Mohon tunggu...
Zolla Perdana Putra Harahap
Zolla Perdana Putra Harahap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa RPL yang antusias pada hal baru dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Peran Generasi Z Dalam Mengubah #UangKita Menjadi Pilar Ekonomi Berkelanjutan!

25 Desember 2024   21:38 Diperbarui: 25 Desember 2024   22:22 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di tengah derasnya arus digitalisasi, Generasi Z hadir bukan sekadar sebagai konsumen teknologi, tetapi juga sebagai pionir perubahan positif di berbagai aspek kehidupan—termasuk ekonomi. Mereka tumbuh di era media sosial, e-commerce, dan akses informasi instan, yang membentuk pola pikir lebih kreatif, inovatif, dan peduli terhadap isu-isu global.

Namun, dunia saat ini tengah dihadapkan pada tantangan besar. Ketimpangan keuangan, dampak perubahan iklim, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, yang diperkirakan hanya mencapai 3,1% pada tahun 2024 menurut laporan International Monetary Fund (IMF), menjadi alarm yang tak bisa diabaikan. Di sinilah peran Gen Z menjadi krusial—mereka bukan hanya penonton dalam drama ekonomi dunia, tetapi juga aktor utama yang bisa membawa perubahan nyata.

Lantas, bagaimana Gen Z dapat berkontribusi untuk menciptakan perubahan positif dalam ekonomi? Apakah mungkin bagi mereka untuk benar-benar menjadi agen perubahan yang berdampak besar di tengah tantangan yang ada?

Salah satu jawabannya terletak pada komunitas edukasi keuangan seperti #UangKita. Komunitas ini bukan hanya sekadar sarana belajar mengelola keuangan, tetapi juga jembatan untuk kolaborasi, inovasi, dan aksi nyata. Dengan pendekatan yang inklusif dan relevan dengan gaya hidup anak muda, #UangKita membuka peluang bagi Gen Z untuk mengembangkan keterampilan finansial sekaligus menerapkan prinsip-prinsip ekonomi berkelanjutan.

Potensi Generasi Z dalam Ekonomi Berkelanjutan

Gen Z sering disebut sebagai "generasi masa depan dengan kekuatan masa kini." Mereka bukan hanya digital-savvy, tetapi juga memiliki pola pikir inklusif dan kemampuan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Dengan kombinasi unik dari tiga karakteristik utama ini, Generasi Z siap menjadi motor penggerak ekonomi berkelanjutan di Indonesia.

1. Digital-Savvy: Generasi yang Paling Terhubung dengan Teknologi

Di era smartphone dan internet, Gen Z tumbuh dengan perangkat digital di genggaman mereka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hakim et al. (2024), keterampilan digital mereka bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga tentang bagaimana mereka memanfaatkannya untuk menciptakan solusi.

Generasi ini memiliki akses yang lebih besar terhadap informasi dan alat inovasi. Mereka adalah pengguna aktif platform digital seperti e-commerce, aplikasi produktivitas, dan alat finansial berbasis teknologi. Dengan keterampilan ini, Gen Z mampu mempercepat transformasi digital di sektor ekonomi, dari manajemen keuangan pribadi hingga pengembangan bisnis berbasis teknologi.

Bayangkan: Seorang anak muda di pelosok negeri kini bisa mengelola bisnis online yang melayani pelanggan di seluruh dunia, hanya dengan bantuan smartphone dan koneksi internet yang stabil.

2. Mindset Inklusif: Kesadaran Tinggi Terhadap Keberlanjutan dan Keadilan Sosial

Kesadaran Gen Z terhadap isu lingkungan dan sosial bukan sekadar tren—ini adalah bagian dari nilai inti yang mereka anut. Menurut penelitian oleh Sukeni et al. (2024), Gen Z memiliki kesadaran tinggi terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) dan secara aktif berpartisipasi dalam gerakan keberlanjutan.

Mereka lebih cenderung memilih produk yang ramah lingkungan, mendukung bisnis lokal, dan menghindari perusahaan yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Lebih dari itu, mereka juga aktif dalam kampanye digital untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan keadilan sosial.

Fun Fact: 73% Generasi Z bersedia membayar lebih untuk produk yang berkelanjutan dibandingkan produk murah yang merusak lingkungan.

Dengan kesadaran ini, Gen Z tidak hanya menjadi konsumen cerdas tetapi juga agen perubahan sosial yang mendorong praktik bisnis lebih bertanggung jawab.

