Mohon tunggu...
Zindagia Mutiyantami
Zindagia Mutiyantami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penyuka rasa strawberry

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Kanjuruhan Menurut Teori Konflik Lewis A. Coser

20 Oktober 2022   08:36 Diperbarui: 20 Oktober 2022   09:04 5125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Twitter @lambebocor2

Sepak bola bukanlah hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Tak heran jika olahraga ini menjadi salah satu hal yang paling diminati, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

Setiap pecinta sepak bola pastinya memiliki tim kesukaan masing-masing, baik tim sepak bola internasional atau tim sepak bola lokal. Mereka terkadang rela mengeluarkan banyak uang untuk menonton secara langsung tim kesayangannya bertanding, walaupun sebenarnya bisa menonton tayangan pertandingan melalui televisi atau handphone.

Namun, terdapat hal yang tidak diinginkan terjadi. Pada hari sabtu tepatnya pada tanggal 1 Oktober 2022, kesedihan melanda para pecinta sepak bola Indonesia. Bagaimana tidak? Telah terjadi tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang yang memakan ratusan korban jiwa sesaat setelah pertandingan antara Arema vs Persebaya selesai diadakan.

Kasus tragedi Kanjuruhan ini sebenarnya masih abu-abu, belum ditemukan titik terang siapa dalang di balik kasus ini. Terdapat pihak yang mengatakan ini adalah kesalahan PSSI yang tidak profesional, ada yang mengatakan ini kesalahan pihak kepolisian dimana mereka membawa senjata dan gas air mata yang sebenarnya dilarang oleh FIFA, lalu kesalahan dari pihak pengelolaan tiket karena meledaknya penonton yang lebih dari kapasitas seharusnya -dari yang seharusnya 38 ribu menjadi 42 ribu penonton-.

Menurut beberapa sumber yang telah saya baca, sebelum tragedi tersebut terjadi, para Aremania -fans Arema- turun kelapangan setelah para pemain keluar dari lapangan dengan maksud mengungkapkan rasa kekecewaan karena tim mereka kalah 3-2 dari Persebaya, dan turunnya para suporter  ke lapangan tersebut sudah dianggap lumrah di kalangan suporter. Kemudian para polisi juga turut turun ke lapangan guna mengamankan para Aremania.

Dengan bertambahnya penonton ke lapangan, beberapa personel menembakkan gas air mata dengan maksud mencegah penonton untuk turun ke lapangan. Hal ini mengundang emosi para suporter sehingga kerusuhan pun tidak dapat di kendalikan. Karena penonton panik, mereka langsung berusaha untuk keluar namun terjadi kendala di beberapa pintu. Disitulah korban berjatuhan, terdapat korban yang meninggal ditempat, patah tulang, pingsan dan sesak napas akibat tidak tahan dengan siraman gas air mata.

Setelah tragedi ini terjadi, banyak pihak turut menyatakan bela sungkawa. Baik dari pihak FIFA maupun pihak lokal. Para suporter dari berbagai tim sepak bola -selain Arema dan Persebaya- juga turut berbela sungkawa. 

Mereka mengadakan doa bersama untuk para korban. Dengan kejadian ini, mereka berharap pihak penyelenggara pertandingan untuk berbenah agar kejadian serupa tidak terulang kembali dan berharap supaya pemerintah segera menemukan titik terang dari tragedi Kanjuruhan ini.

Menurut saya, kasus diatas termasuk dalam teori konflik Lewis A. Coser, dimana konflik yang terjadi meningkatkan solidaritas internal. Dengan adanya konflik, berarti masing-masing individu maupun kelompok di dalam komunitas itu berjuang untuk membangun dialog dalam rangka mempertahankan integritas atau kesatuan sebagai anggota komunitas dengan kelompok lain yang berasal dari budaya yang berbeda dengan dirinya. Jadi, dengan adanya tragedi ini, mereka para suporter saling menguatkan satu sama lain. 

Walaupun bukan suporter atau fans dari tim tersebut mereka bersatu untuk mendoakan para korban, berharap supaya tragedi ini tidak terulang kembali, dan berharap pemerintah segera menuntaskan kasus ini. Seperti yang saya lihat di Jalan Yogyakarta bulan lalu, beberapa suporter -terlihat dari bendera tim sepak bola yang berbeda-beda menuju pada satu tempat untuk mengadakan doa bersama. Hal ini merupakan bentuk dari solidaritas bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun