelajaran yang diperoleh tak jauh berbeda dengan di Indonesia, hanya saja SD di Jepang terdapat pelajaran moralitas, pelajaran ilmu kehidupan, bahkan pelajaran kerumahtanggaan. Aspek penting dari pelajaran yaitu diharapkan siswa menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai lingkungan dan keindahan, dan menghargai kelompok komunitas.

Pelajaran ilmu kehidupan, anak-anak Jepang diajarkan tentang keterampilan hidup agar melatih anak mandiri dan terampil dalam menjalani kehidupannya. Pelajaran ilmu kehidupan seperti anak-anak mengenal keadaan di sekolah, kehidupan masyarakat di luar sekolah, mengenal peran perusahaan katering, peran dari petugas kebakaran, mengenal sungai, mengenal gunung, dll. Pengenalan tersebut tidak hanya melalui buku, hapalan, teori di kelas, tapi dapat langsung mengunjungi lokasi-lokasi tersebut atau peugas tersebut diundang datang ke sekolah.

Pelajaran kerumahtanggan diberikan sejak kelas 4 SD, bertujuan meningkatkan apresiasi dan partisipasi anak-anak terhadap kehidupan keluarga. Dengan pelajaran ini anak-anak dapat merancang sebuah menu makanan dan kemudian memasaknya bersama, mereka dapat belajar menjahit, mendesain dll. Pelajaran tersebut dan pelajaran lainnya seperti IPA, IPS, kesenian dan kerajinan tangan, musik, matematika, bahasa jepang, pendidikan jasmani dan bahasa inggris bukan hanya berupa materi yang hanya dibaca melalui buku, namun juga dipraktekkan langsung di kehidupan sehari-hari. Guru mengajar dengan cara inovatif dan terus memancing siswa agar berpikir secara kritis.

Dalam kegiatan pengajaran, guru tidak hanya mengajar, namun guru di Jepang rajin memfoto muridnya dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam ataupun di luar sekolah/TPA. Hal ini agar membantu orang tua untuk melihat aktivitas putra-putrinya di sekolah serta perkembangannya. Selain itu baik di TK, SD, Maupun TPA, terdapat hari kunjungan orang tua yang disebut sankanbi yaitu orang tua dapat melihat langsung kegiatan anak-anak di sekolahTPA, mengetahui perkembangan anak di sekolah, mengetahui iteraksi anak dengan guru dan teman-temannya di kelas, mengetahui minat anak dalam belajar, hingga mengetahui kondisi/suasana kelasnya.

Mengenai keberangkatan dan pergi anak-anak ke sekolah untuk TK mereka disediakan bus sekolah yang telah dihias semenarik mungkin serta sudah diuji kemanannya. Jika di TK tidak disediakan bus sekolah maka orang tua yang akan mengantarkannya baik dengan naik sepeda ataupun dengan berjalan kaki. Berbeda dengan anak TK yang disediakan bus antar jemput dan anak TPA yang diantar orang tua. Murid SD harus berjalan kaki saat berangkat ataupun pulang sekolah. Tidak diantar atau tidak naik kendaraan umum. Walaupun saat hujan deras ataupun turun salju cukup lebat. Pengecualian hanya diberikan ketika anak kurang enak badan, terlambat sekoah, atau ketika terjadi badai taifun.

Program berjalan kaki ini bertujuan mengurangi kemacetan, polusi, dan kebisingan serta meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh anak-anak. Walau berjalan kaki, keselamatan dan keamanan mereka tetap menjadi perhatian bersama. Bukan hanya orang tua dan polisi, namun juga guru dan voluntir dari masyarakat diberdayakan untuk menjaga anak-anak tersebut bahkan dibuatkan jadwal piket yang telah ditentukan. Mereka menganggap bahwa anak-anak merupakan aset negara. Sehingga menjaga mereka merupakan tugas bersama bagi seluruh masyarakat yang telah dewasa.

Masih banyak hal menarik lainnya yang dijabarkan dari buku ini yang dapat diperoleh. Buku dengan cover yang cantik tak lupa dengan gambar pohon sakura berwarna pink menambah buku ini semakin menarik untuk membuka dan membacanya. Hanya saja terdapat pengulangan kalimat pada beberapa bab. Bahasa yang digunakan ringan dan mengalir sehingga mudah untuk dipahami.

Membaca buku ini selain sebagai belajar namun dapat dijadikan sebagai bentuk evaluasi. Sesuai dengan harapan dari terbitnya buku ini yaitu Semoga dengan hadirnya buku ini, bisa menjadi salah satu referensi bagi para praktisi pendidikan dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta harapannya bisa langsung ditiru dan diterapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun