Mohon tunggu...
Aisyah Nawangsari Putri
Aisyah Nawangsari Putri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Small town girl. Took the midnight train, going anywhere.

Freelance writer Email: zonaisyah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Buah Simalakama Musisi Berhijab

3 Juni 2017   12:20 Diperbarui: 7 Juni 2017   10:05 1329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kali saya menonton video klip musik yang dipersembahkan oleh perempuan berhijab. Baik dari Indonesia, maupun dari luar negeri. Sebagai sesama perempuan Muslim, saya merasa bangga akan mereka yang mampu berkreasi dan mengekspresikan diri. Khususnya jika musik yang mereka nyanyikan memiliki lirik tentang kehidupan Muslimah yang bangga akan hijabnya. Mereka membuktikan hijab bukanlah simbol penindasan. Perempuan berhijab bisa melakukan apa saja yang mereka mau.

Sayang tidak semua orang setuju. Para Islamophobia masih menganggap bahwa hijab adalah suatu bentuk penindasan terhadap perempuan dan menyanyikan lagu tentang hijab sama dengan merayakan penindasan atau meludah di depan mereka yang merasa tertindas. Sementara dari pihak Muslim sendiri menyerang mereka dengan mengatakan bahwa musik itu haram dalam Islam dan apa yang para hijabi lakukan itu mempermalukan citra perempuan Muslim yang santun. Jika pembaca menonton video Mona Hayder yang berjudul HIJAB mungkin akan mengerti maksud saya. Komentar-komentar yang masuk tidak ada satu pun yang positif. Dia diserang dari dua kubu sekaligus.

Apa yang saya sebutkan di paragraf di atas hanyalah apa yang terjadi di dunia maya. Di dunia nyata, para musisi hijabi ini menghadapi penentangan yang sesungguhnya. Misalnya saja VoB (Voice of Baceprot), grup band metal yang digawangi tiga siswi cantik berhijab asal Garut. Mereka yang masih anak-anak ini semestinya dibanggakan karena mandiri, kreatif, dan berani. Tapi sepertinya ada orang-orang yang merasa terancam atau terganggu dengan adanya musisi hijab yang menyanyikan lagu metal.

Bukannya memberikan nasihat atau kritikan dengan baik-baik, orang-orang yang tidak setuju dengan VoB melempar batu ke kepala anak-anak itu dan bahkan menggangu warung tempat orang tua mereka bekerja. Saya tidak tahu apakah pelakunya itu orang dewasa atau anak-anak, yang jelas apa yang mereka lakukan adalah bentuk terorisme dan meneror anak-anak adalah perilaku yang sangat rendah.

Tumbuh di keluarga Muslim yang cukup taat, saya tidak pernah merasa hijab sebagai sebuah simbol penindasan. Keluarga saya  tidak pernah melarang saya untuk ini itu HANYA KARENA saya perempuan. Jika memang ada larangan, pasti ada alasan yang jelas dan masuk akal. Karena itu saya selalu yakin saya bisa melakukan apa yang saya mau asalkan kegiatan tersebut positif. 

Kemudian saya mendengar perempuan-perempuan yang memang dipaksa untuk mengenakan hijab di negara-negara Timur Tengah. Saya juga baru ngeh bahwa perempuan di Saudi Arabia tidak dibolehkan untuk menyetir kendaraan karena ditakutkan akan ada tindak kekerasan terhadap mereka. Jika menyetir kendaraan saja tidak boleh, apalagi berkarya seperti musisi-musisi hijabi yang hidup di negara yang cukup liberal seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Meski begitu, saya yakin bahwa penindasan terhadap perempuan hanya masalah aturan negara dan kebudayaan saja. Tidak ada kaitannya dengan agama. Mereka yang bangga akan hijabnya tidak berarti harus hidup dalam kesedihan karena menghormati perempuan lain yang dipaksa berhijab. Mereka yang mengekpresikannya melalui musik pun tidak harus berhenti berekspresi hanya karena apa kata mereka yang tidak menikmati musik.

Hidup hanya sekali. Selama apa yang mereka lakukan tidak merugikan orang lain, biarkan mereka menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun