Tetap disini menyangkut keseluruhannya, tepat materinya, tepat cakupannya, tepat penggunaannya, tepat sasarannya, sehingga bahan ajar tersebut dapat digunakan serta dapat memudahkan peserta didik ketika mengikuti dan menerima materi pembelajaran. Seorang pendidik tidak bisa menyamakan kondisi belajar yang dimiliki dan dibutuhkan setiap siswanya. Anak yang belajar dengan normal dengan anak yang belajar penuh dengan tekanan, penuh dengan permasalahan itu tentunya sudah pasti berbeda.Â
Tidak bisa seorang pendidik menyamakan antara anak yang belajar normal dengan anak yang belajar disertai dengan tekanan dan permasalahan. Pendidik harus bisa mengatasi dan menangani peserta didik yang mempunyai masalah tersebut supaya peserta didiknya mau mengikuti dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Misalnya, di dalam suatu kelas terdapat peserta didik yang berasal dari latar belakang keluarga yang kurang harmonis, peserta didik tersebut kelihatan banyak pikiran dan akhirnya berimbas pada proses belajarnya.Â
Seorang pendidik tidak bisa langsung memarahi karena peserta didik tersebut kurang maksimal dalam mengikuti pembelajaran, atau seorang pendidik menyamakan proses belajarnya dengan peserta didik lainnya yang pintar atau sudah paham.
Yang harus pendidik lakukan pertama kali yaitu mendekati dan mencari tahu mengenai latar belakang dari peserta didik tersebut, kemudian berilah peserta didik tersebut arahan, motivasi, semangat, supaya tidak larut dalam kesedihan dan masalah yang sedang menimpanya. Baru kemudian pendidik bisa memberikan bimbingan atau pembelajaran secara intensif sampai peserta didik tersebut bisa dan paham seperti peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang memiliki latar belakang berbeda, masalah pribadi, atau tekanan lainnya, itu sejatinya mereka membutuhkan yang namanya kasih sayang, perlindungan, dan juga pembelaan.Â
Seorang pendidik di sini bukan hanya memberikan sebuah ilmu yang bersifat materi, tapi juga harus bisa menjadi orang tua kedua bagi setiap peserta didiknya. Maka dari itu, Kesesuaian dan ketepatan materi pembelajaran dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik itu sangatlah berpengaruh terhadap proses belajarnya. Ketika seorang pendidik dapat mengembangkan bahan ajar atau materi pembelajaran dengan baik, maka kemungkinan besar peserta didik juga akan lebih mudah untuk belajar dan menerima pembelajaran.
4. Menentukan Urutan Bahan Ajar Akidah Akhlak
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan dalam mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika semisal ada beberapa diantara materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan mengakibatkan kesulitan terhadap peserta didik dalam memahaminya.Â
Misalnya, suatu materi pelajaran akidah akhlak, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan terhadap peserta didik mengenai rukun Islam, maka uraiannya dapat mencakup, membaca syahadat, mengerjakan shalat, mengerjakan puasa, mengerjakan zakat, dan naik haji ke Mekkah bila mampu. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan cakupan atau ruang lingkup serta kedalaman materinya, dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Pendekatan prosedural. Artinya, urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut yang sesuai dengan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu tugas. Misalnya, langkah-langkah menghafal Al Qur'an, langkah-langkah berwudhu' dengan cara yang baik, dan lain sebagainya.
2. Pendekatan hierarkis. Artinya, urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang. Maksudnya, materi yang diajarkan harus berjenjang dari bawah ke atas, dari mudah ke sulit, atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Dengan kata lain, materi yang sebelumnya harus dipelajari terlebih dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi yang selanjutnya. Contoh, soal cerita tentang amar ma'ruf dan nahi Munkar.Â
Supaya peserta didik dapat mengetahui dan memahami materi mengenai amar ma'ruf dan nahi Munkar, maka peserta didik harus terlebih dahulu mempelajari konsep dasar mengenai amar ma'ruf dan nahi Munkar, setelah mempelajari mengenai konsep dasar, peserta didik dapat mempelajari mengenai contoh dari amar ma'ruf dan nahi Munkar itu sendiri, dan selanjutnya peserta didik dapat mempelajari Mengani implementasi dari materi amar ma'ruf dan nahi Munkar. Jadi, tujuan dari diajarkannya materi secara berjenjang ini untuk memudahkan peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang diajarkannya secara urut.Â