Mohon tunggu...
Zubairi
Zubairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Artikel Ringan

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Buk Ru, Puluhan Tahun Jualan Rujak dengan Cara Berjalan Kaki

10 Juni 2024   10:27 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya, orang yang memasarkan jualannya yang cukup familiar ada dua cara. Pertama, menetap di suatu tempat, menunggu pembeli. Kedua, berjalan tapi dengan cara menggunakan sepeda, membonceng gerobak yang di dalamnya berisi barang jualannya. 

Namun, beda cerita dengan penjual rujak ketupat di desa saya, "Buk, Ru" begitulah saya dan orang-orang memanggilnya. Perempuan yang umurnya kurang lebih 50 tahun ini sedari dulu memang nggak menetap di suatu tempat dan nggak pernah memakai sepeda, tapi ditempuh dengan cara berjalan kaki. 

Barang jualannya dibawa menggunakan baskom berukuran besar yang berisi ketupat, piring, cobek, kacang, mentimun, petis, pisau kecil dan kelengkapan lainnya. Semua barang tadi dijunjung di atas kepalanya, di bawah baskomnya ada lipatan sarung yang melingkar lalu diletakkan dengan miring sebagai penyangga agar kepala nggak terlalu sakit saat membawa barangnya. 

Puluhan tahun Buk Ru jualan rujak dengan cara berjalan kaki

Yang paling berkesan dari Buk Ru adalah waktu jualannya hingga sampai saat ini. Sebab, ia jualan rujak dengan cara berjalan kaki sudah puluhan tahun. 

Saya sendiri nggak tahu pasti sejak kapan Buk Ru berjualan rujak. Tapi, gampangnya, ia berjualan sebelum 2008. Karena ya, waktu saya masih sekolah pas duduk di bangku MI di tahun itu, Buk Ru sudah jualan rujak. 

Bahkan, kata teman saya yang lahir pada 1996 sekaligus tetangganya Buk Ru, waktu masih anak-anak, Buk Ru sudah jualan rujak. "Waktu saya masih kecil, Buk Ru sering mengantar rujak ke rumah saya," ucap teman tadi. 

Merujuk pada teman saya, sederhananya, sebelum tahun 2000 Buk Ru sudah jualan rujak. Dan hingga kini (2024) ia masih jualan rujak dengan cara berjalan kaki. 

"Kawan-kawan Buk Ru, pada era 90-an, sudah terbiasa jalan kaki saat menjajakan bahan pangan setengah jadi hingga ke luar desa, saat toko dan barang jualan kala itu masih terbatas. Jadi, kenapa Buk Ru suka jalan kaki hingga saat ini, ya mungkin karena orang-orang terdahulu sudah terbiasa jalan kaki," ucap teman saya tadi.  

Dengan terbiasa jalan kaki pula, Buk Ru jadi tetap sehat. Otot dan stamina Buk Ru tetap kuat saat membawa barang jualannya meski usianya tak lagi muda. Dengan kesehatan itulah menjadi salah satu alasan yang logis kenapa Buk Ru tetap jaya kini.

Harga sesuai keinginan pembeli

Buk Ru nggak mematok harga paten. Terserah pembeli mau beli berapa ribu. Harga yang ditawarkan oleh Buk Ru juga cukup murah. Mulai dari 2500 hingga 5000 rupiah. Bagi orang desa, harga segitu memang cukup bersahabat. 

Cara Buk Ru memasarkan rujaknya cukup cerdik

Ketika memasarkan rujaknya, Buk Ru berjalan kaki melewati jalan beraspal seperti penjual jalanan lainnya. Baik panas atau hujan, Buk tetap jualan. Jika capek, berhenti sejenak. Jika hujan, disuruh berteduh di rumah warga.

Dan, Buk Ru, biasanya akan berhenti di toko-toko ketika ada konsumen yang menyuruhnya berhenti sebab ingin melahap rujaknya. Kadang, pindah-pindah dari rumah ke rumah ketika ada pembeli yang memanggil namanya. 

Cara Buk Ru memasarkan rujaknya juga terbilang kreatif. Pasalnya, warga asal Dusun Cenlecen Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep ini, nggak setiap hari memasarkan rujaknya. Ke dusun saya, ia berjualan tiap hari Minggu dan Kamis, sementara ke dusun lain, hari Selasa dan Jumat. 

Cara Buk Ru selanjutnya, bagi saya, adalah pandai menganalisis waktu jualan makanannya. Buk Ru (setahu saya) berangkat jam setengah 10 pagi. Pada jam ini, orang-orang kebanyakan suka lapar, terlebih bagi orang desa yang baru pulang beraktivitas dari sawahnya. Sekalipun paginya sudah sarapan, pada jam 10 biasanya lapar lagi. Dan rujak Buk Ru menjadi obat agar segera kenyang lagi. 

Penolong bagi warga Rajun 

Secara nggak langsung, saya ingin menyampaikan bahwa Buk Ru adalah penolong bagi warga Desa Rajun. Kok bisa? Ya karena di desa ini memang jarang orang-orang yang mau jualan rujak seperti Buk Ru. Kalaupun ada, mentok jualan di depan rumahnya. Buk, Ru, satu-satunya penjual Rujak yang tetap dipasarkan dengan cara berjalan kaki.

Nah, ketika orang-orang ingin rujak, rujak Buk Ru menjadi pilihan yang tepat: murah dan enak serta warga nggak perlu repot-repot untuk mencari rujak ke seberang sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun