Saya yakin, sampean ini pasti mendengar atau melihat teks di postingan sosial media yang kalau dibaca begini: ah, mending turu (tidur) meneh, ra risiko. Bahkan, saking sepelenya menganggap kalau tidur itu nggak bakalan risiko, kata "risiko" sampai diubah menjadi "Meksiko".Â
Kalau benar turu itu nggak ada risikonya, saya sih berani mengubah kata "risiko" menjadi "masako". Sayangnya, saya sadar bahwa turu tetap saja punya risiko. Di KBBI V, risiko itu berarti akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan).
Tidur, bisa ketabrak dan dilindas mobil
Sesuai arti dari KBBI, membahayakan, turu nyatanya betul-betul bahaya. Contoh, tidur di luar kamar seperti di kursi, di pinggir jalan raya, akhirnya ketabrak/keserempet mobil. Lihat saja postingan di akun Twitter @momentoviral itu. Atau, lihatlah postingan akun Twitter @anaive__. Saya nggak sepakat jika ada yang berargumen, "siapa suruh tidur di sana."
Duh, lidahnya kok nggak keseleo, ya!Â
Coba begini. Misal saya punya toko di pinggir jalan. Toko saya lagi sepi pengunjung, maka saya memilih tiduran di luar, atau duduk di kursi depan toko sambil main hp, sambil menunggu konsumen datang.Â
Eh, tiba-tiba ada kendaraan yang sopirnya ngantuk hingga saya kaget karena hampir ketabrak. Salahku apa salah dia? Risiko mendirikan toko di pinggir jalan? Emang mau, mendirikan toko di kebun yang sepi pengunjung? Â
Tidur di kamar juga ada risikonya, Bolo
Baiklah. Mari kita alihkan pandangan sejenak. Anggap saja turu di kamar tidur adalah salah satu cara meminimalisir risiko: agar tidak ditabrak kendaraan. Tapi, saya tegaskan: turu, risiko, dan kehidupan adalah tiga hal yang dekat dengan kehidupan.
Bukan sesuatu yang mengagetkan jika turu di kamar pun akan mendapatkan risiko (kurang menyenangkan). Contoh, yang paling banyak adalah sebab bermimpi. Situ bermimpi jatuh ke jurang atau sumur, atau apalah yang mimpinya situ bikin kaget.Â
Maka, jatuh dari tempat tidur dan kepalanya "jeduk" ke keramik adalah kenyataan yang sering terjadi.Â
Nggak usah mimpi pun, kadang tidur di kamar tetap saja kurang menyenangkan dan jatuh dengan sendirinya.Â
Atau, kalau mau contoh lain, betapa tidur itu ada yang kurang menyenangkan ya mimpi berkencing. Saya pernah ketemu dengan salah satu postingan di Instagram, yang kira-kira begini: mimpi apa yang sering menjadi nyata? Mimpi kencing. Dan, kebanyakan orang-orang sepakat terhadap komentar itu.Â
Mengapa kurang menyenangkan? Bayangkan, situ baru nyuci sprei, atau paling nggak masih bersih dan wangi, gara-gara mimpi kencing, selain pakaian yang dipakai tidur jadi basah, aroma sprei pun jadi bau tak sedap. Ah, nyuci lagi. Enak?Â
Risiko turu itu pasti ada, entah karena badan sendiri atau sentuhan dari orang lain
Sekali lagi saya tegaskan, risiko berarti kurang menyenangkan. Turu, tak luput dari itu. Gambaran lain dari risiko turu adalah, sampean baru saja mau tidur nyenyak, eh malah dibangunin sama teman ngajak mabar Mobile Legend atau kegiatan lain yang temennya butuh sampean. Sementara sampean sedang enak-enaknya turu.Â
Aku sih pernah mengalami hal yang tak diinginkan itu. Baru saja tidur, sudah dibangunin sama teman diajak ke pasar. Mana cara bangunnya kasar pula. Ya kaget.Â
Masih ada contoh lagi? Ada, kok.Â
Sampean pernah melihat video laki-laki yang tidur terlentang pakai kaos hitam, sedang tidur nyenyak tapi tiba-tiba temannya iseng bibirnya dikasih rokok dan rokoknya malah jatuh ke lehernya, nggak?Â
Jelas itu niat bercanda. Tapi, apakah itu menyenangkan bagi si Bang Turu?Â
Maka, melihat hal-hal di atas, mulai sekarang, hilangkan kata-kata "mending turu meneh, ra risiko". Sebab, hidup punya risiko (akibat yang tak menyenangkan) dalam porsinya masing-masing. Entah karena dengan sendirinya, maupun gara-gara orang lain.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI