Sudah sekitar setahun ini saya harus memakai kacamata untuk membaca, sesuatu yang dulu saya bayangkan, betapa ribetnya. Paling  tidak menambah penuh isi tas kalau pergi ke mana mana. Beruntungnya saya memakai karena memang faktor usia, jadi ya bersyukur saja, saya menikmati mungkin hampir separo perjalanan hidup tanpa kacamata.
Dengan semakin bertambahnya usia banyak sekali akibat yang akan menyertainya. Rambut yang beruban, gigi yang mulai bermasalah, kulit yang mulai keriput kehilangan elastisitasnya.Â
Dengan kemajuan tehnologi yang berkembang saat ini, semua bisa teratasi. Rambut bisa di cat, berbagai produk skincare begitu berjibun. Sedang dari perkembangan dunia kedokteran sendiri sudah sangat pesat, misal vagina pun bila ingin kembali perawan bisa dengan vaginoplasty, kulit bisa di beri suntikan vitamin atau botox bahkan yang terbaru adalah stem cell.
Stem cell adalah perawatan awet muda yang menurut Prof. Deby Vinski, MScAA, PhD seorang dokter Indonesia pertama dengan predikat "Magna Cum Laude" dalam Anti Aging Speacialization di Paris juga baik untuk kesehatan.
Tentu saja saya tidak dalam kapasitas untuk membahas semua tekhnologi tersebut. Saya cuma membayangkan andai semua ditanggung BPJS (ha ha ha...,mengkhayal)
Kembali pada bertambahnya angka usia dan otomatis jatah kita hidup pun berkurang,maka secara psikologis kondisi mental pun juga ikut berubah.
Jangan sampai semakin tua bukannya semakin bijak tapi semakin seperti anak kecil. Dan itu menyedihkan.Â
Dan kondisi semacam itu banyak sekali kita jumpai dalam kehidupan sehari hari.
Inilah sebenarnya yang paling penting untuk kita sikapi. Menjadi tua adalah hal yang mustahil dapat di hindarkan. Tapi bagaimana kita menjadi tua dengan sehat bahagia.
Saya yang menginjak usia bukan remaja (wajah tetep imut & kelakuan masih seperti abg ha ha ha. Tapi tua juga belum, mungkin lebih tepatnya ibarat mangga matangpun sudah memulai untuk memikirkan untuk menghadapi semua itu.
Saya mensetting kembali tujuan hidup serta berusaha untuk mengup grade sikap mental. Sukses dalam hidup bukan berarti tingginya jabatan dan seberapa besar duit yang kita punya, meski duit bukan yang utama tapi tanpa duit juga mustahil, iya tho.
Hal-hal yang ke depan sekiranya membikin ambyaaar atau pun kehilangan arah kayak layangan putus layak disisir kembali bahkan dicoret. Berdamai dengan diri sendiri itu akan lebih baik. Masalalu tidak mungkin untuk dilupakan juga kan tapi juga sangat tidak layak di ratapi meski menyakitkan.
Dalam bergaul pun sekiranya tidak ada vibrasi dan di mungkinkan dapat menjadi racun lebih baik di hindari, terkecuali punya cukup kekuatan untuk membentenginya. Hidup juga bukanlah kompetisi yang layak untuk di perjuangankan mati-matian. Fokus terhadap diri sendiri &tidak mencampuri urusan orang lain itu lebih bijak.
Banyak orang berpendapat penyakit itu dipengaruhi oleh suasana hati & pikiran. Orang kalau hatinya tenang damai pikiran jernih otomatis maka kemungkinan bahagia itu lebih besar. Karena bahagia itu konon katanya permainan pikiran saja.
Walau begitu secara fisik pun harus tetap berolahraga sesuai dengan proporsi. Mari merambat tua yang sehat bahagia & pegang duit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H