Mohon tunggu...
Zildan Zhulfan
Zildan Zhulfan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pamulang

Hobi membaca komik dan novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemodelan Ekonometrika untuk Memproyeksikan Inflasi, Dampaknya pada Daya Beli Masyarakat

10 Oktober 2024   14:02 Diperbarui: 10 Oktober 2024   14:11 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Inflasi dan Daya Beli Masyarakat

A. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan umum dan terus-menerus dalam harga barang dan jasa selama periode tertentu. Hal ini mengakibatkan penurunan nilai uang, di mana jumlah uang yang sama tidak lagi mampu membeli barang/jasa dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya. Inflasi dapat dipicu oleh beberapa faktor:

  • Permintaan Agregat yang Lebih Tinggi (Demand-pull Inflation) : Terjadi ketika permintaan barang dan jasa meningkat lebih cepat dari kemampuan produksi ekonomi.
  • Kenaikan Biaya Produksi (Cost-push Inflation) : Terjadi ketika biaya produksi (seperti bahan baku, energi, atau tenaga kerja) meningkat, sehingga harga barang dan jasa ikut naik.
  • Kebijakan Moneter : Pengaruh dari kebijakan bank sentral, seperti perubahan suku bunga atau jumlah uang beredar, dapat meningkatkan inflasi jika kebijakan tersebut memperbesar jumlah uang yang beredar di masyarakat.

B. Daya Beli Masyarakat

  • Daya beli adalah kemampuan individu atau rumah tangga untuk membeli barang dan jasa dengan pendapatan mereka. Saat inflasi meningkat, daya beli menurun karena harga barang dan jasa meningkat. Jika pendapatan tidak naik sejalan dengan inflasi, konsumen akan mampu membeli lebih sedikit dari sebelumnya, yang menyebabkan penurunan kesejahteraan.

2. Model Ekonometrika untuk Proyeksi Inflasi

Untuk memprediksi inflasi di masa depan dan memahami dampaknya pada daya beli, kita menggunakan model ekonometrika. Model ini akan menganalisis data historis untuk menghasilkan proyeksi tentang bagaimana inflasi akan berkembang. 

Berikut adalah pendekatan yang umum digunakan:

A. Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

Model ARIMA digunakan untuk memproyeksi variabel ekonomi berdasarkan data time series historis, tanpa memerlukan variabel eksogen tambahan. Ini sangat efektif untuk memodelkan inflasi karena:

  • Autoregresif (AR) : Memperhitungkan bahwa inflasi masa kini dipengaruhi oleh inflasi di masa lalu.
  • Integrated (I) : Menggunakan diferensiasi untuk mengatasi tren yang tidak stasioner dalam data (misalnya, tren kenaikan inflasi jangka panjang).
  • Moving Average (MA) : Memperhitungkan pengaruh error (kesalahan prediksi) dari masa lalu pada nilai inflasi saat ini.

B. Model Ekonometrik dengan Variabel Eksogen

Model lain yang lebih kompleks memasukkan variabel eksogen yang memengaruhi inflasi, seperti:

  • Suku Bunga : Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menurunkan inflasi dengan mengurangi konsumsi dan investasi.
  • Nilai Tukar : Depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan harga barang impor, yang kemudian dapat menyebabkan inflasi.
  • Harga Komoditas : Perubahan harga komoditas global, terutama energi dan pangan, memiliki dampak langsung pada inflasi.

Melalui model-model ini, kita bisa memproyeksi tingkat inflasi dalam jangka pendek hingga menengah dengan akurasi yang lebih baik.

3. Dampak Inflasi pada Daya Beli

https://www.google.com/imgres?q=daya%20beli%20masyarakat&imgurl=https%3A%2F%2Fcdn-assetd.kompas.id%2FrBLF9G36FJwZ5Gogai1kZaOEzn0%3D%2F1024x746%2Fhttps
https://www.google.com/imgres?q=daya%20beli%20masyarakat&imgurl=https%3A%2F%2Fcdn-assetd.kompas.id%2FrBLF9G36FJwZ5Gogai1kZaOEzn0%3D%2F1024x746%2Fhttps

Untuk memahami bagaimana inflasi mempengaruhi daya beli, kita bisa melakukan analisis hubungan antara tingkat inflasi dan daya beli dengan model regresi sederhana. Variabel yang biasanya digunakan adalah:

  • Tingkat Inflasi : Sebagai variabel independen.
  • Daya Beli (Pendapatan Riil) : Sebagai variabel dependen.

A. Analisis Regresi untuk Mengukur Pengaruh Inflasi

  • Dalam model regresi, kita akan menghitung bagaimana tingkat inflasi mempengaruhi daya beli. Jika koefisien regresi negatif dan signifikan, ini berarti inflasi memiliki dampak negatif yang signifikan pada daya beli. Semakin tinggi inflasi, semakin rendah daya beli masyarakat.
  • Misalnya, regresi dapat menunjukkan bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1% mengurangi daya beli sebesar 0,5%. Artinya, jika inflasi naik secara signifikan, masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang-barang yang sama, yang akhirnya menurunkan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan lain.

B. Pertimbangan Lain dalam Analisis

  • Pendapatan Nominal vs Pendapatan Riil : Pendapatan nominal adalah jumlah pendapatan yang diterima seseorang, sedangkan pendapatan riil mempertimbangkan inflasi. Ketika inflasi naik tetapi pendapatan nominal tetap, daya beli (pendapatan riil) akan menurun.
  • Kelompok Rentan : Dampak inflasi pada daya beli seringkali lebih besar terhadap kelompok berpenghasilan rendah karena mereka menghabiskan proporsi pendapatan yang lebih besar untuk kebutuhan pokok, yang harganya naik akibat inflasi.

4. Studi Kasus

A. Data Inflasi Indonesia

Berikut langkah-langkah umum dalam melakukan analisis:

  • Kumpulkan Data Inflasi dan Pendapatan : Data time series dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai tingkat inflasi tahunan dan data pendapatan rata-rata rumah tangga di Indonesia.
  • Proyeksi Inflasi : Menggunakan model ARIMA untuk memprediksi inflasi dalam 5 tahun ke depan berdasarkan data historis.
  • Hubungan dengan Daya Beli : Menggunakan model regresi untuk melihat bagaimana proyeksi inflasi akan memengaruhi daya beli di masa depan.

Proyeksi Dampak Inflasi ke Depan

  • Dengan memproyeksikan inflasi ke depan, kita bisa memodelkan bagaimana daya beli masyarakat akan terpengaruh di masa depan. Ini akan membantu pemerintah merancang kebijakan yang sesuai untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Misalnya, jika proyeksi menunjukkan inflasi yang tinggi, pemerintah bisa mempertimbangkan kebijakan pengendalian harga atau subsidi pada barang-barang kebutuhan pokok.

Kesimpulan

  • Inflasi memiliki dampak yang signifikan pada daya beli masyarakat, terutama kelompok berpenghasilan rendah.
  • Model ekonometrika, seperti ARIMA atau regresi, dapat digunakan untuk memproyeksi tingkat inflasi dan dampaknya terhadap daya beli.
  • Pemahaman mengenai dampak inflasi sangat penting bagi pengambilan kebijakan ekonomi. Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan moneter dan fiskal yang tepat untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya dalam konteks inflasi yang meningkat.

Dengan pendekatan ini, proyeksi inflasi dan analisis dampaknya terhadap daya beli menjadi lebih jelas dan berbasis data, yang membantu para pembuat kebijakan merespon perubahan ekonomi dengan lebih efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun