Dua hari ini ada berita menarik dan menghebohkan dunia. Apa itu? Pertama pembelian pesawat Boing besar-besaran oleh maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia, Lion Air. Sedangkan yang kedua, pemberian bantuan hibah oleh pemerintah Amerika Serikat kepada Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan. Ketiga, tentu saja berita tentang prestasi atlit nasional di ajang Sea Games yang bikin bangga! Berita yang pertama memiliki sisi positif dan negatif. Positifnya, Indonesia disegani oleh banyak negara industri karena dianggap royal dalam membelanjakan uang untuk menggenjot sektor industri pelayanan seperti pelayanan transportasi, sekaligus dipercaya sebagai mitra bisnis di masa-masa yang akan datang. Bagaimana tidak dipercaya, maskapai Indonesia mampu memecahkan rekor pembelian yang selama ini dipegang maskapai kaya raya timur tengah Fly Emirates. Pembelian 230 pesawat Boing 737 memecahkan rekor pembelian sepanjang sejarah berdirinya perusahan Boing. Sekaligus membuat jantung ekonomi Amerika tetap berdetak. Tapi, sayang, sekaligus sisi negatifnya pembelian menghebohkan itu ternyata masih menggunakan dana pinjaman dari bank AS. Artinya sirkulasi keuangan masih berputar di Amerika saja. Transaksi seperti ini ibarat menjaga pembeli agar tidak lari kemana-mana sebab perusahaan rival seperti Airbus melihat Indonesia juga sebagai mitra penting. Itulah alasan kenapa Obama rela menjadi saksi ijab-kabul pembelian pesawat disela-sela KTT ASEAN. Kedua, pemberian dana bantuan 5 trilyun untuk menuntaskan kemiskinan di Indonesia. AS menggelontorkan dana bantuan penuntasan kemiskinan dalam jumlah tidak sedikit, tapi tidak terlalu banyak. Tentu saja setiap bantuan adalah positif untuk mendukung pembangunan di tanah air. Tapi, bantuan tersebut tidak langsung diberikan dan dikelola sendiri oleh pemerintah Indonesia, AS meminta sejumlah prasayarat dan melibatkan orang-orang (lembaga) mereka dalam proses penggunaan dana. Artinya dana tersebut harus dicairkan sesuai standar yang ditetapkan oleh mereka, termasuk syarat-syarat yang aneh tentunya. Pemberian bantuan yang ditandatangai Menlu Pak Marti Natalegawa dan Menlu AS Bu Hillary itu terjadi setelah tanda tangan pembelian pesawat Boing. Beli Boing dapat bonus hibah. Perlu diingat, dana hibah ini bukan berarti bantuan cuma-cuma tetapi murni HUTANG dengan buka minim. Sisi Lain Perlu ditambahkan, selain pembelian pesawat Boing, latar belakang pemberian dana "hibah" itu tidak lepas dari wacana yang belakangan berkembang pada level pemerintahan yang mengupayakan negosiasi ulang kontrak eksplorasi perusahaan asal negeri Paman Sam, Freeport yang sudah puluhan tahun lamanya mengeruk gunung-gunung emas di Indonesia. Bisa jadi AS ingin agar pemberian hibah bisa melunakkan hati atau lebih ekstrim "menekan" Pak SBY dan jajarannya agar tidak mengutak-atik kontrak perusahaan AS yang operasi di Indonesia. Tulisan ini memang sengaja dibuat untuk menjadi bahan pembanding buat berita yang terkesan begitu polos beberapa hari ini. Transaksi besar dengan efek jangka panjang yang kurang baik bagi Indonesia perlu mendapat perhatian kita semua, jangan sampai kesalahan di masa lalu terulang di masa sekarang dan masa mendatang. Kenapa berita Sea Games perlu disandingkan dengan tulisan ini. Alasannya adalah, agar kita mulai berfikir bahwa bantuan yang diberikan AS tidak terlalu banyak. Indonesia bisa menyelenggarakan ajang bergengsi di Asia Tenggara dengan menggelontontorkan trilyunan rupiah--termasuk sempat dikorupsi Nazarudin dkk. Hemat saya, Indonesia masih ada cukup dana untuk menuntaskan persoalan kemiskinan dengan uang sendiri dan bantuan dermawan tanah air tanpa harus menerima hibah penuh syarat dari Amerika. Akhir kata, semoga prestasi Sea Games kali ini bisa menumbuhkan kepercayaan diri Indonesia di berbagai bidang. Termasuk sekali-sekali menjadi negara pemberi hibah buat menuntaskan persoalan ekonomi AS di masa mendatang. Salam Hangat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H