Mohon tunggu...
zona fz
zona fz Mohon Tunggu... Administrasi - writing

yoga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Besar pada Hasil Pendapatan Tanaman Padi di Nagari Talu

20 Januari 2021   12:08 Diperbarui: 20 Januari 2021   12:13 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sektor pertanian di Indonesia menjadisalahsatuaspekpentingsebagairodapenggerakekonominegara.Hal ini dikarenakan pertanian dari segiproduksimenjadisektorkedua paling berpengaruhsetelahindustripengolahan.Sedangkanbiladibandingkansektor lainnya pertanian masih berada di posisi teratas selain sektor perdagangan dan sektor konstruksi.Dengan demikian, sektor pertanian mampu mengangkat citra Indonesia di mata dunia, terutama sebagai negara agraris yang cukup produktif (Venture, 2019).

Pertanian selain penggerak ekonomi negara juga sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakatdikarenakansebagianbesarkawasan Indonesia merupakanlahanpertanian.Para petanibiasanyamenggunakantanahuntuk media dalammengembangkanhasilpertanianmereka.Hal tersebut sudah menjadi hal biasa untuk bercocok tanam di kalangan petani.Selain diuntungkan oleh kondisi iklim dan sumberdaya alam yang mendukung, pertanian terutama pada tanaman padi di Indonesia juga didukung oleh sumberdaya manusianya.

Badan Pusat Statistik (2011) melaporkan bahwa produksi padi pada tahun 2010 sebesar 65,98 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 1,58 juta ton (2,46 persen) dibandingkan produksi tahun 2009. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 234,54 ribu hektar (1,82 persen) dan produktifitas sebesar 0,31 kuintal/hektar (0,62 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2010 sebesar 2.09 juta ton, sedangkan realisasi produksi padi Januari-Agustus turun sebesar 0.51 juta ton (Zaki, 2017).

Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah beras. Permintaan akan beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan terjadinya perubahan pola makanan pokok pada beberapa daerah tertentu, dari umbi-umbian ke beras. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia, tanaman padi juga merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia setelah serealia, jagung dan gandum.

Produk pangan, khususnya beras, berbagai upaya telahdilakukan agar kebutuhanbahanpokokinidapatdipenuhisendiri.Padatahun 1990 tercatat produksi beras nasional telah mencapai 45,176 juta ton gabah kering giling (GKG) ataukira-kirasetara 29 juta ton beras.Lima tahunkemudian, angkaproduksi mencapai 49,449 juta ton GKG ( setara 31 juta ton beras) (Zaka, 2011).

Beras merupakanbahanpanganpokokdankomoditaspolitik yang sangatstrategis.Dewasaini, denganjumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, totalkonsumsi beras di Indonesiamencapai 33 juta ton per tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan partumbuhan penduduk.

Kekurangan pasokan beras berpotensi mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, danpolitiknegara,sehinggabisamenyebabkanruntuhnyakekuasaansuaturezimpemerintahan.Itulahalasanutamamengapapeningkatanproduksiberasmasihmenjadiprioritasutamadalampembangunanpertanian Indonesia (SudaryantodanSwastika, 2008).

Pentingnya peran beras dalam perekonomian dan politik nasional, telah mengundangcampur tangan pemerintah yang sangat besar dalamsistemproduksidanpemasaranberas,terutamapada era OrdeBaru.Dalamsistemproduksipemerintahmemberisubsidi air irigasi,pupuk, benih, pestisida, danbungakreditusahatani.Dalamsistempemasarangabahdanberas,pemerintahmemberilakukanhargadasar (kinihargapembelianpemerintah = HPP) danhargamaksimum (celling price).

Tantangan saat ini adalah bagaimana meraih kembali dan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Keterbatasan dana pembangunan telah mendorong pemerintah untuk mengurangi berbagai bentuk subsidi sarana produksi pertanian. Kondisiinimenyebabkanmeningkatnyabiayaproduksi di tingkatpetani.Pesatnyalajukonversilahan pertanian menjadi lahan non pertanian serta jenuhnya tingkat penerapan teknologi budidayapadimerupakankendalaseriusbagiupayapeningkatanproduksipadi.Selainitu, tingkatkehilangan hasil pada panen dan pasca panen yang masih relatif tinggi, dapat mengganggu upaya pencapaian target produksi beras nasional.

Upaya penurunan tingkat kehilangan hasil merupakan salah satu potensi peningkatan produksi yang prospektif, di tengah jenuh nya penerapan teknologi budidaya dan sulitnya mencegah konversi lahan.

Luas lahan di Indonesia yang digunakanuntukpenerapanPadiSalibuhinggatahun 2017 sebesar 10.000 hektar. Daerah yang menerapkanPadiSalibuadalah Sumatera Barat sebanyak 2.000 hektar, Jawa Barat 2.000 hektar, Jawa Tengah 2.000 hektar, Jawa Timur 2.000 hektar, Sulawesi Selatan 1.000 hektar dan Bali 1.000 hektar (Dirjen Tanaman Pangan, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun