Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dilema Hari Esok: Benang Kusut Prokrastinasi di Era Digital

17 Juli 2024   22:09 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:04 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prostock-studio via KOMPAS.com

Kabar baiknya, prokrastinasi bukanlah takdir yang tidak bisa diubah. Dengan pemahaman yang tepat dan strategi yang efektif, kita bisa melawan kecenderungan untuk menunda. Berikut beberapa tips yang bisa Anda coba:

1. Teknik Pomodoro: Metode ini membagi waktu kerja menjadi interval 25 menit, diikuti istirahat singkat. Hal ini membantu memecah tugas besar menjadi bagian-bagian yang lebih manageable.
2. Eat That Frog: Konsep yang dipopulerkan oleh Brian Tracy ini mengajak kita untuk mengerjakan tugas paling sulit atau tidak menyenangkan di awal hari. Dengan demikian, sisa hari akan terasa lebih ringan.
3. Implementation Intentions: Buatlah rencana spesifik tentang kapan, di mana, dan bagaimana Anda akan mengerjakan tugas. Misalnya, "Saya akan mulai menulis laporan pukul 9 pagi di meja kerja, tanpa membuka media sosial."
4. Mindfulness dan Meditasi: Praktik ini dapat membantu meningkatkan fokus dan kesadaran diri, sehingga lebih mudah mengenali dan mengatasi dorongan untuk prokrastinasi.
5. Digital Detox: Sesekali, cobalah untuk 'puasa' dari gadget dan media sosial. Hal ini bisa membantu meredakan kecanduan dopamin yang sering menjadi pemicu prokrastinasi digital.
6. Accountability Partner: Carilah teman atau kolega yang bisa menjadi 'partner in crime' dalam produktivitas. Saling mengingatkan dan memotivasi bisa sangat membantu dalam menjaga konsistensi.
7. Visualisasi dan Goal-Setting: Bayangkan secara detail bagaimana rasanya ketika tugas selesai dengan baik. Tetapkan tujuan yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) untuk setiap proyek.

Prokrastinasi di Era WFH: Tantangan Baru, Solusi Baru

Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap kerja secara drastis, dengan banyak orang beralih ke mode Work From Home (WFH). Meski menawarkan fleksibilitas, WFH juga membawa tantangan baru dalam hal manajemen waktu dan prokrastinasi.

Di rumah, batas antara waktu kerja dan waktu pribadi menjadi kabur. Godaan untuk menonton satu episode lagi atau mencuci piring alih-alih menyelesaikan laporan menjadi lebih besar. Belum lagi fenomena "Zoom fatigue" yang membuat kita semakin enggan untuk fokus pada tugas-tugas penting.

Untuk mengatasi hal ini, beberapa strategi tambahan yang bisa diterapkan antara lain:

1. Menciptakan Ruang Kerja Dedikasi: Sekalipun di rumah, usahakan untuk memiliki area khusus untuk bekerja. Hal ini membantu menciptakan batasan mental antara 'mode kerja' dan 'mode santai'.
2. Rutinitas Pagi: Mulailah hari seolah-olah Anda akan pergi ke kantor. Berpakaian rapi dan melakukan ritual pagi dapat membantu mengkondisikan pikiran untuk bekerja.
3. Time-Blocking: Alokasikan waktu spesifik untuk tugas-tugas tertentu, termasuk waktu untuk istirahat dan keperluan rumah tangga.
4. Virtual Co-working: Gunakan platform seperti Focus Matte untuk 'bekerja bersama' secara virtual dengan orang lain, menciptakan rasa akuntabilitas.

Melihat ke Depan: Prokrastinasi dan Masa Depan Kerja

Seiring berkembangnya teknologi AI dan otomasi, banyak yang berspekulasi bahwa prokrastinasi akan menjadi masalah yang semakin serius. Di satu sisi, teknologi bisa membantu mengotomatisasi tugas-tugas rutin, potensial mengurangi beban kerja.

Namun di sisi lain, kemudahan ini bisa membuat kita semakin terlena dan kurang terlatih dalam hal disiplin diri.

Dr. Cal Newport, penulis buku "Deep Work", berpendapat bahwa di masa depan, kemampuan untuk fokus dan menghasilkan karya berkualitas tinggi akan menjadi skill yang sangat berharga.

Dalam konteks ini, mereka yang mampu mengatasi prokrastinasi dan mengembangkan 'deep work ethic' akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun