Mohon tunggu...
Kang Pepen
Kang Pepen Mohon Tunggu... Editor - Tidak ada jalan tikus menuju surga

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Daerah Penuh dengan Dusta oleh Penguasa

17 Desember 2021   16:16 Diperbarui: 17 Desember 2021   16:19 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu kehidupan begitu sangat menyenangkan ketika belum ada hiruk pikuk kepentingan sosial, ekonomi, budaya dan agama. Sebab dulu semuanya terjaga walaupun dalam ketidaktahuan atas eksistensi kekuatan dari ragaman tersebut namun dulu menjalankan itu penuh dengan kesederhanaan dan keseriusan. Tetapi sekarang apa yang terjadi  semuanya harus di politikan terutama menjual nama agama dan Tuhan.

Kita bisa maju dan membangun asalkan lebih memprioritaskan kebersamaan namun tidak harus juga melepaskan kepentingan diri sendiri dalam tanda kutip membangun kehidupan yang lebih baik untuk keluarga. 

Coba lihat sekarang mau membangun saja tantangannya banyak sekali. Banyak berbagai kalangan terkadang mengkritik apa yang sudah kita bangun namun dia tidak paham subtansi dari kritikan tersebut. Namun ternyata ada pemain dari belakang yang mengandalkan orang lain untuk menghancurkan yang sudah kita bangun orang seperti itu alias pengecut.

Pada hal yang di bangun untuk daerah sendiri dan yang merasakan ya pasti orang-orang yang mengkritik tersebut, tetapi kenapa mereka bersikeras untuk menganggu jalannya pembangunan yang masuk ke dalam daerah. Ada beberapa alasan yang penulis dapat dari lapangan yaitu: 1 mereka harus terlibat, 2 tidak bisa melihat kelompok lain senang 3 ingin dapat bagian dan yang terakhir mereka ingin berkuasa.

Beberapa alasan di atas menjadi faktor runtuhnya pembangunan di dalam daerah khususnya dalam tatanan desa. Namun jika kelompok mereka yang membangun tidak ada yang mengkritik sana sini Cuma, pembangunan yang mereka bawa terkadang tidak menyentuh kehidupan masyarakat karena lebih menyentuh kepada individu atau kelompok mereka. Seharusnya angaran itu untuk masyarakat ramai tetapi di buat untuk kolega dan kelompok mereka yang berkuasa.

Kembali kecerita awal tadi tentang kehidupan yang dahulu yang penuh kesederhanaan dan kekelurgaan dalam membangun. Bukan berarti penulis tidak senang dengan dunia sekarang yang penuh dengan kecangihan modern seperti saat ini, penulis hanya rindu dengan kehidupan dulu yang jauh dari kepentingan ini dan itu semuanya dulu niatnya membangun dan gotong royong penuh dengan kekeluargaan. Namun sekarang cobalah lihat di sekitar kita apakah masih ada budaya yang seperti itu?

Semoga di daerah kalian tetap masih terjaga budaya-budaya yang lebih mementingan kebersamaan dalam pembangunan mau itu dari segi sosial, budaya, agama dan ekonomi semata-semata untuk kemajuan bersama.

Cukup sekian dulu wejangan yang tidak terlalu hangat ini. Nanti akan menyusul wejangan yang lain semoga lebih nikmat saat di nikmati.

Penulis : Zainal Arifin 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun