Saya sempat bertanya ke teman saya, yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari lembaga madrasah di Desa Campaka, mengapa sampai semewah itu? Ya, memang begitulah kebiasaan masyarakat di sana ketika anaknya menjadi siswa Tauladan.Â
Saya sempat bertanya lagi, apakah guru nggak memberikan himbauan agar nggak dirayain kayak gitu? Belum terjawab, teman yang lain bilang bahwa, kebiasaan lama memang tak mudah dihilangkan. Misalkan gurunya sudah memberikan larangan demi pengiritan uang dan orang tua agar nggak repot, besar kemungkinan tetap akan repot.Â
Pasalnya, kebiasaan seperti itu, sama hal nya dengan orang sakit yang dirawat di rumah sakit. Ada uang atau tidak, mau tak mau harus mengeluarkan biaya gede.Â
Jika tidak dirayakan, maka bakal diomongin tetangga
Kata teman saya tadi, di Desa Campaka, ada salah satu tetangganya nggak merayakan anaknya yang sedang lulus sekolah, malah jadi omongan seksi para tetangga. Lha kok malah lulus sekolah?Â
Kata dia, lulus sekolah atau siswa Tauladan di madrasah sana, sama-sama dirayakan. Sama-sama kayak di atas. Ujungnya, orang tua akan menghabiskan biaya besar.Â
Jika orang tuanya enggan merayakan hal itu, maka akan diomongin tetangga macam tetangga dia. Padahal, meski dia nggak merayakan anaknya yang lulus, dia sudah  menanggung biaya sang penceramah di malam puncak haflatul imtihannya. Lha, masih diomongin kok.Â
Apalagi anaknya dinobatkan sebagai siswa Tauladan, dapat piala, berkalung bunga melati diiringi instrumen dan puisi sedih waktu di atas panggung, terus nggak akan dirayakan? Ya bakal jadi bahan ngibah orang-orang di sekitarnya.Â
Lha, ya gimana? Wong yang lain lazimnya kek gitu, situ malah nggak?Â
Dengan begitu, saya malah teringat dengan film di YouTube Mata Pena. Puddin saat mengendarai motor, berhenti di depan gardu (macam pos ronda) yang di sana, ada Mat Tinggal. Lalu Puddin bilang, yang kalau dibahasa-indonesiakan dan isyarat tangannya dipahami maka kira-kira begini: sering-seringlah ngomongin tentang saya, Mat. Asalkan, jangan sampai saya tahu. Biar saya dan kamu tetap jadi kawan!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H