Â
    Membahas tentang tempat wisata, Yogyakarta selalu tak kehabisan tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi. Dari pinggiran kota, sampai tengah kota pun banyak destinasi wisata yang patut anda coba saat mampir ke Kota Istimewa ini. Perhatian saya tertuju pada wisata alam tengah kota, yaitu Embung Tambakboyo.
    Sebenarnya, Embung Tambakboyo merupakan waduk yang difungsikan sebagai resapan dan cadangan air tanah bagi masyarakat sekitar yang berlokasi di Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Embung ini memiliki luas sebesar 7,8 hektar dengan total volume tampungan air mencapai 400.000 m3. Pada awal dibangun, Embung Tambakboyo memiliki tiga fungsi utama, yaitu konservasi, perikanan dan tempat wisata. Akan tetapi, dalam pengembangannya malah lebih sering digunakan sebagai wahana rekreasi, memancing dan berolahraga. Efek lainnya yang ditimbulkan adalah peningkatan pendapatan penduduk sekitar dengan membangun usaha perdagangan di sekitar embung yang dapat mengurangi pengangguran bagi warga sekitar.
    Akses jalan menuju Embung Tambakboyo bisa dibilang mudah, karena jaraknya hanya beberapa kilometer saja dari jalan ringroad utara Jogja. Hal tersebut yang menjadikan embung ini ramai setiap saat terutama pada sore hari. Kemudian saya mencoba mendatangi embung tersebut pada sore hari setelah seharian berkuliah. Pada pintu masuk embung, akan dikenakan biaya sebesar 2.000 rupiah untuk retribusi parkir, jadi tidak ada harga tiket masuk, hanya membayar biaya parkir saja.
    Saat pertama kali masuk, saya dihadapkan dengan luasnya Embung Tambakboyo yang berkelok-kelok. Kemudian saya berjalan mengitari embung, di setiap pinggiran embung, kita dapat melihat banyaknya orang yang sedang memancing, jogging bahkan ada juga yang berpacaran. Tak sedikit pula orang yang hanya sekedar menikmati tenangnya air dan keindahan embung sambil duduk menikmati makanan maupun minuman di setiap warung kopi di tepian embung.
    Setelah dirasa cukup lelah, akhirnya saya memutuskan untuk beristirahat di salah satu warung kopi yang menurut saya memiliki pemandangan langsung menghadap embung yang cukup bagus. Saya memesan secangkir kopi kepada seorang ibu penjaga warung tersebut. Sembari menikmati suasana embung, saya berbincang-bincang kepada ibu tadi. Beliau bernama Bu Susi, beliau merupakan orang asli sekitar Embung Tambakboyo. Kemudian saya menanyakan sudah berapa lama ibu berjualan, beliau menjawab "Saya sudah hampir 10 tahun mas berjualan disini, ya memang sudah lama sekali". Memang embung ini sudah lama berdiri sejak tahun 2008, jadi Bu Susi sudah mulai berjualan di tepian embung kira-kira dari tahun 2013.
    Mengenai intensitas pengunjung embung, saya bertanya langsung ke Bu Susi, "Ya pengunjungnya selalu rame kok mas, hampir itu setiap hari ramenya, paling kalo lebih rame lagi pas Sabtu Minggu, banyak tuh orang jogging disini." ucap Bu Susi. Tak bisa dipungkiri lagi memang embung ini selalu ramai, entah oleh pemancing maupun orang jogging. Kebanyakan memang tujuan orang datang ke Embung Tambakboyo adalah untuk melakukan kegiatan tersebut, sebagiannya lagi menikmati keindahan embung sembari pacaran. Jadi tak heran jika warung milik Bu Susi masih bertahan sampai sekarang.
    Sebelum pulang, saya menyempatkan lagi untuk mengelilingi embung ini. Ternyata tak hanya warung kopi Bu Susi saja yang menjajakan dagangannya di sekitar embung, terdapat juga warung kopi yang lainnya dan beberapa kafe yang berjejer serta pedagang asongan dan kaki lima juga dapat kita temui disini. Warung kopi dan kafe tersebut juga sedang ramai, mungkin karena saya datang pada sore hari, dimana pada saat itu mendekati matahari terbenam. Sehingga banyak pengunjung yang ingin melihat sunset diatas Embung Tambakboyo ini. Pastinya pemandangan saat sunset akan sangat bagus, karena terdapat pantulan seperti cermin yang dapat dilihat dari permukaan air embung yang menambah kesan menenangkan.
    Sambil menyusuri jalan di pinggir embung, tepatnya saat saya sampai pada bagian hulu embung terdapat banyak sekali orang memancing. Spot ini dipilih karena arus air pada bagian hulu relatif tenang, dan mungkin saja terdapat ikan yang terbawa arus sungai dan terperangkap masuk kedalam embung. Namun satu hal yang disayangkan dari bagian hulu ini adalah banyaknya tumpukan sampah sampai-sampai berbentuk seperti pulau kecil. Sampah itu berupa sampah organik seperti ranting pohon dan daun-daun yang sudah kering, terdapat juga sampah plastik yang lebih dominan daripada sampah organik. Tentu saja pemandangan embung yang sudah indah dapat dirusak dengan pemandangan sampah yang mengapung diatas permukaan air embung, walaupun masih sedikit apabila tidak dilakukan tindakan maka pulau sampah yang kecil tadi dapat menjadi lebih luas. Hal tersebut dipicu sebab tidak adanya saringan air pada bagian hulu, sehingga sampah tadi dapat mudah lolos dan mengapung dipermukaan embung.
    Pada bagian sisi embung yang lain, saya menjumpai pasangan anak muda yang sedang berpacaran. Bahkan hampir setiap sisi embung, kita dapat melihat hal tersebut. Biaya masuk embung yang murah dan jajanan sekitar embung yang banyak dan ramah di kantong mungkin menjadi alasan mengapa pasangan muda-mudi ini menghabiskan waktu bersama kekasihnya di Embung Tambakboyo.
    Sejalan dengan pasangan kekasih, banyak juga pengunjung yang berolahraga di sekitaran embung. Mereka berlari memutari Embung Tambakboyo, sebab lintasan di tepian embung sudah berkonblok jadi mudah dilalui sambil berlari. Berkeloknya jalan menambah panjang lintasan untuk memutari embung ini, jadi dapat dijadikan alternatif bagi anda yang ingin tetap sehat sembari melihat keindahan Embung Tambakboyo di sepanjang jalan.
    Dari tujuan awal sebagai area konservasi, kini Embung Tambakboyo bertambah fungsinya menjadi salah satu tujuan wisata murah meriah bagi masyarakat Yogyakarta. Selain memberikan efek yang positif bagi lingkungan, sekarang juga dapat menambah pendapatan daerah dengan banyaknya pengunjung yang berekreasi kesini. Perekonomian masyarakat sekitar embung pun dapat terbantu, dan yang paling berpengaruh adalah sebagai resapan air yang terdapat di jantung Kota Yogyakarta sehingga mencegah kemungkinan terjadinya banjir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H