Mohon tunggu...
Zikria Uzma
Zikria Uzma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel Negeri 5 Menara

20 Mei 2024   19:09 Diperbarui: 20 Mei 2024   19:39 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Negeri 5 Menara

Penulis: Ahmad Fuadi

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: Juli 2009, cetakan pertama

Jumlah halaman: 416 halaman

ISBN: 978-979-22-4861-6

"Negeri 5 Menara" merupakan novel karya Ahmad Fuadi yang mengisahkan perjalanan hidup Alif Fikri dan kawan-kawan di Pondok Madani, sebuah pesantren di Jawa Timur. Kisah ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan menggambarkan kehidupan di pesantren dengan segala suka dan dukanya.

Alif Fikri, warga Minanjau, Sumatera barat, awalnya bercita-cita melanjutkan pendidikan di sekolah negeri lalu pergi ke luar negeri. Namun atas permintaan ibunya, akhirnya ia masuk ke Pondok Madani. . Disana Alif bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah di Indonesia, yakni Raja dari Medan, Baso dari Gowa, Said dari Surabaya, Atang dari Bandung, dan Dulmajid dari Madura. mereka sering berkumpul dibawah menara masjid dan saling berbagi cerita serta mimpi, itulah sebabnya mereka dijuluki "sahibul menara" (pemilik menara).

Di pesantren, anak-anak banyak belajar tidak hanya tentang ilmu agama tetapi juga tentang pelajaran umum. Persahabatan mereka semakin kuat melalui berbagai aktivitas dan tantangan yang mereka hadapi bersama. 

Suatu hari, Baso salah satu anggota sahibul menara, harus keluar dari pesantren karna ingin merawat neneknya yang sakit dan mengejar cita-citanya menjadi hafidz di Sulawesi. Perpisahan ini meninggalkan kesan mendalam bagi teman-temannya yang merasakan betapa beratnya kehilangan seorang sahabat.

Di bawah bayang-bayang menara, mereka kerap berdiskusi tentang berbagai topik, mulai dari karya sastra, filsafat, hingga sejarah Islam. Mereka merencanakan hal-hal baik, memperdebatkan gagasan, dan mengagumi tokoh-tokoh besar seperti Plato dan Tariq bin Ziyad. Masing-masing dari mereka mempunyai impian besar dan berusaha mewujudkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun