Sempat terngian ucapan mama jangan coret coret di wajah nanti cemong semua susah bersihinnya, jangan main lumpur nanti bajunya kotor kena lumpur, dan kata Jangan yang mengungkapkan larangan melakukan sesuatu.
Hal tersebut membuat sang anak menjadi kurang kreatif dimasa yang akan datang, sang anak akan ragu mengungkapkan keluhannya atau masalahnya terhadap orang tuanya karena sang anak takut akan dilarang dan dimarahi.
Dan akhirnya sang anak akan sulit mengungkapkan masalahnya dan mengalami trauma sendiri saat ingin mengungkapkan keluhannya kepada orang tua.
Lalu bagaimana cara mengatasi hal tersebut agar sang anak tidak trauma bercerita apapun pada orang tua?
Salah satunya dengan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dengan tujuan terapi.
Dimana seorang konselir dan klien dapat melakukan hubungan terapeutik, yang berarti hubungan interpersonal yang saling menguntungkan sehingga konselor dan klien memperoleh pengalaman belajar serta memperbaiki pengalaman emosional klien.
Dalam hal ini sebagai konselor baiknya memiliki empati, dimana empati tidak hanya sebatas merasakan apa yang dialami klien, tetapi empati yang dimiliki konselor akan membuat konselor mencoba melakukan sesuatu untuk menolong dan menunjukkan kepeduliannya.
Jadi hubungan terapeutik dan empati sangat berhubungan erat, dalam hubungan terapeutik konselor baiknya memiliki empati pada apa yang dialami klien.
Tetapi konselor yang memiliki empati harus mampu mengontrol dirinya sendiri dan tidak kehilangan identitas dirinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H