Mohon tunggu...
Zubairi
Zubairi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Artikel Ringan

Orang Kampung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perbedaan Tradisi Hidangan Tamu di Sumenep dengan Pamekasan

17 Maret 2024   10:49 Diperbarui: 17 Maret 2024   20:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto makanan (Pixabay.com/cattalin)

Suara adzan ashar berkumandang di masjid pinggir jalan kabupaten Pamekasan. Dan kami masih dalam perjalanan dari Sumenep ke Batu Bintang, Pamekasan, ke rumah suami bibi ipar. Tujuan kami ke sana, adalah untuk bersilaturahmi karena bibi dan suaminya baru saja datang dari Tanah Suci: selesai melaksanakan umroh. 

Kurang lebih sekitar 10 menit dari adzan ashar itu, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Kami diarahkan masuk ke langgar oleh salah satu pelayan untuk menemui suami bibi (Anom). Setelah selesai pelukan hangat sambil berjabat tangan dengan Anom, kami pun dipersilakan duduk. 

Dan, di sinilah saya akan menceritakan culture shock yang saya alami. 

Setelah duduk tak ada kopi maupun teh untuk tamu

Saya dan kakek duduk bersila di atas langgar, tepat di samping kanan Anom. Satu orang pelayan yang ada di atas langgar terlihat bangkit dari duduknya. Ia membawa talam (nampan) yang berisi air zam-zam berwadah gelas karet kecil dan satu toples berisi kurma untuk disuguhkan kepada kami. Satu orang, dapat satu buah kurma. 

Bismillah. Air zam-zam itu sudah kami teguk. Kurma pun sudah kami kunyah, tentu saja tidak ditelan dengan bijinya. 

Setelah itu, ya sudah. Tak ada kopi maupun teh sebagai minuman tambahan untuk rokok-an pasca meneguk air zam-zam. Saya sempat berpikir: mungkin kopinya masih ada di dapur. Ahha. Hingga kami pulang ternyata memang nggak ada kopi atau teh yang disuguhkan.  

Tradisi itu jelas berbanding balik dengan di Sumenep. Setidaknya, seingat saya saat bertamu ke orang yang datang dari Tanah Suci, tak jarang pelayannya memberikan teh atau kopi setelah memberikan air zam-zam. 

Di Batu Bintang, Pamekasan nggak ada. Setelah beberapa menit kami dikasih air zam-zam dan satu buah kurma, kami disuguhkan air gelasan yang 500 rupiah itu. Satu orang, dapat 2 air gelasan. Pikir saya, mungkin air itu sebagai ganti dari absennya kopi. 

Ketika pulang, saya tanya ke ibu, "di sana tradisinya tamu memang nggak dapat kopi ya?" 

"Nggak ada," jawab Ibu saya yang dulu pernah bertamu--melayat ke Batu Bintang yang juga mengaku nggak dapat hidangan kopi. 

Tak ada rokok untuk tamu laki-laki

Selain nggak mendapatkan kopi maupun teh, tamu laki-laki alias saya dan kakek, juga nggak dikasih rokok. Itulah perbedaan kedua yang saya rasakan kemarin sore. 

Pasalnya, di Sumenep, saat saya datang ke suatu acara: entah tahlilan, melayat ataupun orang yang baru datang umroh, tamu laki-laki biasanya diberi rokok. Satu orang, satu batang. Rokok itu lazimnya dikasih setelah teh atau kopi diberikan.  

Di Batu Bintang sana, nggak ada pemberian rokok bagi tamu. Namun, tetap saya hormati. Saling menghargai tradisi. Masak saya mau marah-marah karena nggak dikasih rokok? Nggak mungkin! 

Tak ada kue untuk tamu 

Di Sumenep, seringkali saya disuguhi jajanan seperti kue kacang kering dan kastengel saat menjadi tamu. Tak terkecuali apabila bertamu ke rumah orang yang baru selesai umroh. 

Kue yang identik dengan jajanan lebaran itu biasanya dikasih di paling akhir. Skemanya begini, pertama tamu dikasih air zam-zam, lalu kurma, terus sebatang rokok (bagi tamu laki-laki) serta teh atau kopi, barulah kemudian diberi kue kering yang ukurannya relatif kecil itu. 

Tapi, di Batu Bintang, Pamekasan beda tradisi. Tak ada rokok, tak ada kopi, pun tak ada kue kering bagi tamu yang datang menyambanginya.

Tapi tak mengapa. Yang penting, bibi dan Anom saya selamat dan bisa balik lagi ke Madura dengan aman dan gembira. Yang penting, keluarga saya sehat semua dan diparingi nikmat sempat untuk bertemu dalam bertamu sehingga bisa berpelukan dengannya. Urusan hidangan, beh...belakangan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun