Mohon tunggu...
Kang Pepen
Kang Pepen Mohon Tunggu... Editor - Tidak ada jalan tikus menuju surga

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Malang Dengan Kesepiannya dan Skripsi Tanpa Kepastiannya

1 Mei 2020   22:59 Diperbarui: 2 Mei 2020   04:30 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Sampai saat ini belum juga ada kabar mereda tentang virus corona, malah semakin banyak korban yang berjatuhan. Dapat kabar terakhir dari pemberitaan jogja.tribunnews bahwa korban jiwa di seluruh Indonesia sudah mencapai angka 10.551 berarti virus ini tidak bisa di angap enteng begitu saja. Ini membutuhkan kesadaran penuh oleh masyarakat agar tidak terlalu banyak beraktivitas di luar dan harus mengindahkan kebijakan pemerintah. Dengan begitu tidak banyak lagi korban jiwa yang berjatuhan. baca juga https://jogja.tribunnews.com/2020/05/01/update-terkini-jumat-1-mei-2020-jumlah-pasien-positif-virus-corona-di-indonesia-10551-kasus. Mungkin data ini belum begitu valid, mungkin bisa jadi lebih banyak dari jumlah yang di gambarkan.

Adanya virus ini membuat suasana kota Malang sebelumnya padat dengan keramaian kini seperti tidak berpenghuni. Semuanya menjadi suram dan menakutkan seakan-akan seperti kota mati yang di hancurkan oleh penguasa jahat dan mengubah penghuninya menjadi zombie akibat suntikan virus seperti film The Maze Runner. Kota-kota tersebut hancur dikelilingi padang pasir konon dihancurkan oleh seseorang yang ingin menguasai dunia. Kesepian Inilah yang saya rasakan di kota Malang, dulu padat dengan manusia dan tidak henti-hentinya kendaraan lewat namun kini, hanya melihat satu dua orang yang beraktivitas. Sebab Malang juga di klaim sebagai zona merah adanya virus ini. Malang yang terkenal dengan penduduknya yang ramai dan di tambah lagi dengan mahasiswa perantau kini menjadi sepi seperti kota mati. Sebab banyak mahasiswa perantau yang pulang kampung, yaa mungkin untuk menghindari virus dan memanfaatkan belajar di rumah terlebih lagi bisa berkumpul dengan keluarga. Mereka pasti berpikir dari pada di Malang lebih baik pulang bisa berkumpul di bulan puasa bersama-sama keluarga.

Kota Malang kini menjadi bisu, sunyi, dan sepi. Tidak ada lagi hiruk-pikuk suara-suara teriakan jancok, dan kata-kata mesoh lainnya yang sering ku dengar ketika melewati samping kampus saat mau membeli makanan. Yang ada hanya terdengar zikir dan doa bersama agar virus covid-19 segera berakhir secepatnya. Lantunana ayat-ayat  di pondok begitu khusyuknya dan di tutun oleh seorang ustad pemimpin pondok. Aku berharap semoga doa kalian di dengar dan di ijabah oleh Tuhan. Indonesia sudah lelah dengan berbagai masalah yang tidak kunjung selesai. Dari Korupsi, HAM, dan lain-lainya semua itu belum terselesaikan saat ini. dan sekarang di tambah lagi dengan virus corona semakin menjadi-jadi.

Sepi yang kurasakan dengan sejuta ketidakpastian akibat covid-19

Sepi yang kurasakan di kota ini seakan-akan membunuh batinku perlahan-lahan. Karena aku melihat teman-teman ku pada pulang kampung, dari yang satu kontrakan sampai ke teman-temanku yang lainya, semakin menjadi-jadi kesepian ini. Di sisi lain aku juga ingin pulang berkumpul dengan keluarga, dan menyambut bulan puasa bersama. Tetapi di sisi lain aku di gantungi dengan bimbingan skripsi yang belum selesai-selesai entah kapan selesainya kebimbangan inilah yang membuat gundah batin ini. Banyak skripsi teman-temanku yang ikut-ikut di isolasi mandiri tanpa di koreksi. Entah apa kesibukan dospem sampai-sampai mengabaikan suara dari mahasiswa bimbingannya. Seharusnya di saat musim seperti ini (wabah virus corona) seorang dospem mencari alternatif agar memudahkan mahasiswa untuk konsultasi bukan berdiam diri dan menyalahkan keadaan. Tetapi yang saya lihat saat ini banyak mahasiswa akhir yang sudah lelah dan mengeluh untuk mengerjakan skripsi ya alasannya bermacam-macam, ada yang tidak merespon chat saat di hubungi, lama tidak ada kabar dengan alasan sibuk, bahkan ada yang mengatakan bimbingannya sampai suasana aman. Mau sampai kapan seperti ini pak? Seharusnya seorang dospem memahami kondisi seperti ini.

Mahasiswa juga harus di mengerti pak. Dospem terkadang saat di hubungi ngilang, dan tidak aktif. Kini mereka kesepian mau ngerjaian pada bingung di bagian mana, ujung-ujung nya tidak di kerjakan dan akhinya rebahan siang dan malam gitu saja terus. Masih untung jika mereka menyelipkan aktivitas membaca, menulis dan melakukan kegiatan positif lainnya, coba yang malas nya level akud ngak selesai-selesai pak. Munuggu tanpa kepastian memang menyakitkan. Itu-itu aja terus sampai skripsi di ubah menjadi kitab suci senggokong. Cukup malang saja yang sepi jangan sampai skripsi  ikut-ikutan sepi karena tidak di koreksi.

Ada lagi kasus tentang skripsi, kebetulan ini teman saya sendiri yang menjalani. Ceritanya dia sudah memilih judul dan sudah mengarap skripsinya oleh karena tidak sejalan dengan dospem tersebut sebelumnya penelitian tindakan kelas akhirnya dospem meminta di ubah ke kepenelitian anak ABK ( Anak Berkebutuhan Khusus) ya teman saya keberatan karena bukan bidangnya dan penelitian itu tidak ia sukai. Iya sih saat musim pandemi covid-19 ini semua sekolah tutup tidak bisa melakukan penelitian, tetapi untuk dospem biarkan mahasiswa yang kalian bimbing memilih judul penelitiannya secara mandiri asal jangan sampai keluar dari konteks bidangnya masing-masing. Dan sekarang skripsi tersebut belum dia garap sama sekali. Dan tidak tahu  mau sampai kapan ini akan terus terjadi jika sikap dospem seperti itu.

Mungkin bukan hanya diri ku saja banyak mahasiswa-mahasiwa akhir yang senasip dengan diriku. Tetapi mereka punya cara tersendiri untuk menghibur diri. Bisa saja dengan tidak mengerjakannya, bukannya malas tetapi  sudah jenuh tidak ada kejelasan dari dospem apa lagi yang harus di kerjakan. Sepinya kota malang membuat mereka jenuh apa lagi dengan ketidakpastian dospem. Sehinga mereka memilih pulang ke kampung halaman masing-masing.

Sedih sudah pasti, anak mana yang tidak mau berkumpul dengan keluarga di saat seperti ini. pasti orang tua juga khawatir dengan keadaan anaknya di kota rantau. Sebab lindung dari matanya, kalau kenapa-kenapa orang tua tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa mendengar kabar. Itulah hal yang ingin aku hindari, sebab aku tidak mau membuat orang tuaku kepikiran dan sedih dengan keadaanku di sini. Tetapi mau bagai mana lagi keadaan sudah memasaku menjadi bodoh untuk mengambil tindakan.

Selamat menikmati kesepian dan ketidakpastian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun