Janganlah pemerintah berdagang hasil bumi pada rakyatnya sendiri
"Sebetulnya kenaikan BBM sudah mendesak, harus segera dilakukan. Kenaikan BBM karena bocornya anggaran kita," ungkap Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di kantor DPP, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Selasa (26/8) sebagaimana yang diberitakan pada http://www.rmol.co/read/2014/08/26/169470/Muhaimin-Iskandar:-Harga-BBM-harus-Dinaikkan-karena-Anggaran-Kita-Bocor-
Dia menjelaskan, menaikkan harga BBM dibutuhkan agar anggaran subsidi yang ada bisa dialokasikan kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak lain, seperti pendidikan maupun pembangunan infrastruktur.
Bagaimana ceritanya kebocoran anggaran yang menanggung akibatnya rakyat membeli BBM dengan harga yang lebih tinggi ?
Pemerintah adalah ibarat orang tua dan rakyat Indonesia adalah ibarat anak-anaknya yang harus diasuh dan dibesarkan.
Janganlah orang tua (baca pemerintah) berdagang hasil bumi pada anaknya (baca rakyatnya) sendiri.
Seharusnya anak (baca rakyat Indonesia) membeli BBM sesuai dengan harga perolehan dan pengolahan atas karunia Tuhan dari perut bumi yang dilakukan oleh orang tua (baca pemerintah)
Pada kenyataannya subsidi BBM bukanlah “pengeluaran pemerintah” namun selisih harga BBM di pasar internasional dengan harga perolehan dan pengolahan BBM.
Semua BBM yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia harus dinilai dengan harga internasional, walaupun kita mempunyai BBM sendiri.” Dengan kata lain, rakyat Indonesia yang mempunyai BBM harus membayar BBM ini dengan harga internasional.
Bilamana harga BBM yang dibeli oleh rakyat Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan ekuivalen harga minyak mentahnya di pasar internasional, dikatakan bahwa pemerintah merugi, memberi subsidi untuk perbedaan harga ini.
Lantas dikatakan bahwa “subsidi” sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, sedangkan pemerintah tidak memilikinya. Maka APBN akan jebol, dan untuk menghindarinya, harga BBM harus dinaikkan.