Disini akan kita bahas bersama antara Orangtua Vs Kakek-Nenek dalam rangka cinta dan Sayangnya kepada anak memang serupa, Â tapi tak sama ya esensinya.Â
Kakek nenek adalah orang penting dalam kehidupan cucunya. Mereka dapat memberikan dukungan, membentuk nilai yang positif, memberikan rasa aman serta perlindungan. Namun, kasih sayang yang melimpah dari kakek nenek kadangkala dapat juga merusak aturan 'baku' dari orangtua. contoh Ibu Lina (30 th) merasa sangat bersyukur dengan kehadiran ibunya di tengah keluarganya. Apalagi, sang Ibu sangat membantunya mengawasi anak-anak saat ia pergi mengajar. Namun, akhir-akhir ini Vira merasa perlakuan ibunya sudah 'kelewat batas'. Menurut Lina dan Aan, suaminya, sikap ibu yang terlalu memanjakan Rifda dan Ziya (anak/cucu) dapat merusak kepribadian anak.
Selama ini, ibunya hampir tidak pernah menolak segala rengekan Rifda untuk meminta permen, es, mainan atau apa saja. Juga rengekan Ziya saat minta dibelikan boneka Barbie terbaru. Begitu mereka minta sesuatu, pasti akan segera dibelikan oleh neneknya. Repotnya, akhir-akhir ini, anak-anak pun sering berlindung di belakang nenek saat Lina tengah menegur kesalahan mereka.
Lain lagi dengan yang dialami oleh Ibu Siti (60 tahun). Saat ia menggendong cucu pertama kali, ada perasaan bangga dan sayang yang luar biasa terhadap cucunya. Ia ingin sekali cucunya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Ia pun ingin banyak memberikan sumbang saran kepada anak dan menantunya tentang 'resep mendidik anak' berdasarkan pengalamannya. Namun, ia sering kecil hati saat secara tak sengaja anaknya mengatakan, "Ah Ibu, itu kan sudah kuno!"
 Berbeda beban
Menurut Ibu Nibras O.R. Salim, pemerhati masalah anak, antara kasih sayang kakek-nenek terhadap cucu dengan orangtua terhadap anaknya sebenarnya sama saja. Kalaupun terasa berbeda itu disebabkan karena kondisi. Sayangnya orangtua terhadap anak diwarnai dengan kesibukan. Kesibukan kerja mencari nafkah, sibuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan sibuk mengurusi keperluan anak. Sementara sayangnya kakek-nenek terhadap cucu adalah 'sayang tanpa beban' karena saat itu mereka tidak memiliki kewajiban seperti orangtua. Sehingga, itulah sebabnya kakek-nenek dapat melihat cucunya dalam keadaan yang menyenangkan.
Dalam kondisi lelah, saat anak sedang banyak bertanya atau sedang banyak bereksplorasi, orangtua menganggap anaknya nakal. Terlebih lagi, bagi wanita bekerja. Kesibukan kerja dapat membuat waktu habis untuk bercinta dengan anak. Misal, saat anak berlari "Mama..., mama..." Ibu hanya menjawab, "Ya..., ya..., Mama lagi capek sayang. Sama Mbak dulu ya." "Kata sayang diucapkan, tapi sikapnya menolak," tutur Nibras menyayangkan. Kasih-sayang pun sering terkalahkan. Tak sadar, orangtua mudah mencubit, membentak, atau sekedar bermuka masam. Sementara nenek melihat kelakuan cucunya tanpa beban. Bila sedang 'minta perhatian', nenek hanya merangkul dan berkata, "Hmmm..., cucu nenek."
Perbedaan perlakuan itu salah satunya disebabkan karena pada saat kakek-nenek menjadi orangtua mereka juga dalam kondisi sibuk dan kurang memberi perhatian pada anaknya. "Akibatnya, pada saat menjadi kakek-nenek mereka dapat mencurahkan kasih-sayangnya. Namun, kadang sering berlebihan dan terlalu memanjakan," urai Nibras, Kepala TK Islam Istiqlal.
Akibat yang paling parah adalah apabila kakek-nenek memberlakukan peraturan yang tidak sama dengan aturan yang telah dijalankan orangtua terhadap anaknya. Atau bahkan, sengaja melanggar aturan yang selama ini sudah dibangun. Misalnya, seperti yang dialami Vira dan Ihsan. Mereka sepakat bahwa tidak semua permintaan anak-anak akan selalu mereka luluskan. Namun, nenek yang tinggal bersama mereka tidak pernah tahan mendengar rengekan cucunya.
Padahal, pendidikan anak,khususnya untuk usia balita itu harus konsisten dan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.Termasuk,om-tante,kakek-nenek,bahkan pembantu atau pengasuh anak."Karena anak balita itu akan meniru apa yang dilihatnya," urai Nibras.
maka dapat disimpulkan bahwa semua anggota keluarga sangat berperan pada perkembangan sang anak nantinya.Â