Janji PNA kepada publik yang disampaikan sekjendnya Miswar Fuady melalui berbagai media massa bahwa akan memfinalkan tiga nama balon (bakal calon) wakil gubernur yang telah direkomendasikan secara resmi menjadi satu nama sebagai calon wagub usungan PNA ternyata tidak terbukti.
Dalam publikasi resmi PNA di berbagai media massa, Sekjen partai itu menegaskan bahwa penentuan finalisasi satu nama adalah kewenangan mtp PNA yang akan digelar pada minggu pertama Februari 2021, tepatnya tgl 5. Tiga nama yang akan difinalkan pencalonannya adalah muharuddin, Muhammad nazar dan Muhammad MTA.Â
Anehnya, penungguan publik yang mulai antusias pada isu pengisian wagub Aceh sisa jabatan sejak bergulirnya nama tokoh penting Aceh mantan wagub Muhammad Nazar, menjadi anti klimaks. Jangankan mendapatkan hasil finalisasi kandidat tunggal sebagai calon wagub final PNA, malah bertambah pula satu nama lagi sehingga kini PNA telah menerbitkan 4 rekomendasi.
Hal yang lebih kontra produktif dan tidak disangka-sangka juga, satu nama yang ditambah itu ternyata M. Zaini Yusuf, adik kandung mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf sang Ketua Umum DPP PNA.
Masyarakat Aceh baik di Aceh maupun yang berada di luar Aceh semakin bingung. Pasalnya, spirit demokratis Irwandi Yusuf yang sempat dipuji banyak orang karena melarang kerabatnya mengajukan diri sebagai calon wagub, juga tak dapat dipertahankan. Beberapa kalangan internal PNA maupun relawan pemenangan Irwandi Nova mengungkapkan, Irwandi melarang anggota kerabatnya, bahkan kalangan kader internal partainya menjadi calon wagub sisa masa jabatan itu adalah karena belum memiliki kemampuan dan kemampuan yang layak menduduki jabatan setingkat wagub. Sementara keadaan Aceh dalam berbagai hal menuntut kemampuan dan kesiapan yang memadai untuk jabatan tersebut.Â
Spirit demokratis Irwandi itu juga nampak diulang kembali dalam pernyataan-pernyataan Sekjen PNA yang memberikan sinyal bahwa PNA melalui rapat MTP akan memfinalkan satu nama saja sebagai calon tunggal dengan kriteria inti berbasis kepada kelayakan dari segala sisi, berpengalaman dan diterima publik luas.Â
Lagi-lagi, hingga memasuki tanggal 6 Februari tidak ada juga pengumuman kandidat wagub final yang tunggal dari PNA. Banyak kalangan pers dan awak media menunggu-nunggu akan adanya kabar politik hot itu. Apa yang tersebar di media secara tiba-tiba menjelang rencana finalisasi itu hingga dua hari lalu adalah manufer-manufer kecil yang mulai mengisukan nama M. Zaini Yusuf. Strategi manufer yang dibangun adalah dengan membawa-bawa nama relawan yang seolah menginginkannya menjadi salah satu cawagub PNA. Sementara hasil penelusuran di lapangan, hanya beberapa orang saja yang berhasil dikondisikan M. Zaini untuk ikut menekan Irwandi atas nama relawan Irwandi. Malah, hubungan M. Zaini dengan berbagai kelompok relawan tidak terlalu harmonis karena mereka menganggap M. Zaini tidak mau berkorban sewaktu masa-masa kampanye Pilkada 2017. Banyak relawan dengan tegas menceritakan jika sang adik dari pemenang Pilkada 2017 itu hanya selalu berupaya memanfaatkan nama besar dan kemenangan kakaknya.Â
Wajar, jika banyak kalangan yang aktif mengikuti informasi proses pengusungan calon wagub PNA di berbagai grup sosial media, seperti Wa, facebook, BiP dan lain-lain menjadi shock ketika melihat lahirnya rekomendasi yang di posting. Mereka shock karena banyak hal yang terjadi selama proses pengusungan awal balon wagub tersebut sudah tidak konsisten dengan sejumlah pernyataan PNA yang disampaikan Sekjennya. Tentu saja sebahagian hal prinsipil yang disampaikan itu dapat dimaknai oleh publik sebagai arahan Irwandi selaku ketua umum PNA.Â
Para kalangan media dan kalangan yang aktif mengikuti perkembangan isu pencalonan cawagub PNA tersebut tidak pernah menduga, bahwa tiga nama balon wagub yang telah ada tidak akan pernah bertambah lagi dan akan benar salah satunya akan dijadikan cawagub tunggal PNA. Ternyata semua rencana dan janji yang disampaikan ke publik itu tidaklah berlaku. Bahkan nama yang muncul tiba-tiba pada Senin, 8 Februari kemarin, kemampuan dan pengalamannya jauh lebih rendah dan dalam urusan kepemimpinan, pemerintahan dan pembangunan dibandingkan tiga nama sebelumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan Muhammad Nazar yang memang sudah pernah menjalankan tugas wagub Aceh bersama Irwandi pada pemerintahan lokal Aceh periode 2007-2012. Â
Sang tokoh yang sangat senang disebut propagandis GAM itu, ternyata masih tetapi labil di usianya yang hampir 60 tahun. Kebiasaan Irwandi yang labil pada hal-hal yang sangat mendesak dan strategis juga umum diketahui di kalangan birokrasi hingga dunia usaha di Aceh selama menjadi gubernur Aceh.Â
Bukannya seorang Irwandi tidak memahami, jika jabatan apapun dalam aturan main politik modern dan demokrasi adalah tak dapat diwariskan, tidak boleh pula dimonopoli dan dibatasi kepada orang-orang tertentu seperti kerabat, pengurus atau kader partai. Jika ia tidak paham, sudah pasti dari awal ia tak akan membuka kran kepada figur-figur di luar internal PNA. Bahkan, masih hal yang tak disangka, Irwandi memberikan rekomendasi pertama kepada muharuddin, orang yang paling beroposisi dengannya sewaktu Pilkada 2017 hingga ke urusan sejumlah kebijakan gubernur yang diprotes dan digugat seperti Pergub apba 2018. Sehingga karena rekomendasi itu pula kalangan internal PNA mengamuk.Â