Mohon tunggu...
Aisyah Nawangsari Putri
Aisyah Nawangsari Putri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Small town girl. Took the midnight train, going anywhere.

Freelance writer Email: zonaisyah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Satu Malam di Bee Jay Bakau Resort Probolinggo

14 Juni 2016   21:05 Diperbarui: 15 Juni 2016   10:23 3530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat merencanakan liburan ke luar kota, biasanya destinasi yang paling sering terpikir oleh kita adalah Bali, Lombok, Jogjakarta, atau Karimun Jawa. Saat bulan Maret lalu saya diberi pilihan destinasi wisata luar kota yang masih berada di Jawa Timur, saya memilih Banyuwangi. Alasannya adalah Blue Fire di kawah Gunung Ijen. Saya ingin sekali berkunjung ke Kawah Ijen. Pun di Banyuwangi banyak terdapat pantai-pantai yang indah. Selain Banyuwangi, pilihan yang dipertimbangkan adalah Probolinggo tempat Gunung Bromo berada dan Lamongan.

Pada akhirnya kami memutuskan untuk berwisata ke Probolinggo. Destinasi yang dituju adalah Gunung Bromo, Air Terjun Madakaripura, dan Bee Jay Bakau Resort.

Saat mencari tahu tentang Bee Jay Bakau Resort atau yang biasa disebut dengan BJBR, saya tidak menaruh ketertarikan sama sekali. Hanya sebuah resort di antara hutan bakau, dengan restoran di antaranya, beberapa wahana permainan kecil, dan ikon BJBR raksasa yang merupakan photobooth. Jika Anda mencari tahu tentang BJBR di google, bisa dipastikan Anda menemukan banyak foto ikon BJBR. Bagi saya, itu tidak menarik sama sekali. Apa sih istimewanya resort yang berharga nyaris satu juta rupiah semalam ini? Mahal dan tidak ada kolam renang!

Saya bersyukur karena anggapan saya bahwa BJBR tidak menarik salah sama sekali. Selama dua hari dan satu malam, saya menikmati setiap menit yang saya habiskan di sana.

Kami tiba di BJBR pada hari Sabtu sore, sekitar pukul 14.00. Hari itu matahari bersinar terik. Udara pun terasa panas dan pengap. Meskipun saat itu sebagian baju saya basah karena mengunjungi Air Terjun Madakaripura, namun saya masih merasa kepanasan dan kulit saya terasa lengket karena keringat. Perjalanan dari tempat parkir ke pintu masuk resort terasa jauh dan melelahkan (perasaan saja, jarak sebenarnya hanya 200 meter ;P ).

Di pintu masuk kami sempat diminta karcis masuk, tapi setelah menjelaskan bahwa kami tamu resort dan akan bermalam di bungalow, kami dipersilakan masuk. Dari sini, perjalanan mulai menyenangkan.  Jalan setapaknya terbuat dari kayu yang kokoh. Bakau-bakau di sisi kanan kiri membuat jalanan teduh dan sejuk.

Jalan setapak di antara rawa-rawa dan hutan bakau (dok. pribadi)
Jalan setapak di antara rawa-rawa dan hutan bakau (dok. pribadi)
Kamar yang kami tinggali adalah sebuah bungalow yang berdiri di atas rawa-rawa. Ada sekitar 10 bungalow di resort ini. Sebagian menghadap ke laut, sebagian lagi berada di antara hutan bakau. Beruntung, saya bermalam di bungalow yang menghadap ke arah laut. Karena kalau tidak, saya tidak akan melihat pemandangan yang menakjubkan.

dokpri
dokpri
Setelah meletakkan barang di kamar, kami menuju restoran untuk makan siang. Terdapat 3 restoran di dalam resort yaitu Kafe Tenda, Rest-O-Tent, dan Caterpillar. Resto yang kami kunjungi untuk makan siang adalah Rest-O-Tent. Makanan disajikan secara prasmanan karena kami rombongan. Bagi saya, makanan yang disajikan tidak terlalu istimewa. Rasanya cenderung hambar. Mungkin karena menu yang kami pilih kurang tepat. Mereka memiliki banyak pilihan menu, mulai dari appetizer, main dish, dan dessert. Porsinya pun cukup banyak. Meski kurang puas dengan rasanya, tapi saya tidak mengeluh banyak karena makan cukup dan mereka menyediakan minuman dingin (cuacanya panaaaaaas banget). Oh iya, untuk masuk ke resort ini, pengunjung dilarang membawa makanan berat seperti nasi bungkus atau semacamnya. Makanan berat harus dibeli di resto yang sudah tersedia.

Rest-O-Tent di malam hari (dok. pribadi)
Rest-O-Tent di malam hari (dok. pribadi)
Di sore hari, kami berjalan-jalan di sepanjang dek. Ini sebenernya cita-cita saya sejak remaja. Meski sering mengunjungi pantai, saya belum pernah sekalipun berjalan-jalan di dek seperti ini. Pengunjung juga bisa menyewa sepeda untuk menyusuri dek. Tapi saya sih, jalan kaki saja.

Dek menuju ke arah laut (dok. pribadi)
Dek menuju ke arah laut (dok. pribadi)
Di tepi dek, terdapat booth gembok cinta. Booth seperti ini banyak dimana-mana sehingga saya tidak menaruh banyak perhatian. Toh, saya kesana juga bukan sama pasangan saya ;p. Dibandingkan gembok cinta, saya rasa berjalan-jalan di dek atau mengendarai sepeda lebih romantis.

Dek menuju ke arah resort (dok. pribadi)
Dek menuju ke arah resort (dok. pribadi)
Makan malam juga dilakukan di Rest-O-Tent. Di malam hari, restoran terasa lebih meriah karena adanya live music. Kami pun dibolehkan ikut menyanyi bersama. Setelah makan malam, kami istirahat. Tidak banyak yang bisa dilakukan karena resort sangat gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun