Mohon tunggu...
Inovasi

Ajang Pamer di Path

19 September 2015   11:47 Diperbarui: 19 September 2015   11:47 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media Sosial sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini, banyak macam media sosial yang eksis di masyarakat antara lain facebook, twitter, instagram, path, dan masih banyak lagi. kali ini penulis akan membahas salah satu dari media sosial tersebut yaitu path. Path merupakan aplikasi jejaring sosial yang sudah berdiri sejak 2010 yang berkantor pusat di California, USA yang pertama kali muncul di iTunes (aplikasi iPhone) tetapi kemudian pihak path meluncurkan Google Play untuk android seperti di jelaskan dalam path. Path digunakan untuk berbagi foto atau kegiatan apa yang sedang pengguna lakukan dan bisa dikatakan jika path merupakan kombinasi dari instagram dan twitter tetapi aplikasi path ini sendiri lebih tertutup dibandingkan dengan media sosial yang lain.

 Yang dibagikan oleh pengguna di path biasanya makanan yang mereka pesan, lagu yang mereka dengar, buku yang mereka baca, atau dimana saat itu si pengguna berada. Tak jarang yang dibagikan oleh para pengguna menimbulkan kesan ajang pamer karena mereka seolah-olah berlomba-lomba untuk terlihat eksis di suatu tempat atau memesan makanan mahal di cafe yang elite dan terkadang apa yang mereka bagikan tidak benar-benar tejadi seperti saat sedang tidak melakukan apa-apa lalu mereka membagikan di path jika mereka sedang membaca buku atau mendengarkan lagu karena sudah menjadi kebiasaan untuk membagikan keiatan mereka.

Jika dipandang lewat teori determinisme teknologi yang menjelaskan bahwa teknologi sebagai alat yang dapat membentuk dan mempengaruhi pola pikir, perilaku, dan gaya hidup masyarakat (Nurudin, 2002:174), manusia menciptakan path sebagai salah satu teknologi yang menjadi penghubung tiap individu. namun seiring berjalannya waktu, kebiasaan manusia membagikan kegiatan mereka di path mengubah perilaku mereka, misalnya pada awalnya saat makanan yang dipesan sudah tersajikan langsung dilahap oleh mereka tetapi sekarang mereka menyempatkan waktu untuk mengambil gambar makanan mereka lalu diunggah ke path tidak peduli makanan yang tersajikan itu sudah dingin atau belum demi membagikan gambar makanan mereka di path.

Selain itu menurut Maslow dalam (Krisdiarto, 2004: 121), jenjang kebutuhan manusia yang tertinggi adalah aktualisasi diri yaitu mewujudkan apa yang seharusnya mampu diwujudkan sesuai dengan potensi yang mereka miliki dan mereka terdorong untuk sampai ke jenjang ini karena mereka sudah memnuhi jenjang-jenjang yang ada dibawahnya . karena adanya perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh teknologi yang semakin berkembang, manusia memasuki jenjang yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka. bagi mereka yang memiliki apa yang tidak semua orang miliki mereka cenderung memiliki hasrat urnuk membagikan kepada semua orang bahwa mereka memiliki itu. mereka mendapat kepuasan tersendiri saat membagikan apa yang mereka miliki lewat media sosial. ajang pamer yang ada di path yang pada awalnya diciptakan untuk menghubungkan tiap individu membuktikan bahwa path juga dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup masyarakat saat ini dan mereka memang sudah sampai di jenjang kebutuhan yang lebih tinggi.

Saran penulis agar masyarakat lebih bijak saat menggunakan media sosial mereka dan memakai media sosial sesuai dengan kebutuhan yang memang bermanfaat untuk mereka.

Sumber:

Nurudin. 2002. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.

http://fanthry029.blogspot.co.id/2014/08/jejaring-social-path.html 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun