Politik bukan hanya sekadar investasi kekuasaan, melainkan investasi peradaban. Namun kenyataan lapangan kita temukan hanya terukur pada investasi kepentingan.Â
Produksi dan distribusi hoax mulai merajalela. Ironisnya tingkat konsumennya pun demikian meningkat. Betapa bangsa ini kekurangan pengetahuan dan kebijaksanaan.Â
Padahal para pendiri negeri ini mewariskan kekayaan intelektual yang amat melimpah. Dibalik kekayaan alam yang juga besar limpahannya. Polemik hari ini bak benang kusut yang nihil terurai, Harus darimana kita mulai menarik titik kekusutan problematika bangsa ini. Dalam riwayat sejarah, hanya pada tahun2 belakangan ini kita menghidupkan politik demagogi.Â
Politik dengan egosentris dan arogansi kepentingan. Yang mestinya pemilu dijadikan sebagai jalan lurus untuk para millenial yang nantinya akan melanjutkan tonggak estafet kepemimpinan bangsa.Â
Generasi muda lah yang kelak akan diwariskan peradaban dari para pendahulu2nya. Hari ini kita belum bisa melihat kenyataan itu terjadi. Kegamangan, kebiasan, dan kerancuan prinsip bangsa ini menjadi titik dasar masalah kita semua. Maka dari itu banyak pula pandangan skeptis dari berbagai kalangan terkait nasib republik ini.Â
Apatisme berkembang. Dan tingkat golput pun meningkat. Kendati ketika MUI memberikan fatwa bahwa untuk tidak menentukan pilihan itu terlarang atau secara hukum golput itu haram.Â
Yang menjadi respon masyarakat sebagian besar justru kecaman, ujaran, bahkan hinaan yang digencarkan kepada majlis ulama indonesia atau yang biasa diplesetkan dengan majlis usil indonesia tersebut.Â
Kita lebih banyak terjebak dalam hal yang sifatnya pragmatisme transaksional, etika bungkusan, dan disorientasi budaya. Kita selalu menjustifikasi hal2 yang diluar ketidaktahuan kita.Â
Tahun yang penuh dengan persoalan kritis ini menjadikan kita terkesan teramat bodoh. Mengorbankan sanak saudara, memusuhi tetangga. Menghakimi kolega, bahkan membunuh karakter anak bangsa.Â
Mereka yang menjadi kompetitor politik pun tak banyak yang ambil pusing dari sebab perpecahan berskala ini. Bagi mereka tujuan akhir hanya satu, yaitu kemenangan pemilu.Â
Namun akankah pasca mereka terpilih akan mewakili banyak aspirasi dan suara2 rakyat yg memilih mereka sebelumnya? Tak ada yg bisa menjamin. Toh semua dari kita tahu bahwa kepentingan ada diatas segala2nya. Â Maka dalam banyak kesempatan.Â