Mohon tunggu...
Zikri Aulia
Zikri Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari dan Pemulung Informasi

Manusia yang hobi mulung, mencari, memungut dan mengumpulkan informasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Singkat Sistem Pendidikan di Bandung: Jejak Bangunan Sekolah Bandung Jawa Barat

25 Maret 2024   14:06 Diperbarui: 25 Maret 2024   14:08 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di depan Gedung Sekolah M.U.L.O. di Bandung Pada Tahun 1920 (Sumber: Digital Collection Leiden). 

Sebuah negara mengalami kemajuan ataupun kemunduran pada masa sekarang menuju masa yang akan datang ditentukan oleh bagaimana kualitas dari generasi selanjutnya yang terbentuk. Terbentuknya generasi muda yang berkualitas tidak lepas dari bagaimana adanya pendidikan, bagaimana pendidikan yang ada pada negara tersebut membentuk generasinya yang membawa kemajuan atas negara tersebut.(*)

Munculnya golongan terpelajar tidak lepas dari berlakunya kebijakan Politik Etis (Ethische Politiek) di Hindia Belanda. Politik etis merupakan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam upaya memperbaiki kesejahteraan pribumi di Hindia Belanda.(*) Pada tahun 1901 Politik Etis diresmikan oleh Ratu Wilhelmina, dalam pelaksanannya pemerintah Hindia Belanda membagi beberapa bidang diantaranya irigasi,migrasi dan edukasi. Pada dasarnya pelaksanaan kebijakan ini bukan semata-mata untuk kepentingan Indonesia, melainkan untuk kepentingan Hindia Belanda. Seperti halnya yaitu program irigasi atau pengairan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan perkebunan Hindia Belanda, kemudian program migrasi atau perpindahan penduduk hanya dimanfaatkan untuk meratakan jumlah penduduk dalam perkembangan perkebunan.(*) 

Sistem pendidikan pada zaman Hindia Belanda terdiri dari tiga jenjang pendidikan pertama, pendidikan rendah (Lagere Onderwijs), yang dibagi menjadi dua sekolah yaitu sekolah Eropa dan sekolah Bumiputra Kedua, pendidikan lanjutan atau menengah (Middlebaar Onderwijs) Ketiga, pendidikan tinggi (Hooger Onderwijs). Jadi dapat disimpulkan bahwa tiap jenjang pendidikan tersebut memiliki kurikulum yang berbeda. Pendidikan rendah memiliki kurikulum yang sama dalam hal mata pelajaran yang diajarkan yaitu membaca, menulis, membaca, bahasa dan berhitung. Kurikulum Pendidikan Menengah (Middlebaar Onderwijs) meliputi mata pelajaran fisika, kimia, matematika, geografi, biologi, kosmografi, bahasa belanda, bahasa inggris, bahasa perancis geometri, aljabar dan lainnya. Kurikulum Pendidikan Tinggi meliputi mata pelajaran pengetahuan alam, pertanian, mengukur tanah, biologi, dan menggambar.(*) Berikut ini Tabel sekolah di kota Bandung pada tahun 1932.

Sumber: Semper Excelsior, Bandoeng en Omstreken in Kaart, Word en Beeld, (Amsterdam: Koninklijke Instituut Taal Land en Volkeenkunde Leiden, 1933)
Sumber: Semper Excelsior, Bandoeng en Omstreken in Kaart, Word en Beeld, (Amsterdam: Koninklijke Instituut Taal Land en Volkeenkunde Leiden, 1933)

Dari Tabel ini dapat disimpulkan bahwa jumlah murid yang ada di Bandung Jawa barat berjumlah 19.129 murid. Jumlah murid yang paling banyak yaitu sekolah Hollandsch Inlandscheschool H.I.S (Sekolah Bumi Putra) dengan jumlah murid yaitu 4501 murid sedangkan jumlah murid paling sedikit yaitu sekolahOpleidingschool voor Inlandsche Artsen Ambtenaren OSVIA dengan jumlah yaitu 62 murid. Pada Tahun 1932 jumlah sekolah di Bandung Jawa Barat berjumlah 95 sekolah.

