Mohon tunggu...
Zilyanadelia WVN
Zilyanadelia WVN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Zilyanadelia Wahyu Veronellita Nurdin

Halo, selamat membaca dan semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Rasa Jijik dan Malu yang Dirasakan Anak

29 Oktober 2022   16:45 Diperbarui: 29 Oktober 2022   17:04 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya jijik saja yang memiliki implikasi terhadap perkembangan sosial anak, malu pun ada.

Rasa malu memiliki dampak besar pada perkembangan sosial anak. Anak yang terlalu pemalu atau biasa disebut pemalu juga mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Anak pemalu sering menghindari orang lain, curiga, dan berhati-hati ketika melakukan sesuatu terutama di tempat yang asing. Anak pemalu cenderung pendiam, berbicara lembut dan menghindari kontak mata dengan orang lain.

Menurut Eka (2002, hlm. 207), anak pemalu juga memiliki gejala yaitu anak cenderung menghindari hubungan sosial dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, enggan, curiga dan tidak mudah berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungannya.

 Gejala-gejala tersebut dapat mengakibatkan anak memiliki potensi yang terpendam dan tidak berkembang secara optimal sesuai potensinya, menghambat perkembangan individu, canggung atau kurang dalam hubungan interpersonal karena kurangnya pengalaman, yang dapat mengakibatkan kesulitan belajar pada anak, dan semakin tumpulnya keterampilan sosial individu yang gagal beradaptasi dengan lingkungan.

Nah, ada tiga cara yang dapat dipraktikkan untuk melatih anak agar tidak malu yaitu: 1) Menghindari memarahi anak. Ketika anak sedang dalam keadaan yang mulai memperlihatkan sifat pemalu, orang tua jangan langsung memarahinya. 2) Menempatkan anak pada situasi sosial. 

Orang tua harus membantu anak untuk bersosialisasi dengan teman-temannya seperti membuka pembicaraan dengan teman sebaya anak serta memancing anak untuk berinteraksi dengan mereka. Dan 3) Membangun rasa percaya diri. Cara ini contohnya dapat dilakukan dengan melatih anak seperti membayar hasil belanjaan dia di supermarket yang tetap dalam pengawasan.

Daftar Rujukan:

Hayani, Nurhayani, 'Peran Rasa Malu Dan Rasa Bersalah Terhadap Pengajaran Moral Anak', Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 7.1 (2019), 63--77

Khoerunnisa, Siti, 'Pemalu Pada Anak Usia Dini', Research in Early Childhood Education and Parenting, 01.02 (2021), 87--92

Tang, A., and L. A. Schmidt, 'Shyness', The Curated Reference Collection in Neuroscience and Biobehavioral Psychology, 1999, 2016, 146--53

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun