Kepada se-nakal, se-bodoh, se-masalah.
Sebejat-bejatnya manusia,Â
Se-anjing-anjing-nyaÂ
Kita, juga dari diri.
Sang pemancar nestapa
Mengejawantah gurita
Samudera.
Kita, memang (tak lebih baik)
Jika dibanding-bandingkan
Bahkan... aku tak melihat harta
Yang ada di depan, mata kita.
Rasa-rasa ada seorang wanita
Yang sudah, menerima kita
Bukan makin bahagia
Yang ada.
Ini mungkin, bisa dikatakan
Sebuah kira-an pengalaman
bangsat, rumit, tak begitu sulit.
Kesana-kemari. Curi-judi-kelai.
Apalagi... iya, di cari polisi,
Pernah, waktu itu mengalami,
Walaupun cuman sekali tapi.
Kita dilahirkan dalam jalanan.
Orang tua kita hidup di jalanan.
Seperti Gelandangan pengalaman.
Ingat itu!
Kita tahu... prinsip jalanan itu bagaimana ....
Dua hal, kelak jalanan takuti;
"Keluarga sedang bahagia di dalam rumah,
Tiba-tiba, jadi mangsa angkara murka."
Manusia akan melakukan perilaku
Binatang pemakan bangkai
Untuk dapat melampiaskan rasa benci,
Yang dulu pernah kita laku.
Jangan sampai ada
Yang menyentuh wanitaÂ
Yang kita cintai.
Jangan biarkan ada
Yang melukai anak-anak
Yang kita kasihi.
Ingat! Jalanan mengajarkan kita
Bahwa tiada manusia
Yang dipercayai.
Tak ada manusia yang kita temui
Itu senang dengan tindakan hati nurani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H