Mohon tunggu...
zinck
zinck Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Valentine: Pro atau Kontra?

13 Februari 2011   10:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikianlah versi romantis kisah Valentine pun tercipta. Dari yang pada mulanya tidak ada kaitan dengan kasih sayang, kemudian berubah menjadi sebuah versi romantis yang kemudian malah dikenal secara luas. Pada kenyataannya, versi romantis ini tidak memiliki dasar historis apapun, selain merupakan penggubahan dari versi kisah Valentine dalam Legenda Emas.

Pro atau Kontra?

Dari cuplikan sejarah di atas, dapat diketahui dengan jelas bahwa hari Valentine memang meminjam istilah dan nama orang Kristen. Mungkin ini pula yang menjadi salah satu alasan sebagian orang menolak memperingati hari Valentine karena tidak beragama Kristen. Bahkan di beberapa negara seperti negara Arab Saudi memilih untuk melarang perayaan hari Valentine. Toko-toko bunga dan cokelat diminta untuk tidak menjual pernak-pernik berwarna merah/pink sampai hari Valentine berakhir. Apabila dilanggar, maka usaha mereka bisa ditutup. Tetapi marilah kita mencoba melepas embel-embel agama dan melihat makna hari Valentine.

Saya kira semua orang akan setuju bahwa kasih sayang seharusnya dirayakan setiap hari, tidak hanya satu hari saja. Terlebih lagi seharusnya kasih sayang itu bersifat universal, tidak hanya diberikan kepada seorang kekasih, tetapi juga kepada orang tua, saudara, teman, dan orang lain yang mungkin membutuhkannya. Tetapi kita juga seharusnya tidak memungkiri bahwa manusia membutuhkan momen-momen tertentu sebagai pengingat dan sekaligus sebagai simbol perayaan. Sepertihalnya orang-orang boleh saja berpuasa setiap hari tetapi hari kemenangan adalah hari tertentu dan dirayakan secara besar-besaran. Demikian pula sebagian besar orang membutuhkan sebuah tanggal khusus sebagai pengingat dan perayaan mereka dan dipilihlah tanggal 14 Februari dengan meminjam nama Kristiani.

Sebenarnya apabila kita mau mengenal lebih jauh kebudayaan Asia, maka terdapat kisah hari kasih sayang yang dapat disetarakan dengan hari Valentine dari Barat. Di Cina misalnya, terdapat Festival Qixi. Menurut legenda, bintang Cowherd dan bintang Weaver Maid biasanya dipisahkan oleh bima sakti, tetapi akan bertemu pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan Cina. Pertemuan ini diibaratkan pertemuan sepasang kekasih yang hanya bisa terjadi setahun sekali untuk kemudian berpisah kembali.

Versi Jepang dari Qixi disebut Tanabata, yang lebih manusiawi dengan memakai nama Orihime dan Hikoboshi. Serupa dengan Qixi, kedua bintang tersebut dipisahkan oleh sebuah sungai bintang-bintang (milky way) dan hanya diijinkan bertemu setahun sekali pada tanggal 7 bulan 7 penanggalan bulan. Perayaan kasih sayang ini hanya berlangsung di malam hari.

(Meskipun bukan seorang Nasrani) Saya sendiri tidak menolak peringatan hari kasih sayang ditandai dengan momen 14 Februari, toh itu semua hanyalah momen pengingat saja. Bahkan bagi beberapa orang, menunggu 14 Februari menjadi penantian yang mendebarkan (siapa yang mau ngasih cokelat ke saya, hehe). Kalau toh kita berani mengatakan merayakan hari kasih sayang setiap hari, maka tidak ada salahnya merayakan momen kasih sayang tersebut tanggal 14 Februari, bukan?

Selamat Hari Valentine

129759117931062670
129759117931062670

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun