Setiap negara memiliki visi dan misi atau tujuan tertentu agar tercipta keseimbangan antara segi sosial, politik, ekonomi dan budaya. Masing-masing memiliki tujuannya tersendiri demi terciptanya kemakmuran. Dalam menjalankan tujuan tersebut, setiap negara pasti memiliki hambatan yang harus dituntaskan guna membentuk tatanan kehidupan rakyat yang bahagia. Berbicara tentang ekonomi semua negara di belahan mana pun pasti tidak bisa lepas dengan masalah perekonomian. Ini sudah menjadi risiko untuk mewujudkan perekonomian sebuah negara agar dapat memiliki kualitas ekonomi yang bermutu tinggi, sehingga hal ini harus di atasi sebaik mungkin.Â
Berbicara masalah ekonomi, setiap negara pasti menghadapi tantangan yang cukup kuat dalam mengoptimalkan keadaan ekonomi, bersaing dengan negara lain dan berlomba-lomba meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Keadaan naik dan turunnya suatu barang dan jasa bukan hal asing yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ini salah satu hal yang mempengaruhi kualitas taraf hidup masyarakat. Bila terjadi kenaikan harga barang dan jasa membuat masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah dan tetap tercekik karena, arus perekonomian merosot akibatnya dapat menggerus pendapatan riil masyarakat sehingga menyebabkan kekurangan modal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fenomena ini tidak dapat dihindari karena indikator dari perekonomian yang sedang tumbuh pada suatu negara.
Di sisi lain sebuah negara pasti dihadapkan dengan fenomena turunnya suatu barang dan jasa, ini mengakibatkan populasi masyarakat semakin banyak untuk menabung dan dengan mudah dalam memperoleh suatu barang ataupun jasa. Sekilas konsumen akan mendapatkan barang yang banyak ketika harga di pasar turun. Keadaan ini membuat masyarakat semakin gencar untuk hidup dengan menghemat pengeluaran setiap harinya.
Sekilas masyarakat menganggap bahwa hadirnya keadaan harga barang atau jasa yang turun akan membawa dampak yang positif sementara harga barang atau jasa naik membawa dampak negatif. Ini merupakan pendapat yang menjadi rujukan atau bahkan sebaliknya. Keduanya sama-sama memiliki kontribusi bagi negara. Lebih jelasnya disini penulis akan memaparkan tentang inflasi dan deflasi serta pengaruhnya bagi perekonomian.Â
Seperti yang kita tahu bahwa keadaan yang sering melanda kita yaitu inflasi. Kenaikan harga barang tidak bisa kita hindari karena ini terjadi setiap hari, mau atau tidak kita pasti akan dihadapkan dengan fenomena ini, karena kita butuh akan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat menjelang Ramadhan  dan hari raya Idul fitri fenomena inflasi ini  selalu menjadi langganan setiap tahunnya, ini membuat masyarakat panik dan permintaan barang akan naik. Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa fenomena tersebut termasuk dalam kategori inflasi. Hal tersebut tidak termasuk, walaupun memberatkan masyarakat.
 Inflasi yaitu keadaan di mana harga barang atau jasa naik secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, sementara deflasi yaitu penurunan harga barang secara terus menerus. Jadi alasan fenomena di atas yang penulis singgung yaitu karena kenaikan harga atau jasa dalam waktu yang lama (terus-menerus) sesuai dengan definisi inflasi. Tidak bisa dikatakan inflasi apabila terjadi hanya dalam waktu yang singkat.
Tingkat inflasi di Indonesia tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sejak Oktober 2015 sekitar 6,25% angka ini menjadi angka tertinggi dibandingkan bulan Juli 2022 sebesar 4,94%. Menurut BPS, inflasi Juli 2022 sebagian besar disumbang kenaikan harga makanan dan minuman. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan angka ini "relatif moderat" dibandingkan di negara selevel Indonesia, seperti Thailand (7,7%), India(7%), dan Filipina (6,1%). Penurunan inflasi sekitar 1,31%, masih tersisa beberapa persen lagi untuk bisa tembus 3%. Dampaknya bisa kita rasakan saat terjadinya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan berefek pada naiknya harga bahan pokok terutama harga beras yang harganya berkisar Rp. 10.500 pada bulan September 2022 setelah sebelumnya mengalami penurunan pada bulan Agustus yakni Rp 10.300. Faktor yang berpengaruh karena keadaan musim paceklik.
Penyebab inflasi antara lain:
- Meningkatnya jumlah permintaan
- Meningkatnya biaya produksi
- Peredaran Uang
Jenis-Jenis Inflasi digolongkan menjadi empat jenis diantaranya,
- Inflasi Ringan (<10%)
- Yaitu inflasi yang tidak mengganggu perekonomian suatu negara.
- Inflasi Sedang (10-30%)
- Pada tahap ini tidak mengganggu perekonomian suatu negara tetapi mengganggu tingkat kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap.
- Inflasi Berat (30-100%)
- Mengakibatkan kekacauan perekonomian suatu negara, umumnya membuat masyarakat menyimpan barang dan tidak ingin menabung karena bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi.
- Inflasi Sangat Berat (Hyperinflasi) (100% ke atas)
- Pada tahap ini telah mengacaukan perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan.
- Selanjutnya dampak dari Inflasi yaitu
- Berdampak positif
- Penurunan nilai mata uang tidak merugikan sebagian kelompok seperti para pengusaha dalam mendapatkan keuntungan dari penghasilan. Selanjutnya disusul oleh produsen yang mengalami peningkatan pendapatan dari kenaikan biaya produksi. Dan yang paling terpenting yaitu meningkatkan pendapatan nasional, mendorong masyarakat untuk menabung, bekerja dan berinvestasi.
- Dampak negatif
- Kreditur mengalami kerugian karena nilai uang untuk pengembalian utang rendah, meningkatkan biaya produksi dan kenaikan harga kebutuhan, inflasi yang tinggi berdampak pada rencana pembangunan pemerintah dan Anggaran Pendapatan Negara (RAPBN). Â
- Cara mengatasi inflasi yaitu dengan kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan rill.
- Sama halnya dengan deflasi yang merupakan kebalikan dari inflasi juga memiliki beberapa sebab yaitu:
- Pesimis.
- Kebijakan moneter.
- Suplai komoditas yang meningkat.
- Purchasing power yang meningkat.
- Dampak positif deflasi yaitu masyarakat bisa membeli barang dengan harga yang murah serta menguatnya nilai mata uang. Namun sebaliknya dampak negatif yaitu bertambahnya pengangguran, menurunnya angka permintaan barang, menurunnya keuntungan perusahaan dan penutupan pabrik. Salah satu cara menanggulangi deflasi yaitu menurunkan tingkat suku bunga oleh bank sentral sehingga menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat. Menurut BPS deflasi di Indonesia pada Agustus 2022 sebesar 0,21 % dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 111, 57 pada Agustus 2022, dan ini merupakan pertama kali sejak Februari 2022. Komoditas yang mengalami penurunan yaitu bawang merah, cabai merah, tomat, minyak goreng dan lainnya. Komoditas yang mengalami kenaikan yaitu bensin, beras, telur ayam.
- Berdasarkan uraian di atas bahwa inflasi dan deflasi sama-sama memiliki peran penting dalam mengatur perekonomian suatu negara khususnya di Indonesia. Jika deflasi berkepanjangan serta tidak terkontrol  maka akan mengakibatkan resesi ekonomi. Begitu sebaliknya dengan inflasi yang terus meningkat maka menyebabkan daya beli masyarakat menurun, sehingga aktivitas ekonomi terhenti begitu saja. Perlu diingat bahwa inflasi maupun deflasi jika berlebihan tidak baik untuk kesehatan perekonomian negara. Inflasi dan deflasi dibutuhkan pada saat kondisi  negara memerlukan upaya dalam penstabilan ekonomi.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220306223516-537-768718/dampak-positif-dan-negatif-inflasi-terhadap-negara. Diakses pada 19 Oktober 2022, pada pukul 13.45
https://www.bps.go.id. Diakses pada 19 Oktober 2022, pada pukul 11.25