Dalam salah satu kehidupan lampau-Nya, Bakal Buddha terlahir dalam sebuah keluarga nelayan. Beliau biasanya bergembira menyaksikan sanak saudara-Nya menyakiti dan membunuh ikan. (Beliau sendiri tidak melakukan pembunuhan).
Sebagai akibat dari kejahatan pikiran-Nya, dalam kehidupan terakhir-Nya sebagai Buddha, Beliau sering mengalami sakit kepala. Sedangkan sanak saudara-Nya dalam kehidupan itu, mereka terlahir kembali sebagai para Sakya yang dibantai oleh Vitatubha.
9. Menerima dana berupa gandum
Ketika Bakal Buddha terlahir sebagai manusia pada masa ajaran Buddha Phussa, ia mencerca para bhikkhu siswa Buddha dengan berkata, “Kalian hanya pantas makan gandum, bukan nasi.”
Kata-kata kasar itu berakibat, dalam kehidupan terakhir-Nya, Bhagavà terpaksa memakan makanan gandum selama masa vassa di Desa Brahmana Veranjà (Beliau menetap di sana atas undangan Brahmana Vera¤jà.”)
10. Sakit punggung pada Sang Buddha
Pernah Bakal Buddha terlahir sebagai seorang petinju bayaran, saat itu ia memukul punggung lawannya hingga patah.
Sebagai akibat dari kejahatan ini, Bhagavà dalam kehidupan terakhir-Nya sering mengalami sakit punggung.
11. Diare akut pada Sang Buddha
Ketika Bakal Buddha terlahir sebagai seorang dokter dalam salah satu kehidupan lampau-Nya, ia dengan sengaja meresepkan obat yang menyebabkan sakit perut kepada putra seorang kaya yang enggan membayar jasa-Nya.
Atas kejahatan itu, Bhagavà dalam kehidupan terakhir-Nya menderita penyakit disentri yang akut dan berdarah, sebelum meninggal dunia.