Net Zero Emissions adalah istilah yang telah muncul di tahun 2008 yang sebenarnya mengacu kepada tercapainya keseimbangan dari  produksi gas rumah kaca dan penanganannya dari lingkungan. Ketika jumlah emisi yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya, dan tak ada yang menguap hingga ke atmosfer, maka itulah yang dinamakan Net Zero Emissions.Â
Secara alamiah, emisi terserap oleh pohon, laut, dan tanah. Kebayang bukan bagaimana jika pohon di babat habis untuk lahan pemukiman/industri, laut tercemar oleh limbah industri dan tanah yang kesulitan menguraikan limbah anorganik maupun limbah padat.Â
Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa? Yuk simak poin-poin dibawah ini:
 1. Berjalan Kaki atau Menggunakan Transportasi Umum
Banyak diantara mahasiswa yang lebih suka menggunakan motor untuk membeli makanan atau ke warung di ujung gang yang jaraknya hanya 50 meter. Padahal, kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar, atau gas akan menghasilkan jejak karbon dari proses pembakaran bahan bakar tersebut.Â
Jika kita masih berpikiran, 'ah elah cuman 3 kali nge-gas nyampe kok, ga sebahaya itu lah pastinya'. Coba renungkan, jika masing-masing penghuni kos berpikiran hal yang sama selama 1 minggu, ada berapa banyak gas emisi yang dihasilkan?
Dengan adanya berbagai macam kendaraan, membuat kita lupa dan malas akan pentingnya berjalan kaki. Sedangkan jalan kaki memberikan dampak yang sangat baik bagi tubuh kita. Berjalan kaki juga merupakan olahraga kecil yang justru memberikan dampak besar bagi kesehatan tubuh.
Disamping meningkatkan kesehatan, berkurangnya volume kendaraan di jalan raya akan menghindarkan kita dari kemacetan yang panjang. Yuk biasakan jalan kaki atau gunakan transportasi umum minimal untuk jarak yang dekat.
2. Mengurangi Pemakaian Sampah Plastik
Setelah pulang kampus biasanya akan singgah di tempat jajanan pinggir jalan. Atau ketika akhir bulan, pasti para mahasiswa akan melakukan belanja bulanan. Dua kondisi tersebut tak akan luput dari yang namanya pemakaian plastik, kebayang tidak jika dalam satu hari ada 20 pembeli untuk jajanan cimol saja, ada berapa konsumsi plastik dalam 1 hari untuk 1 kota?
Kita semua tahu bahwa plastik membutuhkan waktu 500 tahun agar bisa terurai. Tercatat Selama Kuartal I-2021, total sampah botol plastik yang berhasil dikumpulkan PT Inocycle Technology Group Tbk. (INOV) adalah sebanyak 11.600 ton. Hasil penelitian Jenna Jambeck 2010 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Menurut Jambeck, Â Indonesia yang menggunakan 11 juta kilogram plastik per hari masih menyisakan sampah plastik yang tidak terkelola mencapai 9 juta kilogram.Â
Yuk bawa toples, botol minum, sedotan dan tas belanjaan sendiri. Sudah banyak inovasi agar barang yang ramah lingkungan dapat dibawa dan ukurannya dapat disesuaikan. Sekarang hanya tinggal eksekusi, 'mau atau tidak?'
3. Lakukan Decluttering Sekali Sebulan
Keinginan untuk tampil stylish di lingkungan kampus merupakan suara hati para mahasiswa, terlebih mahasiswa baru. Momen remaja dan menemukan cara berpakaian yang cocok membuat mahasiswa kerap kali suka mencoba gaya berpenampilan yang baru. Wajar jika ingin membeli barang baru, tapi jangan sampai kalian menumpuknya dan pada akhirnya menjadi tidak terpakai.
Jika kalian hobi berbelanja, usahakan selalu melakukan decluttering. Decluttering adalah kegiatan menyingkirkan barang yang tidak digunakan, sehingga hanya menyimpan barang-barang yang memang dibutuhkan sehari-hari. Selain bertujuan untuk membatasi gaya hidup konsumtif, kamu juga mendukung program ramah lingkungan.
Setelah melakukan penyortiran tadi, pakaian atau kain bekas yang sudah tidak kamu gunakan sebaiknya jangan asal kamu buang, kamu bisa menjual/menyumbangkannya ke toko Thrift/Preloved/Second Hand. Pakaianmu membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai. Sebaiknya jual kembali atau berikan pada yang lebih membutuhkan atau bisa juga kamu olah kembali menjadi kerajinan tangan.Â
Ikut tren kekinian sah-sah saja, tapi yang perlu diingat bahwa mayoritas tren hanya berlangsung sekilas lantas hilang, dan cara pembuatan barang-barang ini cukup merusak lingkungan. Yakin mau menuruti ego semata?
4. Mencabut Colokan Jika Tidak Digunakan
Meninggalkan kamar kos atau kontrakan dalam kondisi kipas masih nyala dan setrika masih kecolok adalah ciri khas mahasiswa. Salah satu alasannya yaitu buru-buru masuk kelas atau teman yang sudah datang menjemput, sehingga lupa memastikan sekeliling sebelum ditinggalkan.Â
Kita harus sadar bahwa energi listrik yang kita nikmati, sebagian besar dihasilkan oleh pembangkit yang berkontribusi dalam pencemaran udara. Pembangkit listrik ini menghasilkan banyak gas emisi yang dapat merusak lapisan ozon atau atmosfir bumi.
Gerakan ini dapat menghemat biaya dan juga dapat berkontribusi dalam menjaga bumi loh.
Selain Mahasiswa, pemerintah juga tetap harus menjalankan perannya, yakni mencegah deforestasi, menanam lebih banyak pohon, mencegah degradasi lahan, dan tak merusak ekosistem laut serta perairan, Â dalam pembuatan hukum dan undang-undang agar tercapainya agenda Net Zero Emissions ini. Â
Nah, poin mana nih yang sekiranya cocok untuk kalian praktekkan? Setiap langkah kecil sangatlah berarti. Yuk mulai dari sekarang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H