3. Kemampuan Adaptasi: Pemanfaatan Teknologi Keuangan untuk Masa Depan Lebih Cerdas

Generasi Z, atau yang sering disebut "Zillennials," memiliki kemampuan luar biasa dalam memanfaatkan teknologi digital, termasuk dalam mengelola keuangan. Menurut penelitian oleh Moeljono et al. (2024), mereka adalah pengguna aktif platform seperti e-wallet dan aplikasi budgeting.

Dengan kemudahan akses teknologi, Gen Z mampu:

  • Mengatur keuangan pribadi dengan lebih efektif.
  • Berinvestasi di instrumen ramah lingkungan seperti saham hijau atau obligasi berkelanjutan.
  • Berpartisipasi dalam crowdfunding sosial untuk mendukung proyek komunitas yang berdampak positif.

Kemampuan ini membuat Gen Z menjadi lebih siap menghadapi tantangan ekonomi yang dinamis dan berkontribusi secara langsung pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

4. Contoh Nyata Kontribusi Generasi Z dalam Bidang Keuangan

Gen Z bukan hanya berbicara tentang perubahan, mereka mewujudkannya dalam tindakan nyata. Berdasarkan studi dalam laporan "Evolusi Ekonomi di Era Digital: Kontribusi Gen Z dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi", Gen Z aktif di sektor-sektor berikut:

  • E-commerce: Membuka toko online dan mempromosikan produk lokal.
  • Gig Economy: Menjadi freelancer di berbagai bidang kreatif dan teknologi.
  • Investasi Hijau: Berinvestasi pada perusahaan dengan praktik bisnis berkelanjutan.
  • Crowdfunding Sosial: Menggalang dana untuk proyek-proyek sosial dan lingkungan.

Setiap langkah kecil yang diambil Gen Z—baik dalam berinvestasi, memilih produk, atau mendukung bisnis lokal—adalah bagian dari puzzle besar menuju ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Tantangan dan Solusi dalam Mewujudkan Ekonomi Berkelanjutan

Tantangan yang Dihadapi Generasi Z

1. Kurangnya Literasi Keuangan

Banyak Gen Z masih kesulitan memahami dunia keuangan yang penuh dengan istilah rumit seperti inflasi, diversifikasi investasi, atau cash flow. Menurut survei oleh Lila (2024) dalam "Krisis Ekonomi Gen Z di Indonesia pada Era Digital: Meninjau dan Solusi" kurang dari 25% Gen Z merasa percaya diri dalam mengelola keuangan pribadi mereka. Fenomena ini semakin diperparah dengan tingginya biaya hidup di kota besar yang bikin dompet cepat kering, bahkan sebelum tanggal gajian tiba. Akibatnya, menabung dan investasi jadi sesuatu yang terasa jauh dari realita.

2. Stres Finansial dan Kesehatan Mental

Kesehatan mental dan stabilitas finansial ternyata saling berkaitan erat. Tekanan untuk sukses di usia muda, uang pendidikan, dan ketidakpastian ekonomi bikin banyak Gen Z mengalami kecemasan finansial yang berlebihan. Laporan dari RRI menyebutkan bahwa sebagian besar Gen Z merasa terbebani oleh ekspektasi tinggi untuk mencapai stabilitas finansial di tengah kondisi ekonomi yang nggak pasti. Mereka sering kali merasa seperti berlari di treadmill—berusaha keras, tapi nggak benar-benar maju.

Solusi

1. Program Pendidikan Keuangan di Sekolah dan Universitas

Bayangin kalau sejak SMA kita udah diajarin gimana caranya bikin anggaran, ngelola uang, dan ngerti soal investasi. Sounds cool, right?
Mengintegrasikan pendidikan keuangan dalam kurikulum jadi langkah penting supaya Gen Z bisa lebih siap menghadapi dunia nyata. Topik seperti perencanaan keuangan, investasi, dan pengelolaan uang harus jadi bagian dari pendidikan dasar di sekolah dan universitas. Dengan begitu, kita bisa lebih pede dalam bikin keputusan finansial yang cerdas.

2. Membiasakan Menabung Secara Rutin

Siapa bilang nabung harus nunggu kaya dulu? Dengan metode 50/30/20 (50% kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan atau investasi), kebiasaan finansial yang sehat bisa dimulai dari nominal kecil sekalipun.

