Mohon tunggu...
Zitawati A
Zitawati A Mohon Tunggu... -

Berusaha dan raihlah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Merekam Desa Wisata Kliwonan lewat Seulas Batik

29 Desember 2013   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa sejuk menyelimuti kulit saya ketika menapakkan kaki di sebuah desa di Kabupaten Sragen, minggu pagi (17/11). Hamparan sawah yang luas dan berbagai macam pepohonan tumbuh subur di desa ini. Di sepanjang jalan menuju lokasi desa wisata yang terletak 4 km dari jalan besar itu, saya disuguhi pemandangan yang alami dan rumah penduduk yang tertata rapi. Mata saya tertuju pada secarik kain yang tidak asing bagi saya. Batik kliwonan, seulas kain dengan sejuta pesona itu tidak henti-hentinya memikat hati saya.

Dunia mode dan fashion rasanya sudah tidak asing lagi dengan batik. Menyebut batik, ingatan seseorang akan melayang pada secarik kain dan pakaian khas Indonesia. Seperti halnya batik Kliwonan, yang terletak di Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Batik itu memancarkan aura keindahan bagi siapa saja yang memandangnya.

Kawasan desa wisata batik Kliwonan itu terletak sekitar 12 km sebelah Selatan pusat kota Kabupaten Sragen, atau 15 km sebelah Timur Laut kota Solo. Perjalan ke desa batik ini dapat dilakukan dengan melewati berbagai jalur. Salah satu jalur yang saya tempuh ialah jalur dari pintu masuk di Gronong (Perbatasan Kabupaten Sragen dan Karanganyar) yakni melalui Jalan Raya Solo - Sragen masuk ke Utara hingga Desa Sidodadi – Desa Kliwonan.

Desa Kliwonan termasuk desa yang terletak di selatan sungai Bengawan Solo. Letak wilayah yang berada di pinggiran sungai atau kali (dalam bahasa Jawa), industri batik di kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan batik Girli (Pinggir Kali). Ada juga yang mengenalnya dengan sebutan batik Kliwonan karena mengambil nama salah satu desa produsen yang berlokasi di Kecamatan Masaran.

Motif batik Kliwonan yang saya temui lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna. Ada kalanya dikombinasi dengan motif baku. Jadilah, motif tumbuhan atau hewan yang disusupi motif baku seperti parang, sidoluhur, dan lain sebagainya. Menurut salah satu perajin batik, Sutiyem (39), para perajin sedang mencoba membuat kreativitas baru.

“Belakangan ini beberapa perajin mulai mencoba membuat motif baru yang isinya merekam aktivitas keseharian masyarakat,” ujar Ibu berwajah cantik itu.

Guratan motif batik Sragen cenderung menyiratkan makna secara tegas. Jauh lebih lugas dari pada corak Yogyakarta dan Surakarta. Lahirnya motif tersebut tidak lepas dari pengaruh karakter masyarakat Sragen yang pada dasarnya terbuka dalam mengekspresikan isi hati.

Di desa wisata batik Kliwonan, saya dapat dengan mudah membedakan batik Sragen dengan motif batik dari daerah lainnya. Para perajin batik di Kliwonan biasa menuangkan karyanya ke berbagai jenis kain dengan berbagai teknik produksi. Jenis kain yang digunakan antara lain sutera yang ditenun dengan mesin maupun manual, katun, dan primisma. Sebagian besar perajin masih mempertahankan teknik tulis di atas kain primisma. Teknik tradisional ini menunjukkan kemampuan luar biasa batik tulis Kliwonan dalam bertahan di era modern ini. Masih dipegangnya cara tradisional para pembatik di kawasan Kliwonan ini merupakan eksotisme yang langka dijumpai. Inilah daya tarik desa wisata batik Kliwonan.

“Sebagian besar perajin batik tinggal di desa Kliwonan. Kuantitas produksi batik yang dihasilkan perajin Kliwonan pun paling besar. Oleh sebab itu, kawasan penghasil batik di Sragen kemudian lebih dikenal dengan sebutan sentra batik Kliwonan”, ujar Puji Rahma (40) salah satu pengusaha batik kliwonan.

Kesuksesan tersebut tidak lantas membuat para perajin batik menjadi lupa diri. Masyarakat sentra batik girli itu dikenal sebagai komunitas yang religius. Mereka juga dikenal ramah, sopan, dan terbuka terhadap tamu. Ajaran Islam merupakan agama mayoritas penduduk sentra batik girli untuk memuliakan tamu yang disampaikan turun temurun oleh pendahulu mereka benar-benar dipegang teguh. Bahkan, sewaktu saya datang ke desa itu, saya dan wisatawan lainnya mendapatkan sambutan yang unik, yaitu dihidangankannya daging ayam yang digoreng utuh. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan ucapan selamat datang kepada para tamu atau orang asing yang dinilai bermaksud baik bagi mereka.

Pemerintah Kabupaten Sragen kini menetapkan sentra batik Kliwonan sebagai kawasan wisata terpadu, yang dinamakan Desa Wisata Batik Kliwonan. Desa Kliwonan sekaligus ditetapkan menjadi pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun