*catatan: sumber dari berita ini berbahasa Korea yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Saya ceritakan ulang dalam bahasa Indonesia. Mungkin ada sedikit missed-translation, tapi Insya Allah tidak mengubah keseluruhan cerita. Seperti yang kita ketahui, Korea Selatan mewajibkan setiap laki-laki yang belum berusia 30 tahun untuk mengikuti wajib militer. Kebijakan ini dicanangkan mengingat hubungan Korea Selatan dengan tetangganya, Korea Utara tidak baik. Perang bisa pecah sewaktu-waktu. Korea Selatan tidak boleh lengah. Akhirnya, semua laki-laki muda diharuskan mengikuti wajib militer. Yang melanggar akan diberi penalti. Beberapa memang diberi dispensasi untuk tidak mengikuti wajib militer, yaitu mereka yang memberi kontribusi bagi negara, seperti pesepak bola Park Ji Sung.
Saya menyukai kebudayaan Korea sehingga kadang juga ikut membaca dan mencari tahu peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi di Korea. Hari ini saya membaca berita mengenai tewasnya seorang tentara muda akibat kekerasan yang ia terima selama menjalani wajib militer.
Tentara berusia 23 tahun itu tewas setelah diperlakukan dengan semena-mena oleh seniornya hingga 90 kali dalam sehari. Beberapa tindakan yang diterima oleh tentara malang ini di antaranya adalah:
- ·Dipaksa makan roti
- ·Dadanya diduduki dan tubuh bagian atas dipukuli
- ·Dipukul dengan mini megaphone
- ·Pahanya ditekan dengan menggunakan siku
- ·Bulu kakinya dicabuti secara paksa
- ·Dipaksa berdiri dalam posisi pelana (setengah duduk) hingga pukul 3 pagi
- ·Dipaksa makan odol satu tube
- ·Disiram air ketika dia tidur
- ·Dipaksa menungging seperti anjing dan menjilati ludahan seniornya
- ·Dipaksa untuk menggosokkan antipyrine ke (maaf) kemaluannya
- ·Dilarang bertemu dengan orang tuanya supaya orang tuanya tidak bisa melihat luka-lukanya
- ·Dipukul ketika makan makanan beku (makannya pun dipaksa), akibatnya ia tersedak . Ini yang membuatnya mengalami brain death
Ia dibawa ke rumah sakit, namun meninggal dunia keesokan harinya.
[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="luka di sekujur tubuh korban. Sumber: pann.nate.com"][/caption]
Motif para senior yang melakukan kekerasan ini adalah karena si tentara malang itu tidak menjawab mereka dengan benar, kalaupun menjawab selalu dengan suara pelan. Tentara itu juga sering terlambat, padahal waktu itu ia mengalami cedera di kakinya akibat kekerasan. Para senior itu juga tidak menyukai tentara malang itu karena ia tidur (what the…), tidak mendengarkan mereka, dan karena tentara itu pernah pingsan (akibat kekerasan juga). Mereka juga sempat menyembunyikan kematian tentara itu dengan menyebut tentara itu hanya pingsan.
Di Indonesia, kita tidak asing dengan peristiwa seperti ini. Rasanya setiap tahun selalu ada pemberitaan seperti ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka tidak belajar dari peristiwa seperti ini? Haruskah mereka memperlakukan juniornya dengan kasar? Apa untungnya bagi mereka? Merasa senang kalau ada orang lain yang menderita? Wah, kalau benar ini motifnya, mungkin mereka harus diperiksa kejiwaannya.
Yang membuat saya sedih adalah bagaimana bisa seorang manusia memperlakukan manusia lainnya seperti itu? Saya yakin mereka tidak terganggu jiwanya seperti yang saya sebutkan di atas karena kekerasan ini dilakukan oleh sekelompok orang, bukan hanya satu atau dua. Saya hanya bisa menduga ada yang menghasut mereka untuk melakukan kekerasan. Apa motif dari si penghasut, saya juga tidak bisa menebak.
Semoga ini adalah peristiwa pem-bully-an yang berakibat kematian terakhir yang saya baca. Semoga ini bisa dijadikan pelajaran dan tidak ada yang mengulangi kebodohan seperti. Mari kita sayangi orang-orang di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H