3. Dukungan Mental dan Konseling Keuangan

Nggak cuma fisik yang butuh kesehatan, keuangan dan mental kita juga perlu healing. Layanan konseling dan dukungan mental bisa jadi solusi efektif buat mengurangi stres akibat masalah finansial.
Lembaga pendidikan, startup, atau organisasi non-profit bisa berperan aktif menyediakan layanan ini buat Gen Z. Dengan begitu, masalah finansial nggak lagi jadi momok yang bikin overthinking tiap malam.

4. Komunitas Diskusi Keuangan dengan #UangKita

Nah, di sinilah #UangKita jadi pahlawan finansial buat kita semua!

#UangKita bukan cuma komunitas edukasi keuangan biasa, tapi juga ruang aman buat anak muda belajar bareng, diskusi, dan berbagi tips soal cara ngelola keuangan dengan bijak. Lewat Komunita, Gen Z bisa:

  • Dapat insight langsung dari para ahli keuangan.
  • Ikut diskusi seru soal investasi hijau dan tren ekonomi masa kini.
  • Punya support system yang saling menyemangati buat mencapai financial goals.

Dengan bergabung di komunitas Komunita #UangKita, kita nggak cuma dapet ilmu, tapi juga koneksi dan motivasi untuk bareng-bareng membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Setelah kita bahas tentang potensi luar biasa Gen Z, tantangan yang dihadapi, dan solusi yang bisa diambil, satu hal jadi jelas: Gen Z punya kekuatan besar untuk membawa perubahan positif dalam ekonomi berkelanjutan. 

Perubahan tidak datang dalam semalam, tapi setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini punya dampak besar untuk masa depan. Mulai dari belajar ngatur keuangan, pilih produk yang ramah lingkungan, sampai ikut komunitas seperti Komunita #UangKita—semua itu udah jadi kontribusi berharga! Jangan takut buat mulai, jangan ragu buat belajar, dan jangan pernah berhenti peduli. Karena masa depan Indonesia ada di tangan kita, Generasi Z. Mari bergerak bersama menuju ekonomi yang berkelanjutan.

#UangKita untuk Masa Depan Indonesia

Sumber

Pamugari, D. (2023, Juli 27). Memahami pola konsumsi Gen Z. CXO Media. Diakses dari https://www.cxomedia.id/business-and-career/20230727160254-61-179166/memahami-pola-konsumsi-gen-z

Saptati, R. (2024, Desember 2). Ekonomi Indonesia resilien di tengah ketidakpastian global. Media Keuangan Kemenkeu. Diakses dari https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/ekonomi-indonesia-resilien-di-tengah-ketidakpastian-global 

Kementerian Keuangan RI. (2024). Ekonomi global 2024 diperkirakan masih lemah, Indonesia tumbuh positif. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Ekonomi-Global-2024-Diperkirakan-Masih-Lemah

Rahma Lila, A. (2024). Krisis ekonomi Gen Z di Indonesia pada era digital: Meninjau dan solusi. Kumparan. Diakses dari https://kumparan.com/annisa-rahma-lila/krisis-ekonomi-gen-z-di-indonesia-pada-era-digital-meninjau-dan-solusi-23GkhTD3LSa

Hakim, A. P., Sabela, S., Tsaqib, M. F., & Wardani, A. (2024). Partisipasi Gen Z dalam konteks dinamika pembangunan di Indonesia. Jurnal Penelitian Sosial Ilmu Komunikasi, 8(1), 21–29. Diakses dari https://journal.unpak.ac.id/index.php/apik

Sukeni, K., Anynussyawiby, & Anggul, G. (2024). Peran generasi Z dalam mendukung sustainable development goals melalui pengembangan ekonomi hijau menuju Indonesia emas 2045. Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Moeljono, E. D. P., Januarta, G., & Slahanti, M. (2024). Peningkatan pemahaman ekonomi kreatif pada generasi Z di kota Semarang. Journal of Social Sciences and Technology for Community Service (JSSTCS), 5(1), 55–64.

Pujawati, D. (2024, Oktober 10). Tantangan terbesar yang dihadapi Gen Z di era digital. RRI. Diakses dari https://www.rri.co.id/iptek/1035989/tantangan-terbesar-yang-dihadapi-gen-z-di-era-digital

Zirzis, M. (2024). Evolusi ekonomi di era digital: Kontribusi generasi Z dalam perekonomian. Sekolah Tinggi Agama Islam Kuningan. Diakses dari https://jli.staiku.ac.id/index.php/st/article/view/11/31

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun