Halo Kompasianer, semoga kita selalu diberikan kesahatan, ya! Amiiin.
Seperti dalam postingan saya sebelumnya bahwa tidak semua produk cocok dengan semua market, artinya setiap produk pasti memiliki marketnya sendiri.
Lalu bagaimana menentukan market untuk produk yang akan kita jual?
Dalam menentukan market yang tepat tentu bukanlah yang sulit, namun kamu perlu benar-benar memahami produk yang akan kamu jual terlebih dahulu.
Setelah kamu memahami produk yang akan kamu jual, selanjutnya kita hanya cukup menggunakan menggunakan dua indikator penting yaitu buyer persona dan customer value yang akan saya bahas di artikel berikutnya.
Apa Itu Buyer Persona?
Sederhanya, buyer persona adalah sebuah karakter fiktif yang kamu ciptakan sendiri sesuai pemikiranmu, karakter inilah yang akan nantinya akan kamu jadikan target acuan yang merepresentasikan seseorang yang potensial untuk membeli produk yang kamu jual.
Meskipun dalam membentuk buyer persona berdasarkan pemikiranmu, tapi kamu harus menyesuaikan karakter yang akan dibentuk dengan produk yang kamu jual.
Manfaat Buyer Persona
Mungkin kamu berpikir bahwa buyer persona tidak begitu penting, toh kamu sudah tau siapa yang akan membeli produkmu, bukan?
Itulah kesalahan pebisnis pemula.
Sebuah produk tanpa buyer persona tidak akan bisa bertahan lama, karena tidak bisa konsisten dan tidak memiliki kesolidan terhadap target market yang dibangun.
Dalam kata lain, produk yang dijual tidak memiliki market yang spesifik dan arah penjualan yang jelas. Ini akan berimbas buruk terhadap promosi yang akan dilakukan, perfoma penjualan hingga menimbulkan masalah keuangan.
Mengapa demikian?
Karena buyer persona bisa diibaratkan sebuah petunjuk untukmu memahami perilaku dan menghadapi masalah pada konsumen.
Jika kamu dapat memahami dan menghadapi masalah konsumen, maka kamu bisa dengan mudah melakukan strategi promosi yang tepat, jitu dan akurat terlebih bisnismu bisa memilki ikatan emosional dengan konsumen.
Sedangkan jika kamu tidak memiliki buyer persona, maka promosi yang kamu lakukan hanya berujung asal-asalan dan bergantung pada keberuntungan saja.
Tidak sedikit, konten marketing maupun media sosial sebuah brand atau toko online yang tidak memiliki buyer persona ujungnya hanya berantakan tanpa arah yang jelas.
Ingat, bahwa setiap konsumen membeli produk karena ingin menyelesaikan masalah mereka.
Contohnya: Andi membeli secangkir kopi, karena ia memiliki masalah yaitu mengantuk.
Informasi Yang Perlu Dibangun
Jika kamu pernah membuat sebuah biodata, maka kamu bisa dengan mudah membuat buyer persona. Karena pada dasarnya buyer persona adalah sebuah biodata konsumen yang berpotensi membeli produkmu.
Informasi apa sajakah yang perlu kamu bangun?
1. Nama
Carilah sebuah nama yang ideal untuk karaktermu, kamu perlu membuat lebih dari satu buyer persona; idealnya tiga, maka kamu harus memberikan nama untuk setiap buyer persona yang kamu buat sehingga memudahkan kamu dalam penyebutan atau dalam mengorganisir setiap buyer persona yang kamu miliki.
2. Usia
Informasi ini penting kamu miliki, karena setiap produk memiliki segmen usia yang berbeda-beda. Tentu saja tidak efektif dalam menjual obat asam urat ke segmen remaja, bukan?
3. Jenis kelamin
Informasi ini disesuaikan dengan produk yang akan kamu jual, semisal kamu menjual daster maka jenis kelaminnya tentu saja perempuan.
4. Lokasi
Lokasi juga berperan penting, dimana kamu akan mudah memetakan wilayah geografis yang akan menjadi target pemasaranmu. Contoh, kamu menjual produk jas hujan, lalu kamu mengetahui bahwa di Semarang atas curah hujannya tinggi, maka kamu akan membidik lokasi di sekitar Semarang atas.
Contoh kedua, misalnya di Bekasi sulit menemukan penjual aksesoris handphone, maka kamu bisa membidik wilayah tersebut jika produkmu sesuai.
5. Tingkat pendidikan
Informasi ini bisa kamu gunakan untuk membuat sebuah template balasan chat saat berinteraksi dengan konsumen maupun bahasa yang akan digunakan saat melakukan promosi.
6. Interests (olahraga, literatur, musik, dan sebagainya)
Kamu bisa menggunakan informasi ini untuk memikat targetmu dengan konten promosi yang berkaitan dengan minat yang mereka sukai. Selain itu kamu bisa menambahkan opsi warna favorit sebagai patokanmu dalam pemilihan warna di konten promosi yang akan kamu buat.
7. Jabatan pekerjaan
Informasi yang satu ini bisa kamu gunakan untuk membuat konten promosi yang relate dengan pekerjaan targetmu nantinya. Semisal kamu menjual produk furniture maka pekerjaan targetmu salah satunya adalah desainer interior atau room make over. Jadi kamu bisa membuat strategi pemasaran untuk menjangkau desainer.
8. Rentang pendapatan bulanan
Informasi pendapatan bulanan targetmu bisa membantumu untuk mengatur promosi berupa diskon maupun harga jual produkmu. Hal ini sangat diperlukan terutama jika kamu dapat menjual produk dengan harga yang rasional berdasarkan pendapatan targetmu itu akan membantu dalam performa penjualan.
9. Status (single, menikah, atau yang lain)
Meskipun informasi ini berupa tambahan, tapi kamu bisa memanfaatkannya untuk membuat konten promosi selingan, contohnya kamu bisa menyelipkan kata jomblo di konten yang kamu buat jika concern status targetmu adalah single.
10. Website favorit
Nah, meskipun informasi tambahn, website favorit bisa kamu gunakan sebagai inspirasi kamu dalam membangun website bisnismu nantinya. Opsi ini bisa kamu ganti dengan sosial media favorit.
11. Motivasi pembelian
Selanjutnya adalah dua elemen utama, salah satunya motivasi targetmu dalam membeli sesuatu atau biasa disebut "Goals and Challenge"
Dengan informasi ini kamu bisa membuat alasan kuat kenapa targetmu harus membeli produk yang kamu jual.
Dalam membentuk informasi ini, kamu harus membuat Goals atau tujuan targetmu membeli sebuah produk. Sebagai contoh kamu menjual piring plastik maka alasan targetmu dalam membeli piring plastik bisa berupa targetmu ingin piring yang tidak mudah pecah saat tidak aengaja tersenggol.
Selanjutnya kamu perlu membuat Challenge, sekarang pikirkan apa masalah targetmu saat membeli piring plastik. Semisal, targetmu selalu kesulitan dibersihkan noda minyak pada piring plastik.
12. Buying concern
Sekarang buying concern, jika kamu sudah memahami bahwa perilaku setiap konsumen berbeda-beda maka kamu harus bisa membuat sebuah pemetaan bagaimana konsumen mu akan membuat pertimbangan dalam membeli produk.
Sebagai contoh, targetmu ingin memastikan bahwa bisnismu terpercaya, biasanya sebuah bisnis yang bisa terpercaya tercermin dari tampilan dekorasi toko yang profesional, review, memiliki website dan sosial media yang aktif. Maka kamu bisa mulai membangun ini.
Selain itu, ada juga konsumen yang cenderung memilih toko yang memiliki banyak promo menarik. Kamu juga bisa mengatur sedemikian rupa sehingga kamu bisa mentrigger konsumen untuk langsung melakukan pembelian tanpa harus melihat kompetitor.
Contoh Buyer Persona
Sekarang mari kita buat sebuah contoh buyer persona, dengan sampel bahwa saya menjual produk skincare organik
Nama : Tri Agustin Laraswati
Usia: 23 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Lokasi: Semarang
Pendidikan: S1 Bahasa Inggris
Interest: Menyanyi, fotografi
Pekerjaan: Tutor Bahasa Inggris
Pendapatan Perbulan: 4 Juta
Status: Single
Website Favorit: hassapos.id
Motivasi Pembelian:
- Goals: Ingin wajah lebih putih
- Challenge : Produk skincare harganya mahal, sulit menemukan skincare dari bahan organik, sulit menemukan produk original
Buying Concern:
- Ingin harganya murah
- Ingin ada paket yang lengkap
- Review bisa dipercaya
Apakah Buyer Persona Harus Sesuai Seperti Di Atas?
Tidak juga, kamu bisa membuat buyer persona sesuai kebutuhan dan format yang kamu inginkan. Format di atas merupakan contoh buyer persona yang mudah dibuat oleh siapa saja.
Bagian terpenting dari buyer persona adalah dapat mempresentasikan konsumen potensial yang akan membeli produkmu.
Apa Yang Dilakukan Selanjutnya?
Setelah kamu memiliki buyer persona, kini kamu memiliki gambaran strategi seperti apa yang akan kamu lakukan untuk mendorong penjualan produkmu.
Untuk langkah selanjutnya, kita akan buat dalam artikel yang terpisah sesuai dengan buyer persona yang sudah saya buat. Jangan lupa follow supaya kamu tidak ketinggalan update selanjutnya😉
Berikan nilai dan komentar, ya😁 Jangan lupa share jika menurutmu ini bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H