Volkschool (Sekolah Desa)

Pada masa pemerintahaannya pada tahun 1907, , Gubernur Jendral Johannes Bedictus Van Heutsz berusaha untuk memperluas pendidikan dasar pribumi dalam jangkauan yang lebih luas, dengan mendirikan sekolah desa yang disebut juga sekolah rakyat. Menurutnya, tujuan penting dalam pendidikan yaitu memberantas buta huruf pada masyarakat. Van Heuts telah mendirikan sekolah yang tepat untuk rakyat pribumi yang bernama Sekolah Desa (Volkschool). Sekolah Desa merupakan jenis sekolah yang murah dan sederhana untuk masyarakat pribumi.(*) Pada masa pemerintahaannya pada tahun 1907, Gubernur Jendral Van Heutsz berusaha untuk memperluas pendidikan dasar pribumi dalam jangkauan yang lebih luas, dengan mendirikan sekolah desa yang disebut juga sekolah rakyat. Menurutnya, tujuan penting dalam pendidikan yaitu memberantas buta huruf pada masyarakat. Van Heutsz telah mendirikan sekolah yang tepat untuk rakyat pribumi yang bernama Sekolah Desa (Volkschool). Sekolah Desa merupakan jenis sekolah yang murah dan sederhana untuk Bumiputra.(*) Biaya sekolah ini ditanggung oleh pemerintah dengan tambahan berupa subsidi dari pemerintah pusat. Sekolah Desa yang ada di Jawa Barat terdapat di desa-desa lingkungan seperti, di kota Bandung, Cirebon, serta Ciamis.(*) Pada tahun 1921, sekolah desa di Batavia mulai berkembang dari tahun 1921 hingga 1929. Sekolah desa di Batavia pada tahun tersebut berjumlah 14 sekolah.

 
Johannes Benedictus van Heutsz, 1905--1909 (Sumber: Digital Collection).
Johannes Benedictus van Heutsz, 1905--1909 (Sumber: Digital Collection).

Meer Uitgebreid Lager Onderwijs M.U.L.O. (Sekolah Menengah Pertama).

Fasilitas pendidikan dasar dan menengah dibangun disekitar kantor pemerintahan Stadgemeente Bandung. Lokasi bangunan pendidikan yang ada di kota Bandung tepatnya di halaman kantor Gementee Bandung. Disebelah utara taman Pieterspark berdiri instansi pendidikan yang bernama Frobelschool (Sekolah taman kanak-kanak), disebelah selatan taman berdiri bangunan sekolah Hollandsch Inlandsche Kweekschool H.I.K (Sekolah Guru) dan Logoreschool (Sekolah Raja), disebelah timur taman berdiri HBS Ursulinen, disebelah barat taman berdiri Europesche Laagere School II.(*)  

 Siswa-Siswi Sekolah M.U.L.O di Bandung pada tahun 1919 (Sumber: Digital Collection Leiden). 
 Siswa-Siswi Sekolah M.U.L.O di Bandung pada tahun 1919 (Sumber: Digital Collection Leiden). 
Pada tahun 1916, terdapat sebuah bangunan sekolah di Bandung bangunan sekolah ini dulunya merupakan bangunan tua yang dibangun pada zaman pemerintah Hindia Belanda. Bangunan sekolah ini merupakan bangunan yang mengadopsi gaya Hindia Belanda dengan gaya Art Nouveau dan Nieuwe Bouwen. Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas 14.240 m2 dengan luas bangunan sekitar 8.220 m2.(*) Sekolah ini dirancang oleh arsitek yang bernama Charles Prosper Wolf Schoemaker yang lahir di Semarang pada tanggal 18 Juni 1882. Charles Prosper Wolf Schoemaker dilahirkan dan dibesarkan di Hindia Belanda dan pernah bersekolah di HBS te Nijmegen. Setelah lulus dari HBS. ia melanjutkan pendidikannya bidang militer di Koninklijke Militaire Academie Breda (KMA Breda) jurusan Teknik Sipil.

Suasana di depan Gedung Sekolah M.U.L.O. di Bandung Pada Tahun 1920 (Sumber: Digital Collection Leiden). 
Suasana di depan Gedung Sekolah M.U.L.O. di Bandung Pada Tahun 1920 (Sumber: Digital Collection Leiden). 
Sekolah Keotamaan Istri 

Masalah status sosial dalam stratifikasi sosial masyarakat Sunda dikenal tiga lapisan masyarakat. pertama, kaum ningrat (menak) yang menempati lapisan paling atas, kedua, kaum (santana) yang berada diantara kaum menak dan lapisan rendah, ketiga, kaum (somah) yang berada pada lapisan rendah. Dengan demikian, ada perempuan yang termasuk kaum bangsawan dengan segala hak keistimewaannya dan ada pula perempuan yang termasuk kaum somah yang menerima statusnya sebagai rakyat kecil. Dari kalangan bangsawan pribumi tokoh pahlawan yang sangat peduli terhadap pendidikan perempuanan yaitu Dewi Sartika sebagai tokoh pahlawan yang berjuang untuk meningkatkan pendidikan perempuan sunda.(*)

Pada tahun 1904, Dewi Sartika mendirikan sekolah pertama kalinya dengan nama Sekolah Kaum Wanita yang terletak di ruang Paseban Barat, Kabupaten Bandung. Jumlah murid di sekolah ini hanya 20 murid serta 3 orang guru yaitu Dewi Sartika, Nyi Poerwa, Nyi Oewid. Sekolah Kaum Wanita yang ada di Paseban Barat, Kabupaten Bandung pada tahun dipindahkan ke Jalan Ciguriang, Bandung dan berganti nama Sekolah Keutamaan Istri. Pada tahun 1906 sekolah Kaum Wanita yang terletak di Paseban Barat Kabupaten Bandung dipindahkan ke jalan Ciguriang, Bandung dan berganti nama dengan Sekolah Keotamaan Istri.(*)  

Sekolah Keotamaan Istri pada tahun 1920 (Digital Collection Leiden). 
Sekolah Keotamaan Istri pada tahun 1920 (Digital Collection Leiden). 

Daftar Pustaka

Jurnal, Arsip, dan Website 

Semper Excelsior Elceve, Bandoeng en Omstreken in Kaart, Word en Beeld, (Amsterdam: Koninklijke Instituut Taal Land en Volkeenkunde Leiden, 1933).

Bastiaan Nugteren,"de School hangt in de lucht" Nationalisering van het Koloniaal Onderwijs in Nederlands-Indie 1920--1942, (Amsterdam: Bachelorscriptie Geschidenis Utrecht University, 2013).

Gusti Muhamad Prayudi, Salindri Dewi, Pendidikan pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda di Surabaya Tahun 1901--1942, (Jember: Jurnal Publika Budaya Vol. 1 No.3. 2015).

Lestari Lina Neng, Karakteristik Fasade Bangunan Sekolah SMAN 5 dan SMPN 2 dengan Adopsi Gaya Kolonial di Bandung, (Bandung: Jurnal Program Studi Desain Interior, Fakultas Industri Kreatif, 2016).

"Sahabat Museum Konprensi Asia-Afrika", Sang Arsitek Gedung Merdeka: Wolff Schoemaker, https://sahabatmuseumkaa.com/sang-arsitek-gedung-merdeka-wolf-schoemaker/ (dilihat, 20 Februari 2024).

Buku

Aning, Flribeta, 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20, (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2005).

D, Makmur, dkk, Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan, (Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah NasionalDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993).

D, Oktavianuri, Politik Etis dan Pergerakan Nasional, (Jakarta: Dewati Press, 2018).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan di Indonesia 1900--1940, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, 1977).

Edi S, Ekadjati, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Barat, (Jawa Barat: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1986).

___________, Sejarah Kebangkitan Nasional daerah Jawa Barat, (Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan RI, Pusat Penelitian Sejarah & Budaya).

Falah, M, Sejarah Kota Tasikmalaya 1820--1942, (Bandung: Uga Tatar Sunda dan Yayasan Masyarakat Indonesia Cabang Jawa Barat, 2010).

Faujiah, Elis, Pemikiran Dewi Sartika pada Tahun 1904--1947 dalam Perspektif Islam, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020).

Haryoto, Kunto, Wajah Bandung Tempo Doeloe, (Bandung: Granesia, 1984).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun