Mohon tunggu...
Zikrina Shalshabila
Zikrina Shalshabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi

Halo, nama panggilanku Caca, salam kenal ya! Aku suka banget baca buku dan nonton drama atau film. Di blog ini, aku bakal share banyak hal, mulai dari review buku-buku yang seru sampai rekomendasi drama dan film yang wajib ditonton. Yuk, kita seru-seruan bareng dan tukeran rekomendasi!

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Thailand: Not Friends (2023)

16 Juli 2024   16:22 Diperbarui: 5 Oktober 2024   00:14 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa definisi teman menurutmu? Seberapa baik kamu mengenal temanmu? Ada yang bilang, orang menjadi teman dekat jika kita membagikan rahasia kita kepada mereka. Apakah kamu setuju dengan pernyataan itu?

Sejujurnya, saya bukanlah peminat film Thailand. Namun, karya-karya hasil rumah produksi GDH 559 selalu berhasil menarik minat saya dan membuat saya ingin terus menonton. Mulai dari “Bad Genius”, “OMG! Oh My Girl”, “Friendzone”, “The Medium”,  hingga “How to Make Millions Before Grandma Dies”, GDH selalu berhasil menghadirkan cerita-cerita yang populer, menarik, dan emosional. Kali ini, saya ingin me-review salah satu karya GDH yang juga ditulis oleh penulis yang sama dengan film “Bad Genius”, yaitu Not Friends yang disutradarai oleh Atta Hemwadee.

Not Friends (เพื่อน(ไม่)สนิท) atau dikenal dengan (Not) Close Friend merupakan film yang dikirimkan Thailand sebagai perwakilan Oscar tahun 2024 untuk kategori Best International Feature Film di Academy Awards ke-96, meskipun akhirnya tidak mendapatkan nominasi. Film ini berdurasi 2 jam 10 menit dengan genre drama dan komedi yang sukses membuat penonton tertawa dan menangis sekaligus. Film ini dirilis pada 9 Oktober 2023 dan tayang di bioskop Indonesia mulai 24 Januari 2024. Sekarang, Film ini dapat ditonton di Netflix.

Film ini mengisahkan seorang murid pindahan bernama Pae (Anthony Buisseret) yang bertemu dengan Joe (Pisitpon Ekpongpisit) seorang siswa populer yang menjadi teman sebangkunya di semester enam. Pae adalah anak dari pemilik rumah produksi tepung tapioka. Ayahnya menolak mendukungnya untuk melanjutkan kuliah dan meminta dia untuk membantu menjalankan rumah produksi.

Joe sendiri adalah orang yang cukup populer, memiliki banyak teman, bodoh, menyenangkan, ramah, dan memiliki banyak rencana. Di menit awal, Joe meninggal secara tragis dalam kecelakaan mobil. Bagi saya, ini membingungkan karena saya kira Joe merupakan pemeran utama dalam film ini. Sebelumnya, saya memang tidak menonton trailer dan mencari tau terlebih dahulu. Maka dari itu, saya dibuat bingung dan bertanya-tanya mengapa di 20 menit awal pemeran utama dibuat meninggal. Ternyata memang saya yang salah.

Seminggu berlalu sejak meninggalnya Joe, warga sekolah banyak yang sudah melupakan Joe dan melanjutkan aktivitas seperti biasa. Sementara itu, Pae tertarik untuk mengikuti tawaran beasiswa masuk universitas tanpa ujian tulis, hanya dengan membuat film pendek. Pae tertarik dengan beasiswa yang ditawarkan, karena ia tidak memiliki otak yang cukup pintar dan tidak bisa mengandalkan ujian untuk berkuliah. Dengan penawaran ini, Pae memanfaatkan situasi kepergian Joe dengan alasan untuk persembahan terakhirnya. Pae mengaku bahwa ia sangat dekat dengan Joe, padahal di awal Pae tidak ingin berteman dengan Joe. Ia selalu mengacuhkan Joe ketika Joe mulai mengajaknya berbicara. Dengan pengakuan ini, membuat sahabat dekat Joe bernama Bokeh (Thitiya Jirapornsilp) curiga dengan motif yang dilakukan oleh Pae.

Film ini memiliki premis yang sederhana dan ringkas. Namun, tetap dengan sensasi tegang saat menonton karena melihat sejauh mana Pae sanggup berbohong. Bokeh yang awalnya membenci Pae karena membuat film pendek ini hanya untuk kepentingan pribadi jadi ikut membantu Pae demi mendiang Joe. Film ini memang dibumbui sedikit plot romance, tetapi dinamika persahabatan lebih mendominasi. Jalan cerita yang menarik dengan storyline yang menyentuh dan plot yang sukses membuat saya berpikir, “Hah” di balik skenario yang ditulis oleh Joe.

Film ini sangat direkomendasikan bagi mereka yang ingin mengenang masa SMA yang penuh kenangan. Film ini juga membantu kita untuk memaknai arti sahabat dan sinema dengan perspektif yang berbeda. Cerita yang dibuat realistis dengan ending yang meninggalkan bekas mendalam membuat kita menyadari alasan mengapa film ini dijadikan sebagai pewakilan Thailand dalam Oscar 2024. Film ini dapat dijadikan sebagai pilihan tontonan santai, tetapi isi cerita tetap berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun