Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Yang penting nulis, bukan nulis yang penting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengurai Makna Lima JUmat dalam Penanggalan Jawa: Antara Filosofi dan Psikologi Modern

31 Januari 2025   16:32 Diperbarui: 31 Januari 2025   16:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bintang dan langit/sumber: pexels.com

Dalam penanggalan Jawa, setiap Jumat tidak hanya sekadar hari ke-6 dalam pekan. Kombinasi dengan siklus Pancawara (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) menciptakan lima varian Jumat yang unik: Jumat Legi, Jumat Pahing, Jumat Pon, Jumat Wage, dan Jumat Kliwon. Masyarakat Jawa percaya bahwa hari kelahiran ini memengaruhi karakter, nasib, bahkan jalan hidup seseorang. Artikel ini mengupas makna masing-masing Jumat dari kacamata tradisi dan sains, serta mengapa kepercayaan ini tetap relevan di era modern.  
Lima Wajah Jumat dalam Budaya Jawa
Penanggalan Jawa menggabungkan siklus 7 hari (Saptawara) dan 5 hari (Pancawara), menghasilkan 35 kombinasi unik. Berikut penjelasan masing-masing Jumat beserta makna simbolisnya:  

1. Jumat Legi
   - Makna Tradisional: Legi (manis) melambangkan keharmonisan dan keluwesan. Orang yang lahir di Jumat Legi diyakini berperangai ramah, mudah bergaul, dan membawa kedamaian. Mereka sering dikaitkan dengan profesi yang membutuhkan diplomasi, seperti guru atau mediator.  
   - Filosofi: Kombinasi Jumat (hari spiritual Islam) dan Legi diasosiasikan dengan energi "penyeimbang" yang menyatukan unsur langit dan bumi.  

2. Jumat Pahing
   - Makna Tradisional: Pahing (netral) mencerminkan stabilitas dan keteguhan. Lahir di hari ini dianggap menjadikan seseorang pekerja keras, realistis, dan cenderung konservatif. Dalam primbon Jawa, Jumat Pahing sering dikaitkan dengan kesuksesan di bidang pertanian atau bisnis.  
   - Filosofi: Hari ini dipercaya sebagai momen ideal untuk memulai proyek jangka panjang karena energinya yang "membumi".  

3. Jumat Pon
   - Makna Tradisional: Pon (misterius) melambangkan dinamika dan perubahan. Individu yang lahir di Jumat Pon dianggap memiliki intuisi tajam, kreatif, namun mudah terpengaruh emosi. Mereka kerap dikaitkan dengan seni atau bidang esoteris.  
   - Filosofi: Jumat Pon dianggap sebagai hari penuh "teka-teki", cocok untuk ritual meditasi atau pencarian jawaban spiritual.  

4. Jumat Wage
   - Makna Tradisional: Wage (keras) merepresentasikan ketegasan dan ambisi. Orang Wage diyakini berani mengambil risiko, tegas dalam keputusan, namun rentan konflik. Dalam tradisi, Jumat Wage sering dimaknai sebagai hari pembuktian diri.  
   - Filosofi: Kombinasi Jumat (hari pengampunan) dan Wage dianggap sebagai simbol pertarungan antara nafsu dan kesadaran.  

5. Jumat Kliwon
   - Makna Tradisional: Kliwon (khusus) adalah puncak dari siklus Pancawara. Lahir di Jumat Kliwon diyakini memberikan aura spiritual yang kuat, kebijaksanaan, dan kemampuan memahami hal gaib. Namun, mereka juga dianggap rentan terhadap energi negatif jika tidak berhati-hati.  
   - Filosofi: Hari ini sering dikaitkan dengan ritual ruwatan (pembersihan diri) dan dianggap sebagai waktu terbaik untuk menghubungi leluhur.  

Sains Menjawab: Mengapa Orang Percaya Lima Jumat Memengaruhi Kepribadian?
Meski tak ada bukti ilmiah yang menghubungkan hari lahir dengan sifat seseorang, psikologi dan sosiologi memberikan penjelasan menarik:  

1. Efek Barnum-Forer: Deskripsi umum tentang kepribadian (misal: "Anda bijaksana tapi sering ragu") cenderung diterima sebagai kebenaran personal. Karakteristik masing-masing Jumat---seperti "kreatif" untuk Jumat Pon atau "tegas" untuk Jumat Wage---mengikuti pola ini.  

2. Self-Fulfilling Prophecy: Jika seseorang sejak kecil diberi tahu bahwa ia "harmonis" karena lahir di Jumat Legi, ia mungkin mengembangkan perilaku yang sesuai dengan label tersebut. Studi psikologi sosial membuktikan bahwa ekspektasi budaya dapat membentuk identitas.  

3. Konfirmasi Bias: Orang cenderung mengingat peristiwa yang sesuai dengan kepercayaan mereka. Misalnya, jika Jumat Kliwon dikaitkan dengan spiritualitas, setiap pengalaman mistis akan dianggap sebagai bukti kebenaran mitos tersebut.  

4. Fungsi Sosial: Klasifikasi hari lahir berfungsi sebagai alat penguatan identitas komunal. Lima Jumat dalam penanggalan Jawa, misalnya, membantu masyarakat mengkategorikan peran sosial (contoh: Jumat Wage untuk pemimpin, Jumat Legi untuk pendamai).

Kritik Sains: Mengapa Hari Kelahiran Tidak Bisa Menentukan Nasib?
- Variabilitas Genetik dan Lingkungan: Kepribadian manusia dipengaruhi oleh faktor genetik, pola asuh, pendidikan, dan pengalaman hidup---bukan hanya hari kelahiran.  
- Tidak Ada Konsistensi Universal: Jika Jumat Kliwon benar-benar memengaruhi kepribadian, seharusnya semua orang yang lahir di hari tersebut memiliki sifat serupa, yang nyatanya tidak terjadi.  
- Kurangnya Dasar Empiris: Penelitian tentang astrologi dan sistem penanggalan tradisional (termasuk Jawa) belum menemukan korelasi ilmiah yang signifikan antara hari lahir dan sifat individu.  

Harmoni antara Budaya dan Akal Sehat
Alih-alih melihat lima Jumat sebagai "penentu takdir", kita bisa memaknainya sebagai:  
1. Cermin Nilai Budaya: Karakteristik masing-masing Jumat merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung masyarakat Jawa, seperti harmoni (Legi), kerja keras (Pahing), atau spiritualitas (Kliwon).  
2. Alat Refleksi Diri: Mitos tentang hari lahir bisa menjadi media introspeksi, misalnya dengan menanyakan, "Apakah saya sudah selaras dengan sifat 'tegas' Jumat Wage?"  
3. Warisan Kearifan Lokal: Sistem penanggalan Jawa adalah bukti kecerdasan leluhur dalam membaca alam dan manusia---sebuah warisan yang patut dilestarikan, meski tidak dianggap mutlak.  

Lima Jumat dalam penanggalan Jawa bukan sekadar mitos, tetapi juga simbol kompleksitas manusia yang terus dicoba dipahami oleh budaya dan sains. Meski ilmu pengetahuan belum bisa membuktikan pengaruh hari lahir, kisah di balik Jumat Legi hingga Kliwon mengajarkan kita untuk menghargai keragaman cara manusia mencari makna hidup. Pada akhirnya, kepribadian adalah kanvas yang diwarnai oleh banyak faktor---dan hari kelahiran hanyalah salah satu goresan kecil di dalamnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun