Oleh : Trisno Mais, SAP, Mahasiswa Pascasarjana Unsrat Manado
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), yakni partai besutan mantan Presiden Indonesia ke- 5 Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau umumnya dikenal sebagai Megawati Soekarnoputri, untuk daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Utara (Sulut) semestinya terus melakukan langkah evaluatif.
Pemilihan kepala daerah (Pemilukada) lalu, Sulut yang diusung oleh PDI-P 2017 untuk Bolaang Mongondow: Yasti Soepredjo Mokoagow-Yanny Ronny Tuuk,Kepulauan Sangihe: Hironimus Rompas Makagansa-dr Fransiscus Silangen
Nah, dari sebagian besar usungan partai penguasa saat ini di Indonesia, rata-rata "tak berkutik". Kekalahan PDI-P 2017 kemarin pada Pemilukada langsung di Kabupaten Kepulauan Sangihe atas calon yang diusung Golkar dan Hanura, menjadi pelajaran berharga untuk partai yang diketuai Olly Dondokambey. Manado, Minahasa Utara (Minut) serta Minahasa Selatan (Minsel) juga demikian pada 2016 lalu. Dan jika ditotalkan, pasangan yang diusung lewat PDIP sudah sekira 101 pilkada yang akan digelar tahun 2017, termasuk 7 provinsi.
Komunikasi Pilkada serentak 2018 mendatang sudah dimulai. Partai politik (Parpol) di luar PDI-P pun untuk Sulut tak tinggal diam. Sejauh ini beberapa Parpol telah membuka penjaringan calon kepala daerah di enam kabupaten/kota yang akan menggelar Pilkada, yakni Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolmong Utara, Kotamobagu, Talaud, dan Sitaro. Dari keenam daerah dimaksud, hanya Mitra yang berpeluang dimenangkan. Bisa jadi dengan Sitaro!
Pilkada 2018 mendatang dianjurkan untuk jeli dan cerdas membentuk poros koalisi. Karena jika tidak, dipastikan kekalahan pada beberapa waktu lalu di masing - masing daerah bisa saja terulang.
Politik memang sesuatu yang sangat dinamis. Segala kemungkinan bisa saja terjadi. Menang bahkan kalah sekalipun bisa dan mungkin berpotensi. Oleh karena itu, soal politik, cepat menyimpulkan kemenangan ialah sebuah kekeliruan besar. Sikap ikhtiar itu perlu, biar terus dilakukan langkah konsolidasi hingga mengakar pada konstituen.
Konteks PDI- P di Sulut misalnya, pengambil kebijakan tidak terlalu bijak untuk memutuskan. Bahkan, di Sangihe misalnya. Problemnya sangat kompleks. Selain, calon usungan di luar PDI-P, Yabes saat itu sangat dekat dengan konstituen, juga dirinya memiliki basis rill. Kesalahannya PDI- P tidak memperhatikan hal itu. Yang di mana, ia pernah menjadi kader andalan PDI-P. Namun begitulah sejatinya politik praktis. Berkawan dan berlawanan tiada yang abadi. Keabadian hanya bisa dan mungkin saja terjadi, jika ada kepentingan yang sama.
Soalnya, PDI-P pada saat itu tidak memperhitungkan hal-hal tersebut. Yakni, figur Yabes menjadi incaran Parpol. Golkar cs sangat beruntung. Karena pasca diusung, kemenangan kursi eksekutif di daerah tersebut berhasil direbut.
Fenomena Pilkada di Minahasa bisa saja terjadi bahwa di luar PDI- P yang bakalan memenangkan kontestasi tersebut. Baru - baru ini figur IvanSa yang dulunya pernah diusung mendampingi JWS oleh partai berlambang moncong putih ini, Â untuk Pilkada 2017 mendatang akan putar haluan.