Ekspor merupakan yang terpenting pada masa penjajahan, namun para buruh, para tani, para pegawai kecil tak menemukan kesejahteraannya, lantaran sifat imperilisme penjajah itu. Mereka hanya mampu hidup untuk terus-terusan dihisap energinya. Nah, adakah kita lihat itu saat ini? Secara pasti bisa dijawab ya. Industrialis-industrialis hanya memperhatikan keuntungan yang setinggi-tingginya, namun memberikan hasil produksi serendah-rendahnya pada kaum buruh.Â
Artinya sampai disini ekonomi secara makro belum bisa mengangkat ekonomi yang mikro. Disini, jika kita kaitkan masih sangat jelas bahwa karakter imperilisme itu tetap ada sampai sekarang.
Mari kita lanjutkan, secara ideal ekonomi secara makro sangat bisa mengangkat harkat dan derajat kebangunan ekonomi kecil masyarakat. Melalui regulasi yang jelas dan meminta para pengembang perusahaan besar untuk membagi hasil produksi kita secara adil kepada para pekerjanya, dalam hal ini pemerintah harus mampu menekan perusahaan swasta agar lebih berkeadilan dalam memberikan rizki kepada rakyat. Kemudian BUMN sebagai perusahaan pemerintah harus mampu menjalankan misi sebagaimana pasal 33 UUD 1945.Â
Tak masalah BUMN berusaha dengan melakukan pengeksporan atau membuat pengelolaan produksi dalam negeri. Apa yang perlu diusahakan oleh BUMN? Bukanlah pada sektor infrastruktur sebagaimana yang dilakukan saat ini. Terlebih yang perlu diperkuat adalah BUMN di bidang eksploitasi minyak dan mineral, kemudian BUMN yang bergerak di bidang keuangan untuk membantu usaha-usaha dari aspek mikro, ini semata-mata adalah untuk membangun industri rumahan agar tumbuh besar, kemudian kokoh menjadi tonggak ekonomi bangsa.Â
Cukuplah selama ini kita berbahagia karena perbankan sudah banyak membantu usaha kecil, tapi hal tersebut belumlah banyak, perlu ditambah lagi agar tujuan ekonomi kembali bergairah. Sebetulnya masih banyak aspek kebangunan ekonomi makro untuk menumbuhkan ekonomi mikro sehingga menjadi sebuah kebangunan struktur ekonomi kebersamaan, atau ekonomi persaudaraan, atau ekonomi kesejahteraan. Mungkin akan saya tuangkan dalam artikel yang lebih panjang dan lebih komprehensip pada tulisan-tulisan lain. Ini hanyalah sekedar pengantar saja untuk menjawab pertanyaan teman.
Jadi intinya secara singkat adalah ekonomi mikro dapat tumbuh dengan adanya pengasosiasian yang didukung oleh konsistensi para usahawan yang ada dalam usaha-usaha kecil (UMKM) itu, konsep ini bersifat bottom up. Ekonomi makro juga dapat digunakan sebagai senjata untuk membangun ekonomi mikro agar ekonomi rakyat tumbuh dengan baik dan kegairahan ekonomi memberikan efek positif yang nyata di era serba kebebasan saat ini, konsep ekonomi ini bersifat top down, sehingga perlu diregulasi secara jelas dan terarah.
Demikian tulisan singkat ini semoga dapat memberi sedikit pengetahuan, walaupun masih sangat kurang sekali.
*Penulis adalah Direktur Suwaib Amiruddin Foundation (SAF) dan Dosen STISIP Setiabudhi Rangkasbitung
*Tulisan ini pernah dimuat pada kolom opini Harian Banten Pos (Grup Rakyat Merdeka) dengan judul yang sama, tanggal 29 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H