Mohon tunggu...
Zikri Aulia
Zikri Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari dan Pemulung Informasi

Manusia yang hobi mulung, mencari, memungut dan mengumpulkan informasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Saraf dalam Tubuh: Jejak Sejarah Rumah Sakit Bedah Saraf Putri Margriet di Jakarta (1946)

29 Desember 2023   20:38 Diperbarui: 29 Desember 2023   21:01 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1. Tampak Halaman Depan Gedung Rumah Sakit Putri Margriet Tahun (1947). Sumber: Nationaalarchief.nl

Kualitas kesehatan yang sangat buruk di Batavia sejak zaman VOC hingga pemerintah Hindia Belanda yang diikuti dengan banyaknya wabah, memicu pembangunan pendidikan kesehatan di Batavia. Berbagai jenis penyakit yang terjadi di Batavia seperti wabah, malaria, kolera, hingga diare yang telah menelan banyak korban jiwa penduduk di Batavia. Pelayanan kesehatan di Batavia saat itu hanya bisa di nikmati berbagai kalangan seperti para militer, kaum borjouis, hingga para pegawai di pemerintahan sedangkan, masyarakat kecil menjadi korban.(*)

Berawal dari klinik pengobatan pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1946, merupakan cikal bakal berdirinya rumah sakit Putri Margriet di Jakarta (sebelum dikenal sebagai Batavia) yang mempunyai fungsi memberikan pengobatan kepada masyarakat Jakarta.

Menanggapi Permintaan yang diajukan Putri Juliana kepada Roode Kruis agar diizinkan untuk menamai rumah sakit yang akan di dirikan dengan nama rumah sakit Putri Margriet. Isi pesan telegram tersebut berisi tentang "Roode Kruis Batavia sangat menghargai niat yang mulia Putri Margriet dan dengan hormat memberikan izin untuk menamai rumah sakit tersebut dengan nama putri Margriet".(*)

Sejarah pelayanan bedah saraf di Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 1946 di rumah sakit Putri Margriet di Jakarta oleh Rode Kruis Afdeling Indie(*) distrik Batavia yang kini menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusomo (RSCM Kintani) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu bedah saraf di Indonesia.

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan fasilitas diagnostik, perawatan, serta rehabilitasi khusus untuk kasus-kasus bedah saraf. Rencananya rumah sakit ini mempunyai 150 kapasitas tempat tidur untuk pasien yang berobat di rumah sakit Putri Margriet. (*)

Gambar 1.2. Isi Pesan Telegram Putri Juliana. Sumber: Rode Kruis Batavia, Het Princes Margriet Hospitaal, (20 Sep 1946). hlm. 2.
Gambar 1.2. Isi Pesan Telegram Putri Juliana. Sumber: Rode Kruis Batavia, Het Princes Margriet Hospitaal, (20 Sep 1946). hlm. 2.
 

Pada awalnya, tujuan dibangunnya rumah sakit ini adalah untuk merawat tantara Belanda yang mengalami cedera pada sistem saraf. Untuk memenuhi kebutuhan dokter saraf, Palang Merah Batavia menunjuk para spesialis bedah saraf dari perkumpulan bedah saraf Belanda seperti, dari Rotterdam yaitu dr. Dr. P.R.M.J Hanraets yang sekaligus menjadi kepala Departemen bedah saraf di rumah sakit Putri Margriet. 

Dalam prakteknya dr Hanraets tidak sendiri, ia ditemani oleh beberapa dokter ahli di bidang saraf seperti Dr. C.H. Lensoek dari Amsterdam yang kemudian menjadi ahli bedah saraf di Groningen, Dr. P. Albert, ahli bedah saraf dari Spanyol, yang memperpanjang kontraknya dengan pemerintah Indonesia hingga akhir tahun 1952 dan terakhir dr. DR. M.P.A.M. de Grood dari Tilburg.(*) dr. de Grood sebelumnya menjadi ahli bedah saraf di rumah sakit Wilhemina Gasthuis di Amsterdam. 

Atas permintaan dan saran dari Pemerintah Belanda, dr De Grood menghabiskan waktu enam bulan untuk mengajar bedah saraf di beberapa Fakultas Kedokteran di Jakarta dan menjadi kepala rumah sakit Putri Margriet. Pada bulan April tahun 1951 dr. de Grood pergi meninggalkan Jakarta dan akan melakukan kunjungan ke Australia.(*)

Gambar 1.3. Perkumpulan Dokter Bedah Saraf Belanda. Sumber: H.A.M. van Alphen, History of Neurosurgery. 
Gambar 1.3. Perkumpulan Dokter Bedah Saraf Belanda. Sumber: H.A.M. van Alphen, History of Neurosurgery. 

Pada bulan April tahun 1946, rumah sakit Putri Margriet di Batavia diresmikan sebagai rumah sakit resmi, dengan status sebagai rumah sakit pemerintah. Rumah sakit Putri Margriet diresmikan pada hari sabtu pagi yang dihadiri dari berbagai kalangan tamu penting, seperti Nyonya Van Mook, Tuan Blom, Jendral Mansergh, Tuan Zimmerman, dan beberapa tamu lainnya.(*) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun