Sabtu, 28-30 Desember 2024
Sembalun Bumbung -- Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Integrasi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang melaksanakan kunjungan ke beberapa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Sembalun Bumbung, Lombok Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) kepada pelaku UMKM. Program ini merupakan bagian dari upaya mendorong transformasi digital di sektor usaha kecil, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan efisiensi transaksi dan membuka peluang pasar yang lebih luas bagi UMKM di desa tersebut.
Untuk mencapai target 30 UMKM, 10 anggota KKM UIN Malang dibagi menjadi 5 tim, masing-masing terdiri dari 2 orang. Setiap tim diberikan tanggung jawab untuk mendampingi dan mensosialisasikan QRIS kepada 6 UMKM. Dengan pembagian ini, tiap anggota diharapkan dapat mengarahkan minimal 3 UMKM untuk mendaftar dan menggunakan QRIS. Pembagian ini bertujuan untuk memastikan pendekatan yang lebih personal kepada pelaku UMKM, sehingga kendala yang dihadapi dapat ditangani secara langsung dan efektif. Tim-tim ini disebar ke beberapa wilayah di Desa Sembalun Bumbung yang memiliki potensi UMKM besar.
Namun, dalam pelaksanaannya, Mahasiswa KKM menghadapi tantangan yang cukup besar. Dari target 30 UMKM yang ingin dicapai, Mahasiswa KKM baru berhasil menggaet 5 UMKM untuk berpartisipasi dalam program ini. Banyak kendala yang dihadapi di lapangan, terutama dalam mengubah pola pikir pelaku usaha yang masih terbiasa dengan transaksi tunai. Beberapa tantangan yang kami dapati seperti (1) Ketakutan terhadap Penipuan, mayoritas pelaku UMKM merasa ragu menggunakan sistem pembayaran digital (QRIS). (2) Ketiadaan Rekening Bank, salah satu syarat pembuatan akun QRIS adalah harus memiliki rekening bank. Sayangnya, banyak pelaku UMKM di Desa Sembalun Bumbung belum memiliki rekening bank, sehingga mereka tidak dapat memenuhi persyaratan awal untuk mendaftar QRIS. (3) Kurangnya Pengetahuan Digital, banyak pelaku UMKM menganggap sistem pembayaran digital sulit dipahami dan membutuhkan pendampingan khusus untuk memulai penggunaannya.
"Kami sudah berusaha mesosialisasikan QRIS ini untuk UMKM," ujar salah satu mahasiswa KKM UIN Malang. "Namun, memang sebagian besar dari mereka masih berpikir lebih baik pembayaran tunai karena merasa lebih sederhana. Banyak yang mengaku gaptek atau belum siap beralih ke sistem digital."
Oleh karena itu, kami masih tetap berharap UMKM yang belum mau mendaftarkan usahanya ke sistem pembayaran digital (QRIS) suatu saat mau mendaftarkan usahanya, karena melihat potensi desa sembalun bumbung merupakan desa wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal, maupun mancanegara. sebagai fasilitator jangka panjang Mahasiswa KKM telah menyediakan buku panduaan serta video tutorial jika ingin mendaftarkan usahanya secara mandiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI