Mohon tunggu...
Ziska Putri Hidayat
Ziska Putri Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate Public Health Student at Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatnya Resistensi Antimikroba: Ancaman Kesehatan Global

18 Agustus 2024   13:22 Diperbarui: 18 Agustus 2024   13:25 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah kesehatan di Indonesia belum kunjung usai. Banyaknya penyakit yang merajalela dan variasi penyakit baru yang bermunculan hampir setiap harinya membuat kita sebagai masyarakat di Indonesia harus selalu waspada. Salah satu ancaman kesehatan yang ada di negeri kita adalah resistensi antimikroba (AMR). 

Reistensi Antimikroba (AMR) adalah keadaan dimana mikroba seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit tidak lagi bereaksi pada obat-obatan yang diberikan. Tentunya hal ini adalah ancaman yang tidak bisa kita tinggalkan karena ini merupakan salah satu tantangan global di bidang kesehatan. Resistensi Antimikroba tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga pada lingkungan dan hewan. Oleh karena itu, kita harus segera menanggapi isu ini dan menghentikan angka penyebaran yang terus meningkat.

Penyebab resistensi antimikroba ini bisa terjadi karena penggunaan antimikroba dengan indikasi yang tidak tepat, pemilihan antimikroba yang tidak tepat, dan juga dosis yang tidak tepat. One Health merupakan strategi pendekatan terpadu yang didukung oleh World Health Organization (WHO) yang bertujuan untuk menyeimbangkan dan mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem secara berkelanjutan. 

Strategi ini juga dibutuhkan untuk mengatasi resistensi antimikroba karena isu ini berkaitan dengan berbagai sektor seperi kesehatan masyarakat, hewan, rantai makanan, pertaninan dan juga lingkungan. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari adanya resistensi antimikroba antara lain:

  • Tidak ada pengobatan atau obat antimikroba yang dapat menyembuhkan infeksi ini.
  • Berisiko menularkan infeksi ke orang lain.
  • Perawatan medis yang lebih kompleks dan memerlukan jangka waktu yang lama.
  • Menyebabkan infeksi yang sulit untuk diobati.

Dilansir dari paparannya yang berjudul "Whole-Genome Sequencing (WGS) untuk Surveillans Antimicrobal Resistance (AMR) di Indonesia", Peneliti dan Ketua Kelompok Riset Mokuler Patogen Eijkman BRIN, Dodi Safari, menyebutkan bahwa tingginya tingginya angka AMR di Indonesia disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat di fasilitas kesehatan, sektor peternakan dan perizinan, ia melanjutkan "Saat ini konsumsi antibiotik terbanyak yaitu di Indonesia". 

Pengurutan Genom Keseluruhan atau Whole Genome Squencing (WGS) merupakan metode mutakhir yang dirancang untuk menganalisis genom secara komprehensif. Selain untuk mengurutkan genom manusia, metode ini digunakan juga untuk berbagai spesies lain, termasuk mikroba. 

Metode ini bisa diterapkan untuk pemetaan atau monitoring AMR. Dodi Safari dalam paparannya juga menyebutkan bagaimana data-data WGS yang berisikan data epidemiology, klinis, profil kepekaan antikmikroba (AST) dan mokuler sudah dapat digunakan oleh Kementerian Kesehatan, Kementrian Pertanian atau Kementrian Perikanan dalam program pencegahan dan penanganan AMR.

Menurut Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN,Abdi Wira Septama, dalam paparannya yang berjudul "Eksplorasi Anti Multi Drug Resistence (MDR) dari tanaman Endemik di Indonesia" menyebutkan prediksinya bahwa pada tahun 2050 akan terjadi superbug bakteri yang berarti kondisi dimana akan ada bakteri-bakteri baru yang tahan terhadap antibiotik sehingga tidak ada lagi antibiotik yang bisa mengobati bakteri yang termasuk ke dalam superbug tersebut. 

Dalam hal ini Abdi memaparkan bahwa ia bersama tim risetnya mencoba untuk menggabungkan antibiotik yang sudah tidak digunakan lagi dalam medis dengan bahan alam yang mempunyai antimikroba. Tujuannya adalah untuk mendapatkan efek sinergis, mencegah munculnya resistensi, dan memperluas spektrum kerja dan antibakteri.

Dengan adanya biodiversitas yang sangat beragam, sumber daya manusia yang berintelektual dan berinovatif, teknologi terkini, repositori yang memadai kita memiliki banyak pontensial yang bisa digunakan untuk mencegah adanya resistensi antimikroba di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun