Mohon tunggu...
Lutfi Ayu Paramitha
Lutfi Ayu Paramitha Mohon Tunggu... Freelancer - ilmu komunikasi

selamat membaca...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Praktik Politik Ekonomi Media dalam Tragedi Kanjuruan

14 November 2022   09:40 Diperbarui: 14 November 2022   09:49 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Tepat pada hari kesaktian pancasila, masyarakat Indonesia mengalami hari kesakitan Pancasila. 1 Oktober 2022 terdapat tragedi kanjuruhan yang memakan korban jiwa sebanyak 132orang.[1] Diawali dengan kekalahan club bola AREMA FC Malang bertanding dengan PERSEBAYA Surabaya di Stadion Kanjuruan Malang. Hal ini menyebabkan suppoter AREMANIA tidak terima club idolanya kalah bertanding di kandang sendiri.[2] Tragedi ini yang memakan banyak korban jiwa di Indonesia dan masuk 2 besar tragedi sepak bola se-dunia. Menjadi sebuah keprihatinan persepak bola ditanam air, dimana minimanya keamanan dan pengawasan dari panitia penyelenggra. Dan terdapat kesalahpahaman antara supporter yang masuk kelapangan dengan pihak keamanan.

     Massa yang tidak dapat dibendung dan membuat kerusuhan semakin bertambah karena jumlah suporter lebih banyak dibandingkan pihak keamanan, karena kewalahan pihak keamanan menembakkan gas air mata kebeberapa titik tribun stadion. Hal ini menyebabkan kepanikan supporter AREMANIA, sehingga berebutan untuk keluar dari stadion Kanjuruan. Terjadilah penumpukan massa di pintu keluar yang menyebabkan beberapa wanita dan anak-anak yang terinjak-injak karena pintu keluar stadion belum terbuka sepenuhnya.

     Sampai detik ini proses pengusutan pelaku masih dilakukan dan sementara terdapat 6 tersangka dalam kasus ini [3]. Pemerintah fokus kepada pencarian tersangka akan tetapi tidak peka terhadap pihak yang menyuport acara dibalik terselenggaranya pertandingan LIGA 1 Indonesia. Jika dilihat melalui kacamata media komunikasi, penyelenggaraan liga ini sudah menyalahi aturan, terdapat praktik politik ekonomi media yang berpartisi kasus ini. Hal ini dibuktikan dengan surat permohonan pengajuan jadwal pertandingan oleh Polres malang mengirimkan surat kepada panitia pelaksana Arema FC pada 12 September 2022 yang mengajukan permohonan pelaksanaa pertandingan ke PT LIB dimajukan dari pukul 20.00 menjadi 15.30 WIB dengan pertimbangan keamanan. Menanggapi surat permohonan itu, PT LIB mengirimkan surat balasan kepada pihak manajemen Arema FC tertanggal 19 September dengan nomor surat 497/LIB-KOM/IX/2022 menegaskan pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

      Tidak dijelaskan secara detail pelaksanaan tetap dilaksanakan pada malam hari didalam surat tersebut. Karena ada kepentingan industri media yang ada didalamnya seperti panitia yang mengejar rating TV [5]. Siaran sepak bola saat malam hari merupakan prime time didunia hiburan karena potensial pemirsanya yang lebih besar. Hasil survei AC Nielsen, lembaga yang dianggap resmi industri TV nasional, dari 10 besar program TV peraih rating tertinggi pada 2022, sembilan diantaranya menayangkan program sepak bola nasional.[6]

    Ketika malam hari penerangan kurang memadai yang berisiko dan tidak ramah kepada keselamatan supporter, sehingga mempersulit pengawasan dan pengendalian massa. Dari segi kesehatan supporter, saat selesai pertandingan kondisi tubuh sudah lelah yang dikhawatirkan para supporter kehilangan fokus saat berkendara dijalan. Disisi lain, jika rating tinggi maka banyak iklan yang masuk, sehingga praktik ekonomi politik media terjun langsung dalam pertandingan sepak bola. Selain itu juga akan banyak pihak sponsor yang ikut meriahkan acara ini jika memiliki rating yang tinggi, salahnya satunya bank BRI.

    Pergeseran nilai fungsi sepak bola sebagai sarana hiburan dan olahraga menjadi nilai rupiah yang dapat diperjual belikan. Hal ini dikaji dalam teori komodifikasi, sebagai informasi dan hiburan menjadi nilai tukar, selanjutnya konten yang dianggap unggul ini disukai banyak audience atau pemirsa yang dapat dijual kepengiklan. Komodifikasi pada ekonomi politik komunikasi, terjadi proses perubahan nilai pakai menjadi nilai tukar, yang meliputi tiga aspek yaitu konten, audien dan pekerja (Mosco, 1999). [7]

    Terjadi komersialisasi sepak bola dimana panitia penyelenggara menjual tiket diluar kapasitas stadion.[8] Proses komersiasilisasi ini karena adanya peluang supporter sepak bola di Indonesia yang unik dan fanatik. Mereka rela mengeluarkan waktu, uang dan tenaga untuk mendukung tim kebanggaan mereka. Bahkan tidak jarang dari mereka harus menjual barang yang dimiliki agar dapat menonton tim kesayangannya berlaga.[9] Fenomena komodifikasi pertandingan sepak bola inilah menjadi peluang bagi industri media maupun indutri lainnya untuk memodifikasi nilai hiburan menjadi nilai tukar rupiah yang dapat diperjual belikan dalam pertandingan sepak bola demi kepentingan komersialisasi .

[1] Fajar Pratama.2022 Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 132 Orang. Detik.news :

https://news.detik.com/berita/d-6341986/korban-tewas-tragedi-kanjuruhan-bertambah-jadi-132-orang/amp )

[2] Widia Arum Wibawa. 2022. Tragedi Kanjuruan : Kronologi, Penyebab dan Jumlah Korban. Detiknews : https://www.dw.com/id/kerusuhan-kanjuruhan/a-63310801 .

[3] Kanya Anindita Mutiarasari. 2022. Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Berikut Nama-namanya. Detik.news :  https://news.detik.com/berita/d-6336371/enam-tersangka-tragedi-kanjuruhan-berikut-nama-namanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun