Mohon tunggu...
Aisyah Nawangsari Putri
Aisyah Nawangsari Putri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Small town girl. Took the midnight train, going anywhere.

Freelance writer Email: zonaisyah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Yuk, Belajar Bahasa Inggris dan Mandarin Gratis di Rumah Bahasa!

27 Februari 2014   12:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin hari, ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) 2015 semakin dekat. Adanya kebijakan ini membuat pengusaha dari luar negeri bebas mendirikan usahanya di Indonesia, begitu pula sebaliknya. Nantinya akan ada tiga persetujuan yang ditandatangani oleh sepuluh negara ASEAN, yaitu kemudaha ekspor impor yang tidak lagi memerlukan pajak, menipisnya batasan investasi dan modal, dan munculnya peluang yang sama dalam hal ketenagakerjaan.

Bagi pengusaha besar, saya yakin AFTA bukan masalah, bahkan mungkin adalah peluang. Tapi bagi pengusaha kecil, jelas AFTA 2015 adalah masalah. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa mengubahnya menjadi peluang.

Untuk mempersiapkan warganya dalam menghadapi AFTA 2015, Tri Rismaharini, Walikota Surabaya mendirikan Rumah Bahasa. Program ini diharapkan bisa menambah wawasan warga Surabaya dan kemampuan warga dalam berbahasa asing. Pedagang mampu melayani pembeli dari luar negeri, supir taksi dan tukang becak pun tidak perlu kesulita ketika mendapat penumpang orang asing. Tenaga kerja yang berasal dari Kota Surabaya pun tidak kalah dari tenaga kerja dari negara lain karena telah menguasai bahasa asing. Dengan begitu, warga Kota Surabaya tidak hanya melongo saja ketika melihat banyak orang asing mendapat pekerjaan di Indonesia sementara mereka kesulitan melamar pekerjaan di luar negeri. Seluruh warga kota berhak mendapat layanan dari Rumah Bahasa, mulai dari anak-anak, lansia, pengusaha, supir taksi, supir bus, tukang becak, pedagang kaki lima, mahasiswa, dan lain sebagainya.

Saya mengutip sedikit dari situs Humas Kota Surabaya, "Ide membuat rumah bahasa, kata Risma -sapaan Tri Rismaharini- sejatinya baru muncul beberapa bulan belakangan. Kala itu, dia melihat persiapan beberapa negara ASEAN menyambut AFTA dengan memantapkan bahasa asing. Bahkan, Risma mengaku pernah mendengar bahwa bahasa Indonesia mulai diajarkan di Thailand. Tak ingin ketinggalan langkah, walikota akhirnya memutuskan membuat suatu wadah bagi masyarakat untuk belajar dan mengasah kemampuan berbahasa asing. Hal ini untuk mengantisipasi banyaknya pendatang dari negara lain saat era AFTA tersebut resmi berlaku. 'Bagaimana pelaku usaha lokal bisa berkomunikasi kalau tidak menguasai bahasanya? Jangankan memperoleh keuntungan yang ada nanti malah tertipu,' kata Risma dalam sambutannya."

Rumah Bahasa yang berada di Balai Budaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya ini telah beroperasi sejak Januari lalu. Sepengamatan saya yang beberapa kali bertugas di sini. Rumah Bahasa tidak pernah sepi pengunjung. Setiap jam selalu ada beberapa warga yang belajar bahasa Inggris atau sekedar membaca-baca buku belajar bahasa asing. Pembelajaran bahasa asing di rumah bahasa ini dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 3-5 orang yang dipandu oleh satu orang tutor. Mereka lebih banyak belajar conversation karena memang itu yang paling banyak diperlukan dalam berkomunikasi dengan orang asing.

Rumah Bahasa dibuka setiap hari dan GRATIS! Setiap jamnya ada kelas bahasa Inggris dan bahasa Mandarin di jam-jam tertentu. Selain belajar bahasa, warga juga bisa konsultasi di klinik-klinik yang disediakan seperti Klinik Perdagangan dan Jasa, Klinik Investasi, Klinik Koperasi dan UKM, serta Klinik Ketenagakerjaan. Ada juga Klinik Teknologi Informasi yang membuka kelas pembelajaran komputer setiap harinya. Pegawai dari berbagai SKPD seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, Dinas Koperasi dan UMKM, Badan Koordinasi Pelayanan dan Penanaman Modal, serta Dinas Komunikasi dan Informasi siap membantu warga yang membutuhkan konsultasi.

Usaha walikota Surabaya dalam mempersiapkan warganya untuk menghadapi AFTA 2015 patut diacungi jempol. Semakin banyak warga yang berkunjung ke Rumah Bahasa dan belajar di sana, saya yakin Kota Surabaya akan sangat siap menghadapi AFTA nanti pada tahun 2015. Tidak akan ada pengangguran karena banjirnya tenaga kerja dari luar negeri, tidak akan ada juga pengusaha yang menutup usahanya karena kalah bersaing dengan produk impor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun