Mohon tunggu...
ZOEBED
ZOEBED Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Aku yang suka berkelana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Afi Nihaya Membuat Indonesia Membaca

3 Juni 2017   21:38 Diperbarui: 3 Juni 2017   22:02 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia saat ini digemparkan oleh munculnya tokoh perempuan beliya asal Banyuwangi yang telah merajalela di dunia maya. Mengapa saya katakan beliya, karena telah memberikan penyadaran kepada seluruh lapisan warga negara Indonesia, mulai dari remaja, muda bahkan orang tua terperangah dibuatnya. Dialah  Afi Nihaya Faradisa yang saat ini menjadi perbincangan hangat diberbagai kalangan. Baru-baru ini Afi Nihaya muncul di TV swasta yang di pandu oleh presenter terkemuka, Afi bicara tentang Negara dan Pancasila bersama Menteri Agama bapak Luqman Hakim Syarifuddin dan Bimbo.

Tindak-tanduk remaja asal Banyuwangi ini membuat mata Indonesia terperngah dibuatnya. Sejak awal tahun 2015 saya mengikuti barbagai tulisannya, kala itu saya sudah duduk di program megester (pascasarja) disalah satu perguruan tinggi negeri di Jember. Dari setiap tulisan Afi membuat saya merasa dikerdilkan, masak anak masih duduk di bangku SMA mampu menulis sedimikian rupa, wawasan luas dan paparannya ilmiah tidak kalah dengan kebanyakan tulisan anak kuliahan (yang biasa nulis).

Kala itu saya berfikir dan memotivasi diri sendiri “masak saya tidak bisa menulis seperti Afi yang masih bau kencur itu, toh apa yang ia makan pasti nasi, minumnya juga pasti air. Masak saya tidak bisa menulis seperti dia (Afi Nihaya Faradisa)”. Banyak tulisan Afi yang telah di unggah di akun facebooknya. Likersnya-pun tidak tanggung-tanggung ribuan orang yang telah menyukai tulisannya serta dibagikan oleh banyak orang. Ya maklum Afi yang masih beliya sudah produktif seperti itu, seolah-olah melebihi penulis buku yang telah malang melintang di dunia tulis menulis.

Apa yang telah dilakukan Afi dalam setiap tulisannya menjadi tamparan telak bagi kita semua yang katanya sarjana 1, 2 dan 3, namun tak mampu memberi warna dalam setiap apa yang kita tulis. Betapa banyak para sarjana yang telah lulus dari perguruan tinggi, namun seolah tidak mampu berkiprah dalam kancah persaingan di era abad ini. Seakan mereka (para sarjana) hanya berpasrah terhadap nasib yang menjadi garis kehidupan mereka. Lantas apa saja yang dilakukan pada saat duduk di bangku kuliah. (hemmm jangan sampai sarjana dianggap sebagai produk gagal).

Belajar dari apa yang telah dilakukan Afi dari celotehan tulisaannya, seolah dia ingin memberikan isyarat kepada kakak tingkatnya bahwa kalian bisa berbuat apapun sesuai dengan apa yang diinginkan melalui karya yang sesuai dengan kemampuan setiap individu masing-masing. Intinya adalah Afi ingin mengajak kita semua memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negera ini. kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau tidak dari sekarang, kapan lagi?

Akan tetapi, belakangan ini tulisan Afi banyak yang mempertanyakan apakah itu karya sendiri atau plagiasi?. Dari sekian banyak tulisan Afi ada yang pro dan kotra, kata plagiasi telah banyak tertanam dibenak orang yang tidak suka terhadap apa yang Afi tulis. Saya berfikir dia hanya menjadi korban dari situasi bangsa yang serba tidak menentu seperti saat ini. Mudahnya mengungkapkan pendapat menjadi senjata yang dapat mendidik dan mematikan karakter seseorang.

Situasi bangsa yang tidak menentu seperti saat ini sangat mudah untuk dimanfaatkan olah oknom yang tidak bertanggung jawab. Generasi muda seperti Afi yang memiliki potensi terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa, bisa saja menjadi korban orang yang usil terhadap keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia ini. Oleh karena sebab itu sebagai warga negera yang baik, kita harus pandai menyikapi berbagai permasalahan yang muncul belakangan ini.

Wallahu ‘Alam Bisshowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun