Mohon tunggu...
ZOEBED
ZOEBED Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Aku yang suka berkelana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berfikir Dewasa Bukan Primitif

4 Juni 2017   05:57 Diperbarui: 4 Juni 2017   06:45 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Bulan suci Ramadhan mestinya di maknai sebagai bentuk pencarian keberkahan dan peleburan dosa-dosa yang telah banyak dilakukan di luar bulan Ramadhan. Ibadah di tingkatkan, kehidupan sosial di perbaiki sebagai pengejawantahan dari makna ibadah vertikal dan horizontal. Puasa mestinya dijadikan momentum memadu kasih dengan sang pencipta untuk mendapatkan pengampunannya, bukan lantas merusak bulan ini dengan perbuatan yang tak pantas ditiru dan merugikan orang lain.

Beberapa hari yang lalu saya mendaptkan informasi dari media sosial dan media on line telah terjadi ledakan besar (ledakan mercon) di Desa Ambender Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan yang meniwaskan dua anak kecil yang berumur dibawah lima tahun dan rumahnya-pun rata dengan tanah. Saya bukan ingin berbicara kasus ledakan mercon tersebut, akan tetapi lebih pada hakikat pemaknaan pada bulan Ramdhan.

Disekeliling kita saat ini masih ada pemahaman yang kurang tepat dengan datangnya bulan Ramadhan. Mengapa saya kata katakan demikian? Tidak sedikit orang disekitar kita yang membuat bahkan menyalakan (mercon) petasan ditengah keramaian. Ramadhan seolah-olah identik dengan petasan, bahkan ketika idul fitri tiba dentuman petasan menjadi irama yang tak beraturan. Pemahaman ini dalam perpektif saya sangatlah sempit bahkan primitif, padahal himbauan dan larangan dari pemerintah dan pihak berwajib telah turun, namun semua itu seakan menjadi surat pelengkap saja dan tidak berfungsi apa-apa. Ibarat kata “daun talas di siram air tidak ada bekasnya”.

Kejadian ledakan mercon kemarin di desa Ambender tersebut sudah sewajarnya memberikan efek jera kepada pelaku dan pembuat mercon. Bayangkan saja dua anak meninggal dunia, rumahpun rata dengan tanah, belum lagi kalau misalkan di penjara dengan pasal berlapis, hemm lengkap sudah penderitaan hidup di dunia ini.

Saya berfikir bahwa mercon tersebut sengaja di buat dalam rangka meramaikan aktifitas bulan Ramadhan terutama menjelang idul fitri. Sejatinya merayakan bulan Ramdhan bukan dengan memainkan petasan atau mercon, akan tetapi harus ada peningkatan perilaku yang baik sehingga kita menjadi pemenang sejati di akhir episode. Itu yang semestinya ditanamkan dalam hati kita, namun apa daya setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengekpresikan kepuasan batinnya.

Fakta lain, beberapa hari yang lalu, di jalanan banyak balapan liar yang dilakukan oleh anak-anak muda, praktis ketika dilakukan operasi oleh polisi, banyak sepeda motor yang numpang mobil polisi karena kelengkapan surat-suratnya tidak ada. Lagi-lagi itu terjadi di bulan Ramadhan, kok primitif banget ya pola pikirnya. Coba bayangkan kalau sampai terjadi hal-hal yang membahyakan terhadap dirinya ataupun orang lain, bagaimana perasaan orang tua di rumah yang tidak tau apa-apa, (Naudzubillahi min dzalik). Lagi-lagi saya harus mengembalikan kepada kesenangan setiap orang, dan tidak mungkin rasanya kalau harus dengan larangan yang membabi buta, biarlah pihak berwajib saja yang bertindak karena itu adalah tugas dan tanggung jawab mereka untuk memberikan kedamaian dan kehikmatan terhadap orang-orang yang malaksanakan ibadah di bulan suci remadhan.

Terakhir saya berharap tentunya pola pikir primitif jangan menguasai prilaku kita semua, belajarlah menyikapi segala persoalan dengan kedewasaan dan berfikirlah selalu sebelum bertindak.

Wallahu ‘Alam Bishowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun