Gedubrag... Suara meja terbalik begitu menggema diruang kelasku. Tak kusadari tanganku mendorong paksa meja di hadapanku.Â
"Sini penggaris ku..." Ucap Endro dengan lantangnya dan sorot mata penuh kemarahan.
"Ini bukan milikmu, aku yang lebih dulu meminjamnya!" Seru Doni pada Endro.
Ibu guru baru lima menit mengumumkan waktu istirahat seraya beranjak keluar kelas, namun tak menyangka akan terjadi kejadian yang begitu naas saat itu.
Teman-teman Endro dan Doni sudah melerai mereka. Namun apalah daya, perkelahian diantara mereka berdua tak dapat diredam.Â
Seolah-olah begitu banyak rasa benci terpendam di hati Endro. Tanpa disadari oleh Doni, Endro yang sedang berjalan menuju keluar kelas, justru mendekatinya dan menghantamkan tinjunya pada muka Doni.Â
Disaat bersamaan guru kelas satu datang dan melerai mereka, kemudian membawanya ke ruang guru untuk dinasehati.Â
Saat mereka berada di dalam ruangan, bapak ibu guru kaged bukan kepalang  menyaksikan hidung Doni yang masuk kedalam dan seolah berlubang di bagian tepi hidung.
Guru-guru segera bergegas membawa Doni ke RS untuk dirongten. Benar saja sesuai perkiraan, hidung Doni retak dan harus dioperasi.Â
Setelah kejadian itu, Hendro tampak sangat menyesali perbuatannya. Hanya karena hal sepele, dirinya telah melukai sahabatnya. Kini Hendro berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulangi lagi. Berjanji untuk menahan emosi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H