Mohon tunggu...
zuhri muhammad
zuhri muhammad Mohon Tunggu... -

Hidup dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menggugat Pemerintah Sediakan Transportasi Massal yang Nyaman

7 Desember 2012   09:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:03 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_228095" align="alignright" width="259" caption="Sopir taksi Blue Bird melayani seorang penumpang. Blue Bird salah satu taksi yang ditentang pengusaha taksi hadir di Batam. "][/caption] Transportasi yang nyaman itu harga mati. Namun di Kota Batam, harapan itu masih sangat jauh. Menemukan kondisi moda transportasi yang nyaman itu masih di luar harapan banyak orang. Batam perlu segera berbenah. Bila tidak, tanda-tanda munculnya permasalah di bidang transportasi ini sudah tampak mengemuka. Terakhir polemik mengenai operasional tak si armada taksi asal Jakarta, Blue Bird, dengan pengusaha taksi di Batam, yang berujung pada konflik horizontal antara sopir taksi di lapangan. Imej Batam yang selama ini cukup nyaman pun tercoreng. Tentu saja ini semua tidak kita harapkan. Kita tidak memihak kepada salah satunya. Tidak juga sedang membahas dukung mendukung. Karena permasalahan sesungguhnya tidak di sana, namun berada di regulasi transportasi. Tentu saja itu berada di tangan pemerintah. Pemerintah (Pemko Batam dan BP Batam) harusnya segera mencari formulasi yang tepat untuk mempersiapkan transportasi massal. Bukan hanya mendatangkan manajemen transportasi yang profesional. Seharusnya pemerintah juga mampu menyediakan atau membangun jaringan transportasi yang patut diacungi jempol. Mendatang taksi dengan pelayanan yang bagus seperti Blue Bird, bukan sebuah solusi. Tapi lebih kepada bisnis semata. Apalagi armada sekelas taksi, tak begitu berdampak terhadap masyarakat luas. Lebih baik pemerintah memikirkan bagaimana membangun sistem transportasi yang bersahabat dan jauh dari kepentingan sesaat. Faktanya, taksi hanya untuk kalangan berduit. Para kaum papa, yang memiliki keterbatasan ekonomi, sulit menjadikan taksi, transportasi utama. Jangan pula muncul anggapan, transportasi merupakan gambaran status sosial seseorang.  Hingga memunculkan stigma, memiliki kendaraan pribadi adalah sebuah kebutuhan, karena tak lagi ada pilihan. Batam saat ini memerlukan transportasi massal yang tertata rapi dengan tingkat keamanan yang tinggi. Boleh diakui sejauh ini Batam tak memiliki transportasi massal yang begitu, kecuali bus pilot project dan Damri. Itu pun dengan manajemen yang kurang bagus. Bila transportasi dibiarkan amburadul, masyarakat tak lagi ada pilihan. Satu-satunya pilihan memiliki kendaraan pribadi untuk memadati jalan raya. Apatah lagi prosedur untuk  memperoleh kendaraan bermotor kian mudah. Cukup dengan Rp 1 juta sepeda motor sudah di tangan. Untuk kendaraan roda empat atau mobil cukup dengan uang beberapa puluh juta saja tinggal bawa pulang. Jadi bila transportasi massal dibiarkan seperti sekarang ini. Tak dibenahi. Bukan tidak mungkin permasalah transportasi dan kemacetan bakal menjadi bom waktu. Bom yang sewaktu waktu disadari ataupun tidak, akan terus berjalan dan siap meledak. Kita tentu saja tak ingin kelak permasalahan transportasi menjadi warisan bagi anak cucu seperti yang kini terjadi di Ibukota Jakarta. Di Jakarta, setiap hari, pikiran masyarakatnya tersita untuk bagaimana sampai ke tempat tujuan tidak terkena macet. Belum lagi menghadapi kemacetan yang sangat lama. Tentu saja macet itu sudah menajdi salah satu momok yang menakutkan sekaligus mematikan di ibukota tersebut. Kerugian materi, waktu sudah tak terhitung jumlahnya. Tentu saja ini dampak dari amburadulnya sistem transportasi yang tak kunjung dibenahi secara paripurna. Apalagi tak diperhitungkan dengan ledakan pertumbuhan pendudukan yang demikian cepat. Lantas kalau sudah begitu, semua saling menyalahkan. Tentu ini bukan yang kita harapkan. Mungkin ada baiknya pemerintah berpikir lebih jauh ke depan, lebih solutif, agar kesemrawutan soal transportasi ini tidak terjadi dan segera dibenahi. Dan tentu saja apa yang terjadi di Jakarta tidak kita inginkan terjadi juga di sini. Jadi sebelum terlambat pemerintah harus tegas dan memikirkan bagaimana menyediakan transportasi massal yang nyaman dan aman. Sekali lagi karena itu adalah harga mati!. (zuhri muhammad)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun