Mohon tunggu...
Pestalozzi E.Z.
Pestalozzi E.Z. Mohon Tunggu... Relawan - pelajar fulltime

sedang belajar banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Macetlah Karena Mengalah

15 Oktober 2010   04:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:25 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin anda bingung tentang judul yang saya tulis. Akan tetapi coba anda cerna. Ada benar atau baiknya juga, karena macet karena mengalah, efeknya lebih positif daripada macet karena tidak mau mengalah.

Sayangnya orang Indonesia, yang selalu dipromosikan sebagai bangsa yang ramah senyum, ternyata tidak sabaran. Berlawanan dengan apa yang Jason Tedjasukmana tulis di majalah TIME 23 April 2009, dimana dia berpendapat bahwa Lalulintas Jakarta adalah Best Place to Learn Patience, tempat terbaik untuk berlatih kesabaran. Apa mau dikata, ternyata macetnya Jakarta juga disumbang oleh ketidaksabaran para pengemudinya.

Secara nalar, memang wajar dan seharusnya, apabila para supir tidak sabar mengarungi lalulintas Jakarta pada rush hour. Jam berangkat kantor, dan jam pulang kantor. Waktu berangkat, ingin cepat sampai kantor, waktu pulang, ingin cepat istirahat di rumah. Tidak usah kita bahas faktor-faktor lain yang menyebabkan kemacetan.

Balik ke masalah sabar. Ya, coba perhatikan setiap pertigaan, perempatan, putaran balik yang tersebar di Jakarta, baik yang diatur oleh lampu lalulintas maupun yang tidak. NOBODY RESPECT THE TRAFFIC LIGHT ANYMORE, TIDAK ADA YANG MENAATI LAMPU LALULINTAS SEKARANG INI. Main terabas atau selonong merupakan praktik yang lumrah, meskipun didepannya ada pak polisi. Hal pertama dalam ketidaksabaran supir di Jakarta. Berlaku bagi motor dan mobil.

Pengemudi kendaraan di Jakarta belum mengenal, terbiasa, atau mengerti dengan konsep yang dikenal dengan Box Junction atau Traffic Junction. Sebenarnya konsep ini sudah diterapkan (dicoba pada perempatan Sarinah). Coba anda kalau lewat perempatan Sarinah, perhatikan marka yang terdapat pada perempatan, berbentuk kotak yang diagonal-diagonalnya dipertemukan, di lukis dengan warna kuning.

Apa itu Box Junction? Box Junction adalah konsep dimana, setiap perempatan harus selalu bersih dari mobil yang berhenti. Gampangnya, tidak boleh ada mobil yang mengantri lalulintas di dalam box perempatan tersebut. Mobil boleh menunggu dalam box dalam hal dia akan berbelok, dan arah lalulintas yang dia akan berbelok berjalan lancar/tidak dalam keadaan macet.

Keadaan lain dimana box junction ini harus diperhatikan adalah kendaraan tidak boleh memasuki box apabila keadaan lalulintas didepannya masih macet. Dengan begitu dapat terhindarkan gridlock, atau kendaraan-kendaraan dalam posisi terkunci yang menyebabkan macet total.

Kurang lebih begitulah yang dinamakan box junction. Apabila ini diterapkan di Jakarta saya rasa bisa membantu mengurai kemacetan. Sangat dibutuhkan kesabaran ekstra karena lalulintas Jakarta yang pada rush hour hanya bergerak 5-10km/jam-nya. Bisa dibayangkan pasti para supir sangat gemas untuk masuk ke box junction meskipun lalulintas didepannya masih antri.

Perempatan yang biasa saya lewati dan perlu diterapkan peraturan ini antara lain, perempatan Kuningan-Gatot Subroto, perempatan Patung Pancoran, perempatan dan perlintasan pintu kereta api Halimun Manggarai, Perempatan SPBU Pejompongan, perempatan bawah Flyover Karet, pertigaan Landmark, dll, mungkin anda bisa menambahkan sesuai dengan rute rutin anda.

Satu lagi yang mengusik saya perihal tidak ada lagi yang menaati lampu merah sekarang ini, adalah perilaku para pengendara sepeda motor yang tidak sabaran untuk menunggu lampu merah berubah hijau. Saya tidak mendiskreditkan pengendara sepeda motor, karena seringkali saya ke kampus naik motor. Pengendara tertentu ini menganggap seakan-akan aman dan boleh baginya, yang “cuma” satu motor ngeloyor menerabas lampu merah. Ini sangat berbahaya bagi dirinya, dan kendaraan lain dari arah berlawanan atau arah memotong. Apa sih urgensinya, sedemikian sehingga harus menerabas lampu merah. Saya yakin hanya persoalan sepele, tidak sabaran.

Menarik dan perlu rasanya pemikiran “Macetlah karena Mengalah” ini kita jadikan bahan introspeksi untuk perilaku berkendara dan berlalulintas kita. In my humble opinion, macet akan lebih manusiawi dengan kita berperilaku mengalah dalam berkendara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun